Fimela.com, Jakarta Burnout adalah perasaan kelelahan emosional, fisik atau mental yang umum dan berhubungan dengan kerja yang berlebihan dan berkepanjangan. Burnout bisa terjadi kepada siapapun. Berdasarkan laporan Deloitte terbaru, berjudul “Women @ Work 2022: A Global Outlook”, laporan tersebut mengungkapkan bahwa 53% wanita mengatakan bahwa tingkat stres mereka lebih tinggi daripada tahun lalu, dan hampir setengahnya merasa burnout.
Berdasarkan temuan bahwa perempuan lebih rentan terhadap burnout, East Ventures, perusahaan modal ventura terkemuka yang terbuka pada seluruh sektor (sector-agnostic) di Indonesia dan Asia Tenggara, memfasilitasi sesi diskusi dan networking melalui program pemberdayaan wanita, Women with Impact.
Acara keempat ini diadakan pada tanggal 24 November 2022 untuk membantu para audiens memahami, mengidentifikasi, dan mengelola tekanan kerja yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dari pengalaman beberapa perwakilan perempuan dari ekosistem startup dan teknologi.
Advertisement
Terdapat banyak definisi dari burnout. Namun, akhir-akhir ini, istilah tersebut semakin banyak digunakan, setiap orang dapat memiliki interpretasi yang berbeda tentang stres dan kelelahan yang mereka alami. Bahkan penggunaannya semakin samar dan kurang akurat, karena setiap orang memiliki mekanisme yang berbeda untuk mengatasi tekanan pekerjaan dan kehidupan.
Advertisement
Double Clicking
Co-Founder dan Chief Executive Officer Pintarnya, platform digital terpadu untuk pekerja kerah biru di Indonesia, Nelly Nurmalasari mengilustrasikan burnout dengan karet yang elastis. Ketika karet tersebut rusak, maka karet tersebut kehilangan fungsinya. Penting untuk menangkap sinyal burnout dalam aktivitas kita sehari-hari, terutama tidak ada kesamaan gejala yang dimiliki setiap orang. Berbagai posisi/peran yang berbeda dalam lingkungan kerja memiliki fungsi yang berbeda dalam mengelola burnout.
Sebagai pemimpin yang pada umumnya memutuskan sebuah kebijakan, merupakan hal penting untuk mendorong keterbukaan dan mempertimbangkan kebutuhan karyawan. Beberapa ketentuan dapat dibuat untuk mendukung hal ini, seperti melalui pertemuan 1-on-1 secara reguler untuk memahami keadaan dan kondisi karyawan.
Namun tidak semua perusahaan dan atasan memberikan kesempatan untuk angkat bicara. Hal ini dikarenakan sebagian orang hidup dari gaji ke gaji yang mengakibatkan meninggalkan pekerjaan bukanlah pilihan, selain itu menimbulkan rasa takut untuk mengatakan tidak pada pekerjaan yang ditugaskan, meskipun berada posisi yang telah memiliki banyak pekerjaan.
Menurut Hillary Buntara, Experimenter Xendit, di sinilah peran rekan kerja masuk, memastikan kabar serta ide untuk berbagi beban kerja sangat membantu untuk menciptakan sistem pendukung dalam mencegah satu sama lain dari burnout.
Dari sudut pandang investor, Melisa Irene, Partner East Ventures, berbagi tentang pentingnya melakukan double clicking atau menyelam lebih dalam tentang bagaimana perasaan dan pikiran mengenai suatu masalah dalam mengelola kejenuhan. Dengan melakukan double clicking, kita dapat lebih memahami penyebab kejenuhan dan bagaimana sebagai pemimpin di perusahaan atau sebagai investor dapat membantu mengatasinya.
Panduan menerapkan lingkungan kerja positif
Berikut adalah panduan yang dapat dengan mudah diterapkan dalam membangun lingkungan kerja yang lebih positif dan mengelola kejenuhan, yang tidak hanya dapat diikuti oleh pekerja perempuan tetapi juga para pekerja laki-laki
1. Menetapkan ekspektasi yang jelas
Pemimpin atau perusahaan tidak akan menurunkan standar pekerjaan untuk mencegah karyawan mereka mengalami stres. Namun, menetapkan ekspektasi dengan jelas dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersahabat.
2. Bangun kredibilitas
Penting untuk memahami bahwa mengharapkan dukungan di tempat kerja tidaklah mudah, terutama jika kamu berada di tahap awal pada posisi baru. Membangun kredibilitas adalah fondasi karier, dan perlu disadari bahwa dukungan yang kamu terima tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan sebuah keharusan.
3. Istirahat
Istirahat, meskipun hanya dalam waktu yang singkat bisa menjadi perubahan total bagi kamu dalam mendapatkan kembali semangat dan motivasi. Saat bekerja keras untuk perusahaan, kamu berhak dan layak akan waktu untuk dihabiskan untuk diri sendiri.
4. Memberikan konteks secara lengkap
Ada kalanya beberapa panggilan sulit harus dilakukan, seperti tenggat waktu proyek yang singkat, meskipun beberapa orang sudah memiliki rencana atau hal lain yang sedang dikerjakan. Memberikan konteks lengkap, dan memberikan pemahaman tentang urgensi, dapat berfungsi sebagai tips bermanfaat untuk membawa dan memastikan semua orang pada tujuan yang sama tanpa menyebabkan hilangnya motivasi dan burnout.
*Penulis: Sri Widyastuti
#WomenForWomen