Fimela.com, Jakarta Di penghujung tahun 2022, galeri senin ROH yang terlelak di Jakarta menghadirkan Aperture dan Labyrinths (Libraries), dwipameran tunggal yang berurutan menampilkan karya-karya Davy Linggar (l. 1974, Jakarta) di Galeri Apple dan Heman Chong (l. 1977, Malaysia, besar di Singapura) di Galeri Orange. Ini adalah pameran tunggal pertama dari kedua seniman bersama galeri ROH.
Davy Linggar kerap menyuguhkan karya seni dalam bentuk lukisan, fotografi, video, dan instalasi yang dinanti-nantikan. Mengaburkan batas-batas antar medium, sekaligus menyelidiki titik-titik temu dalam budaya di sekitarnya, ia menggambarkan keintiman dan gairah keadaan manusia. Karya-karya fotografi, gambar, lukisan, dan instalasinya pernah ditampilkan dalam sejumlah pameran. Dalam Aperture ia menghadirkan karya lukisan baru Davy Linggar yang menjangkau apa yang selama ini ditangkap matanya dengan kejelian yang lahir dari benaknya.
Melalui rilis yang diterima oleh tim Fimela.com, tangkapan ini terbentuk sepanjang kurun waktu tertentu dari berbagai tempat dan konteks berbeda. Pada sejumlah panel kayu berukuran identik, lukisan-lukisan yang dihasilkan ini mengantar penglihat pada ambang mimpi yang mengaburkan batas antara kenyataan dan khayalan.
Advertisement
Dalam pameran ini, Davy Linggar menaruh titik berat pada eksplorasi lukisan-lukisan kecil. Karya-karya lukisnya ini dibuat dengan niat memahami hubungan antar dirinya dengan memori-memori tertentu berkenaan dengan waktu dan tempat yang tertuang pada karyanya.
Komposisinya banyak menampilkan kejelian fotografis dan sebagian lainnya memasukan elemen abstraksi dan guratan pensil di atas lukisan. Meski setiap karya dilukis pada panel kayu berukuran 20 x 20 cm yang terkesan identik, urat kayu pada setiap panel memunculkan garis usia pohon yang berbeda-beda. Pameran ini menampilkan sederetan 50 karya yang saling bercakap satu salam lain, membentuk apa yang hampir seperti instalasi tunggal dari ekspresi estetika Davy Linggar.
Advertisement
Aperture
Warna, corak dan saturasi merupakan salah satu aspek integral yang tak lepas dari Aperture. Sejumlah lukisan, seperti Vogue, Respite, dan Lustrate sengaja dibuat monokromatik, menyajikan permainan antara kontras mentah dan tekstur sebagai titik fokusnya, boleh jadi berniat merujuk pada karya fotografi hitam-putih Linggar.
Sejumlah lukisan, seperti Red Hot dan Unlikely, dibasuh dalam warna tunggal yang dengan tegas mengekspresikan ketajaman suasana tertentu. Karya lain seperti Journey, Vague, Bliss, Rapture, diekspresikan dalam warna yang lebih alami dan organik — coklat, hijau, dan krem — yang merespon karakter panel kayu lukisan. Perjalanan menuju dunia penuh warna beroleh corak pastel pada Jolly dan Sheer dan hinggap di titik ujung pelangi pada Jaded dan Boiling.
Selain dari aspek-aspek di atas, ada banyak kemungkinan merasuk ke dalam Aperture, karena setiap lukisan berbicara banyak. Menilik ide dalam sebuah potret dan meninjaunya dalam konteks hari ini atau bagaimana gambar-gambar itu mewakilkan gaya hidup kosmopolitan masa kini adalah dua dari banyak jalan menerka karya-karya di pameran ini. Pada saat yang sama, Linggar mungkin berniat mengundang pengunjung untuk mengalami lukisan-lukisannya dalam kedekatan yang amat manusiawi. Untuk mempelajari cara melihat Aperture dengan pikiran, serta merasakan hal-hal di luar pemahaman yang hadir dalam lukisannya.
