Fimela.com, Jakarta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dihapuskan, maka bulan Ramadan tahun ini pun akan kembali meriah. Mendorong terjadinya perubahan gaya belanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhan persiapan puasa dan lebaran, mulai dari persiapan sahur dan berbuka, baju baru, hingga mudik.
TikTok mengungkapkan jika 67% pengguna TikTok berbelanja lebih banyak selama bulan Ramadan. Maka, agar Ramadan tahun ini semakin cuan, TikTok pun membantu brand dalam merumuskan dan memaksimalkan strategi pemasaran mereka lewat studi "Ramadan 2023 with TikTok: Winning Hearts and Carts".
Lalu apa saja hal yang perlu diperhatikan?
Advertisement
1. Ketahui karakteristik pelanggan
Corina Fajriyani, Senior Marketing Manager, Kantar Worldpanel Division mengatakan masyarakat kini memiliki pilihan yang lebih banyak dalam berbelanja, bisa offline dan online. Belum lagi kegiatan mudik dan berpergian turut mempengaruhi titik konsumsi masyarakat, sehingga tidak lagi hanya terpusat di kota-kota besar.
"Adanya kenaikan harga juga membuat konsumen menjadi lebih cermat dalam mengatur pengeluaran untuk kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya," ujarnya dalam konfersi pers bersama TikTok di Jakarta, (31/1/2023).
Hal tersebut pun diungkapkan Sitaresti Astarini, Head of BusinessMarketing, TikTok Indonesia mengatakan, berkat pesatnya perkembangan teknologi, konsumen menjadi semakin kritis dalam mencari sumber inspirasi dan informasi tambahan untuk membantu pengambilan keputusan.
Pemasaran pun kian ditantang untuk menjadi lebih jeli dalam memanfaatkan tahapan Ramadan guna menyajikan konten promosi yang relevan, informatif, serta menghibur demi memenangkan hati para calon konsumen.
"Melalui ekosistem TikTok yang holistik, brand dapat melakukan strategi pemasaran berbasis konten yang menyeluruh, mulai dari meningkatkan awareness hingga menyediakan titik pembelian. Tentunya ini semua perlu dibalut dengan pendekatan Shoppertainment yang mengutamakan konten hiburan dan kreatif, untuk nantinya mendorong konversi atau pembelian produk," ujarnya.
Advertisement
2. Promo
Studi TikTok kali ini juga turut menilik ragam gaya dan faktor pendorong berbelanja pengguna TikTok dalam upayanya mendapatkan value for money, di mana 51% responden menyatakan bahwa diskon menjadi pendorong mereka untuk belanja, dan produk bundling atau paket spesial Ramadan membuat responden dua kali lebih cenderung melakukan pembelian.
Sebanyak 98% responden studi juga menyatakan bahwa TikTok masih menjadi pilihan mereka untuk mencari inspirasi produk atau jasa. Dengan memahami perubahan gaya dan perilaku belanja konsumen di setiap momen sepanjang bulan Ramadan, brand pun dapat menentukan konten yang akan mereka ciptakan, dan kapan harus mengeluarkan berbagai konten promosi atau diskon untuk produk mereka.
Pada bulan Ramadan tahun lalu, tiket.com, online travel agent (OTA) pertama di Indonesia, mengutamakan konten-konten yang memberikan inspirasi tentangkegiatan ngabuburit atau destinasi di berbagai daerah. Tak hanya itu, konten tersebut sekaligus dibalut dengan promosi tiket pesawat atau hotel. Hasilnya tiket.com pun mengalami peningkatan pengguna hingga 2,3 kali lipat, hanya dari TikTok.
3. Aktif membuat konten hingga live yang tidak hardselling
Selain di momen persiapan Ramadan, pengguna TikTok juga aktif merayakan bulan suci dengan mengunggah konten di TikTok, bahkan hingga hari Lebaran. Brand bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk terhubung atau berinteraksi dengan komunitas TikTok di tiap tahapannya, bahkan dari sebelum Ramadan dimulai.
Hampir sebagian pengguna TikTok akan menghabiskan lebih banyak waktu di TikTok, terutama di waktu ngabuburit. Di hari raya, sebanyak 74% responden berencana untuk membuat konten kebersamaan dengan keluarga dan teman, serta hampir seluruh responden akan menampilkan video perayaan hari besar mereka di TikTok. Hiburan dan inspirasi menjadi faktor utama bagi mereka dalam mencari konten di TikTok.
Kebutuhan pengguna TikTok akan konten yang menghibur dan inspiratif ini dapatdimanfaatkan oleh brand dengan pendekatan Shoppertainment, yaitu mengutamakankonten hiburan terlebih dahulu, baru mendorong pembelian.
"Konten yang bersifat storytelling, autentik, menyajikan tren atau rekomendasi, dan yang terpenting, tidak memaksa pembelian atau hardsell, menjadi faktor penentu dalam mendorong pengguna untuk melakukan konversi atau pembelian. Tentunya, pengguna perlu juga dilengkapi dengan informasi yang jelas serta poin konversi yang mudah diakses," lanjut Sitaresti.
Sitaresti juga mengatakan setiap 24 jam konten akan tetap banyak dilihat pengguna. Namun jam-jam sebelum sahur atau sebelum buka puasa, dan setelah tarawih lebih banyak dilihat.
Advertisement
4. Memanfaatkan ekosistem holistik TikTok
Konten video singkat bukan satu-satunya fitur yang bisa dimanfaatkan brand untuk melakukan strategi pemasaran saat bulan Ramadan. Lebih lanjut, studi TikTok menunjukkan bahwa 54% responden berniat menonton TikTok LIVE selama bulan puasa hingga Lebaran.
Pengguna TikTok kini juga bisa melakukan pembelian dengan lebih mudah langsung di platform TikTok melalui TikTok Shop. Tren ini terlihat di bulan Ramadan tahun lalu, di mana TikTok Shop mencatat kenaikan penjualan online atau GMV selama periode tersebut.