Fimela.com, Jakarta Kafe, khususnya di kota-kota besar, telah menjadi salah satu tempat favorit bagi milenial dan Gen Z untuk nongkrong, bekerja, atau bersantai. Selain itu, kafe juga menyajikan suasana yang nyaman yang disertai kopi dan minuman lain yang lezat, serta makanan ringan yang enak.
Dilansir dari Forbes, sering kali milenial dan Gen Z menjadikan kafe sebagai tempat yang ideal untuk bersosialisasi dengan teman-teman atau bertemu dengan orang-orang baru. Namun, di tengah banyaknya kafe yang bermunculan, ada satu kafe yang memiliki konsep yang unik dan berbeda, yaitu Deaf Cafe.
Deaf Cafe merupakan sebuah kafe unik dan inovatif yang terletak di Gading Serpong, Tangerang Selatan. Kafe ini memiliki keunikan dimana para barista yang bekerja di sini adalah penyandang disabilitas tuna rungu. Selain itu, Deaf Cafe juga menjadi salah satu kafe yang dirancang khusus untuk para penyandang disabilitas, dimana mereka bisa dapat saling berinteraksi satu sama lain sambil menikmati kopi yang enak.
Advertisement
Mengenal lebih jauh tentang Deaf Cafe, Marvel selaku pemilik Deaf Cafe yang juga seorang penyandang disabilitas tuna rungu, menjelaskan bahwa dirinya membuka Deaf Cafe pada 12 Maret 2023 dengan tujuan untuk memberikan kesempatan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas yang ingin bekerja.
Advertisement
Marvel sukses membangun Konsep Deaf Cafe yang estetik tetapi juga dirancang khusus untuk penyandang disabilitas
"Saya mendirikan kafe ini berangkat dari hobi saya membuat kopi serta memiliki keinginan kuat untuk membuka lapangan kerja bagi para penyandang disabilitas. Melihat realita dimana hanya 1000 orang dari 2 juta penyandang disabilitas di Indonesia yang bisa bekerja, saya ingin berkontribusi untuk membuka kesempatan lapangan kerja bagi para disabilitas lainnya yang ingin bekerja," ucap Marvel.
Selain memberikan kesempatan kerja, Marvel mendedikasikan Deaf Cafe sebagai tempat bagi para disabilitas untuk saling berinteraksi satu sama lain, khususnya bagi tuna rungu. Marvel merasa bahwa kekurangan yang dimiliki oleh tuna rungu tidak membatasi mereka untuk berbicara secara verbal. Oleh karena itu, Marvel membangun konsep interior, arsitektur, dan tata ruang Deaf Cafe yang esetik dan sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas.
"Sebagai seorang lulusan arsitek di Universitas Tarumanegara, saya membangun konsep interior, arsitek, dan tata ruang Deaf Cafe sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas itu butuh cahaya yang terang dan membutuhkan visual yang kuat sehingga saya menambahkan cermin dan meja kotak sebagai interior yang mendukung," ucap Marvel.
Marvel ingin berkontribusi positif bagi masyarakat melalui Deaf Cafe
Tidak hanya menjadi tempat nongkrong yang menyenangkan bagi para disabilitas, Deaf Cafe juga terbuka untuk umum khususnya bagi mahasiswa dari berbagai universitas yang ingin memanfaatkan kafe ini sebagai working space yang nyaman. Marvel juga senantiasa mengajak teman-teman, kerabat, komunitas disabilitas, dan grup pendidikan untuk datang ke Deaf Cafe dan menikmati suasana nongkrong yang asik.
Terlepas dari keunikan dan estetika dari kafe ini, Deaf Cafe juga menyajikan kopi dan makanan yang enak dengan harga yang terjangkau. Ia berharap bahwa Deaf Cafe bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, khususnya bagi para disabilitas yang ingin bekerja dan berinteraksi satu sama lain.
Deaf Cafe menjadi salah satu tempat nongkrong yang unik dan inklusif bagi para disabilitas tuna rungu di Tangerang Selatan. Kafe ini memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas dan menjadikan mereka dapat berinteraksi satu sama lain sambil menikmati kopi yang enak. Deaf Cafe menjadi salah satu contoh nyata bahwa kekurangan yang tidak menghalangi seseorang untuk berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat.
*Penulis: Amelia Septika.