Fimela.com, Jakarta Resesi ekonomi yang dihadapi sejumlah negara membuat masyarakat Indonesia mulai waspada. Masyarakat pun kini mulai mencari alternatif investasi dan tabungan yang aman guna bertahan diri jika Indonesia memasuki masa resesi ekonomi 2023.
Kondisi pandemi dan ancaman resesi ekonomi membuat masyarakat lndonesia memiliki kesadaran yang lebih baik dalam berinvestasi. Laporan survei yang berjudul “Insights and Future Trends of Investment in Indonesia” menyebut (72%) responden yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mulai berinvestasi, terutama di kalangan generasi millennials.
Angka tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan survei Populix pada Januari 2021 yang mengungkap bahwa hanya ada kurang dari setengah responden (44%) yang telah mulai berinvestasi.
Advertisement
“Survei tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang kini melek akan investasi. Kehadiran berbagai aplikasi investasi di tanah air juga tentunya mendorong inklusivitas kepada anak muda untuk mulai berinvestasi, di mana hal ini terlihat juga dari mayoritas responden yang memilih untuk menjalankan investasi melalui aplikasi," kata Dr. Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix.
Advertisement
Produk investasi Milenial
Tujuan masyarakat memutuskan untuk berinvestasi salah satunya adalah mengumpulkan dana darurat. Namun Gen Z dan milenial memutuskan berinvetasi untuk menambah penghasilan, sementara Gen X untuk mengumpulkan dana pensiun.
Reksa dana masih menempati instrumen investasi paling banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 2021 dengan total 47%. Selain itu, instrumen investasi lain yang saat ini juga banyak dipilih meliputi perhiasan emas (46%), saham (32%), logam mulia (30%), deposito (29%), properti (21%), hingga kripto (20%).
Produk investasi Gen Z
Menariknya, Gen Z cenderung memilih investasi dalam bentuk reksa dana, sementara millennials dan Gen X lebih tertarik untuk berinvestasi pada perhiasan emas. Instrumen investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki profil risiko rendah merupakan dua alasan utama para responden dalam memilih instrumen investasi yang dituju.