Fimela.com, Jakarta Semua Orang Butuh Curhat, judul buku ini benar-benar mewakili isinya. Lori Gottlieb sebagai seorang terapis yang dalam kesehariannya senantiasa "mendengarkan curhat" para pasiennya juga membutuhkan "sesi curhatnya" sendiri. Sebuah peristiwa yang terjadi dalam hubungannya membuatnya seperti kehilangan arah, dan dia membutuhkan terapis untuk dirinya sendiri.
Setelah melakukan banyak pertimbangan, Lori akhirnya membuat janji temu dengan Wendell. Sebagai seorang terapis profesional, Lori sudah paham soal alur dan tahapan yang akan dia jalani dalam sesi terapi. Namun, kali ini ketika dihadapkan pada situasi dirinya sebagai pasien dan Wendell sebagai terapis yang memiliki gaya yang cukup berbeda, Lori mendapatkan pengalaman yang berbeda. Ditambah lagi dengan pengalamannya sendiri menghadapi sejumlah pasien yang memiliki persoalan hidupnya masing-masing, Lori memiliki banyak hal menarik untuk dibagikan dalam kisahnya.
Advertisement
Advertisement
Semua Orang Butuh Curhat
Judul: Semua Orang Butuh Curhat
Penulis: Lori Gottlieb
Penerjemah: Susi Purwoko
Perwajahan sampul: Isran Febrianto
Perwajahan isi: Mulyono
Cetakan kedua: Februari 2022
Ketika krisis pribadi menyebabkan dunianya runtuh, Lori Gottlieb—terapis berpengalaman dengan praktik yang berkembang pesat di Los Angeles—tiba-tiba kehilangan arah. Lalu datanglah Wendell, terapis veteran dengan gaya yang tidak biasa, yang membantu Gottlieb dengan sesi terapi yang terbukti transformatif.
Ketika menjelajahi ruang dalam kehidupan pasiennya—seorang produser Hollywood yang egois, seorang pengantin baru yang didiagnosis menderita penyakit ganas, seorang warga senior yang mengancam akan mengakhiri hidup di hari ulang tahunnya jika hidupnya tidak menjadi lebih baik, dan seorang wanita berusia dua puluhan tahun yang tidak bisa berhenti bergaul dengan orang yang salah—Gottlieb menemukan bahwa pertanyaan yang menjadi ajang pergulatan mereka adalah pertanyaan yang sekarang dia ajukan kepada Wendell.
Dengan gaya bercerita yang ringan, Gottlieb mengundang kita ke dunianya, baik sebagai terapis maupun pasien, memeriksa kebenaran dan ilusi yang kita ceritakan pada diri sendiri dan orang lain ketika kita berjalan di atas benang yang tipis antara cinta dan hasrat, makna dan kematian, rasa bersalah dan penebusan, teror dan keberanian, serta harapan dan perubahan.
***
Kita tidak bisa mengalami perubahan tanpa kehilangan, dan itulah sebabnya kita sering mengatakan ingin berubah tetapi kemudian segalanya tetap sama. - hlm. 7
Kita adalah cermin yang memantulkan cermin yang memantulkan cermin, saling memperlihatkan apa yang belum bisa kita lihat. - hlm. 11
Hanya saja setiap kisah memiliki banyak alur, dan kita cenderung mengabaikan alur-alur yang tidak selaras dengan sudut pandang kita. - hlm. 14
Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman nyata ini sangat menarik untuk diikuti. Lori mengisahkan pengalamannya menangani sejumlah pasien dengan berbagai macam latar belakang dan persoalan berbeda. Dari tiap sesi terapi yang ia ceritakan, selalu ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Selain itu, kisah para pasien yang ditanganinya juga memiliki banyak sisi mengharukan serta menyentuh perasaan.
Dari keseharian Lori, kita jadi tahu banyak soal bagaimana sebuah sesi terapi berlangsung dengan berbagai macam dinamikanya. Termasuk bagaimana seorang terapis memposisikan dirinya sebaik mungkin untuk bisa memandu setiap pasiennya untuk menemukan jawaban atau mendapatkan proses pemulihan yang baik. Hidup sebagai terapis profesional tidak membuat Lori bisa selalu menemukan solusi atas setiap persoalan hidupnya. Dia pun tetap butuh bantuan terapis lain untuk menyembuhkan dan memulihkan luka hatinya.
Kajian demi kajian telah menunjukkan bahwa faktor terpenting dalam keberhasilan perawatan adalah relasi pasien dengan terapis, suatu pengalaman "merasa dimengerti"—lebih dari pendidikan dan pelatihan terapis, jenis terapi yang dilakukan, atau jenis masalah yang dimiliki pasien. -hlm. 43
Kita membentuk gaya kelekatan sejak masa kanak-kanak sebagai cara untuk mengatur seberapa dekat atau seberapa jauh kita merasa aman dalam relasi dengan orang lain. -hlm. 52
Permasalahan hidup tiap orang berbeda satu sama lain. Kita pun tak bisa menakar mana masalah yang lebih kecil atau lebih besar dibanding masalah yang lain. Sebab tiap orang punya pergolakannya serta kisahnya sendiri saat menghadapi suatu persoalan.
Melalui buku ini, kita akan diajak untuk ikut menyelami perasaan kita sendiri. Mengikuti kisah klien-klien Lori, kita akan diingatkan kembali arti keluarga, perjuangan hidup, hingga rasa kesepian. Serta bagaimana hidup seorang individu bisa berubah dengan hubungan bersama orang lain.
...kita sering menciptakan narasi yg keliru untuk membuat diri kita merasa lebih baik untuk sesaat, tetapi hanya membuat kita merasa lebih buruk dalam jangka panjang dan bahwa terkadang kita membutuhkan orang lain untuk membaca apa yang tersirat di antara baris-baris kalimat. -hlm. 56
Orang tidak selalu mengingat peristiwa atau perbincangan dengan jelas, tetapi mereka mengingat yang satu ini dengan sangat akurat: perasaan seperti apa yang ditimbulkan oleh peristiwa itu. -hlm. 68
Cara penulisan buku ini terasa mengalir. Kisah demi kisah pasien yang ditangani Lori juga membuat kita terus penasaran dengan perkembangan dan akhir ceritanya.
Terjemahannya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia juga baik sekali. Terasa mengasyikkan dan nyaman sekali dibaca. Mengikuti kisah Lori dengan semua dinamika kehidupannya menghadirkan pengalaman membaca yang sangat berkesan. Ada banyak pengetahuan baru juga tentang prosedur dalam sesi terapi serta beberapa istilah psikologi dan kesehatan mental yang menambah wawasan.
Banyak kisah dan cerita yang sangat menyentuh perasaan bahkan membuat kita menitikkan air mata di buku ini. Bagi Sahabat Fimela yang butuh rekomendasi buku nonfiksi yang penuh inspirasi, Semua Orang Butuh Curhat bisa jadi referensi menarik.