Labyrinths
Praktik berlapis dan transdisipliner kesenian Heman Chong banyak mengungkap kerumitan sosio-politik dunia kita. Labyrinths (Libraries) berkisar di antara sejumlah seri karya yang membuka pemahaman atas kerumitan-kerumitan yang menyelimuti kekaryaannya dan menampilkan sejumlah karya dalam beberapa format berbeda, termasuk instalasi, lukisan, dan performans.
Labyrinths (Libraries)(2022 - sekarang) adalah sekumpulan gambar yang menyerupai peta-petaruangan, yang terbangun dari petak-petak sempit. Ruang-ruang ini amat tertata, dengan hampir tak ada sisa untuk improvisasi. Garis-garis horizontal dan vertikal memenuhi permukaan lukisan, membentuk jalan yang ditentukan dalam benak kita tanpa harus beranjak lepas. Di dalam setiap perpustakaan, kita dapat menemukan buku-buku dengan banyak gagasan berseberangan. Karya lukis ini mereka tentang keragaman dan hubungan antara buku dengan ruang antara sebagai lanskap kehidupan kita masa kini. Bahasa visual dalam setiap lukisan yang ditemukan pada Labyrinths (Libraries) adalah getaran konstan antara ruang positif dan negatif; memantik ketertarikan dalam memikirkan bagaimana gagasan dapat dengan mudah diselubungi atau disembunyikan di balik agasan lainnya.
Cover (Versions)(2009 - sekarang) adalah seri sampul buku yang dibayangkan menjadi lukisan. Judul buku yang dipilih diambil dari daftar panjang nan istimewa yang terus bertambah berkat rekomendasi yang dikirim kepada seniman dari teman-temannya. Sebagian besar buku-buku ini belum pernah dibaca saat ia melukisnya, namun akan dibaca suatu saat nanti. Setiap lukisan merupakan improvisasi; tanpa pernah ada asumsi mengenai bagaimana lukisan akan mewujud. Chong bekerja menciptakan diskursus dari kedua kosa visual paralel yang muncul dari lukisan dan desain grafis. Abstraksi sampul buku ini tidak bermaksud merefleksikan atau mengartikan khasanah literatur judulnya, melainkan sebagai cara menyorot relasi antar bentuk tekstual dan non-tekstual
Everything (Wikipedia) (2016) bermula dengan perjumpaan pengunjung dengan seseorang yang sedang berjalan mengelilingi suatu ruangan. Pengunjung kemudian mendapati bahwa orang tersebut sedang membaca sesuatu dari telepon genggamnya. Dimulai dengan laman artikel hari ini dari Wikipedia yang diakses langsung dengan koneksi internet, pembaca melafalkan artikel tanpa emosi. Setelah satu halaman habis dibaca, ia lanjut membaca artikel lain sesuai tautan yg dapat dipilih dengan bebas dari laman pertama, begitu seterusnya hingga waktu performans selesai. Performans berdurasi ini adalah usaha percuma menyuarakan representasi keutuhan pengetahuan manusia. Kaitan antara tautan demi tautan pada akhirnya mengantar pembaca pada artikel yang sama sekali tidak berhubungan dengan artikel pertama pada laman artikel hari ini.
(Free) Trade (2022) adalah karya baru yang mengapropriasi arsitektur bilik pasar seni yang ditransposisi dalam keadaan temporer berskala besar di tengah ruang galeri. Karya ini adalah patung minimalis yang dibangun dari sekumpulan instruksi yang akan dikonstruksi kapan saja dipamerkan. Setelah pameran usai, karya ini dibongkar dan didaur ulang, hanya untuk muncul kembali pada pameran selanjutnya. Lahir dari ketertarikan Chong pada infrastruktur kehidupan sehari-hari, (Free) Trade mentransposisi bilik pasar seni yang serbaada dengan lugas ke dalam galeri, menghasilkan ruang kontemplasi yang lepas dari struktur seperti paviliun pada taman-taman atau dermaga pada danau. Melalui kekosongan dan ketiadaan inilah kita dapat sama-sama memikirkan kemungkinan dari ruang-ruang ini sebagai situs dengan makna yang timbul dari khayal.
Aperture dan Labyrinths (Libraries) dibuka untuk publik mulai 11 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023.