Fimela.com, Jakarta Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental serius yang pernah didengar banyak orang. Sayangnya, tidak semua orang sepenuhnya mengerti. Seseorang yang mengalami bipolar mengalami perubahan suasana hati secara drastis atau keadaan emosi yang intens yang berlangsung beberapa hari bahkan minggu.
Melansir dari Everyday Health psikolog menjelaskan perubahan suasana hati iniĀ bersifat manik atau tidak normal seperti mudah marah atau energik, hipomanik yaitu bentuk mania yang tidak begitu parah, atau depresi. Perubahan suasana hati yang dialamiĀ suasana hati sering menyebabkan perubahan perilaku ekstrem yang menyebabkan gangguan pada rutinitas sehari-hari seseorang.
Banyak orang yang salah mengerti mengenai gangguan bipolar. Untuk mengetahui lebih dalam, berikut mitos dan fakta mengenai gangguan bipolar.
Advertisement
Advertisement
Mitos 1 : Gangguan Bipolar Hanya Mempengaruhi Suasana Hati
Memang benar bahwa gangguan bipolar menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem, tetapi ini hanya satu bagian dari kondisi yang dialami penderita gangguan bipolar.Ā Ketika orang mengalami depresi berat, dibutuhkan korban fisik pada tubuh. Bipolar dapat menyebabkanĀ peningkatan aktivitas atau energi, penurunan kebutuhan tidur,Ā penurunan berat badan yang signifikan, kelelahan tanpa alasan, kekurangan energi, dan perilaku bunuh diri. Penderita gangguan bipolar yang merasa depresi atau tertekanĀ berpotensi melukai diri sendiri atau menempatkan diri mereka dalam bahaya. Gangguan bipolar tidak sekedar perubahan suasana hati yang ekstrem.
Mitos 2 : Gangguan Bipolar Mudah Didiagnosis
Menurut jurnal mengenai bipolar disorder yang terbit pada 2021, gangguan bipolar sering salah di diagnosis sebagai gangguan depresi utama (MDD) pada perempuan. Beberapa orang dengan gangguan bipolar memiliki gejala yang lebih parah dari depresi. Peneliti mencatat bahwa perempuan dengan gangguan bipolar cenderung mengalami gejala lebih parah dibandingkan dengan pria.
Advertisement
Mitos 3 : Gangguan Bipolar Tidak Mengancam Jiwa
SeseorangĀ dengan gangguan bipolar memiliki risiko bunuh diri yang lebih besar daripada gangguan jiwa lain. Penelitian menemukan sebanyak 19 persen orang dengan gangguan bipolar meninggal karena bunuh diri dan sebanyak 60 persen lainnya mencoba bunuh diri.Ā Perasaan sedih dan putus asa dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Sulitnya memberi diagnosis tepat pada seseorang yang mengalami bipolar menyebabkan pengobatan yang tepat menjadi tertunda. Hal ini menyebabkan kondisi seseorang akan semakin parah dan tidak terkendali yang dikhawatirkan berakhir pada risiko bunuh diri.Ā
Mitos 4 : Orang dengan Gangguan Bipolar Tidak dapat Hidup Sehat
Meskipun gangguan bipolar sulit dikelola, ada perawatan efektif yang memungkinkan penderita gangguan bipolar mampu menjalani kehidupan dengan baik. Hal ini biasanya dilakukan dengan minum obat untuk menstabilkan suasana hati dan menghadiri psikoterapi atau konseling. Psikolog mengatakan orang dengan gangguan bipolar perlu minum obat sepanjang hidup mereka untuk mengurangi risiko perubahan suasana hati ekstrem di masa depan.Ā Selain penstabil suasana hati, obat-obatan lain yang mungkin dibutuhkan seseorang termasuk perawatan antipsikotik dan obat anti-kecemasan. Dengan rutin mengonsumsi obat khusus dan melakukan psikoterapi, penderita bipolar akanĀ belajar mengelola stres dengan cara yang sehat.Ā
Advertisement
Mitos 5 : Gangguan Bipolar Meningkatkan Produktivitas
Seseorang yang mengalami gangguan bipolar tahap awalĀ mungkin akan merasa memiliki banyak energi dan sangat bahagia. Mereka bahkan membutuhkan tidur jauh lebih sedikit daripada waktu tidur normal. Hal ini menyebabkan seorang penderita bipolar menjadi produktif dengan cara yang negatif. Rasa semangat dan produktifĀ tidak bertahan lama dan akan digantikan dengan perasaan bingung, mudah marah, dan pikiran kacau.Ā
Bila mengalami gangguan yang dirasa mencurigakan, segeralah menemui terapis untuk mengetahui penyebabnya. Diagnosa yang tepat akan didapat setelah berkonsultasi dengan ahlinya.Ā
Penulis : Mufiidaanaiilaa Alifah S.