Fimela.com, Jakarta Generasi muda saat ini banyak disebut generasi sandwich. Pasalnya generasi muda produktif masa kini tidak hanya harus menanggung beban keuangan untuk dirinya sendiri, melainkan juga orangtua dan adik yang membutuhkan biaya tersendiri.
Dengan kondisi seperti ini membuat generasi muda kesulitan untuk mengumpulkan dana darurat dan dana pensiun. Sedangkan dana pensiun sangat dibutuhkan bagi para pekerja sebagai tabungan di masa depan saat sudah tidak lagi produktif.
Jadi, bagi orang-orang yang hanya mengandalkan gaji bulanan dari kantor, ada baiknya untuk mulai memikirkan strategi dalam mempersiapkan dana pensiun.
Advertisement
"Ultimate goal dari ngatur uang itu financial freedom, bisa bikin uang bekerja untuk kita. Oleh karena itu, kita membutuhkan passive income," kata Felicia Putri Tjiasaka, Co-Founder Ternak Uang.
Advertisement
Mencari passive income
Agar bisa memiliki passive income, Felicia menyarankan agar setiap orang perlu mengumpulkan aset yang kelak berguna saat memasuki usia senja.
"Semakin kita cepat memulainya, semakin cepat juga kita bisa pensiun memikirkan uang. Menyiapkan dana pensiun sedari dini memperkecil risiko anak-anak menjadi sandwich generation yang harus menanggung biaya hidup kita di masa tua,"imbuhnya.
Bagi Felicia, tujuan akhir dari pensiun itu adalah untuk membiayai kebutuhan kita setelah tidak bekerja lagi. Maka dari itu, perlu persiapan khusus untuk mengumpulkan dana pensiun. Caranya, yakni dengan memiliki uang yang cukup untuk diinvestasikan, yang penghasilannya bisa ditarik setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah pensiun.
Untuk diketahui, dasar utama untuk menghitung dana pensiun adalah biaya pengeluaran bulanan. Tapi mengingat kebutuhan, umur, dan kemampuan investasi setiap orang berbeda-beda, maka jumlah yang diperlukan juga berbeda. Apa saja produk investasi yang direkomendasikan untuk mempersiapkan dana pensiun?
1. Reksadana indeks
Bagi karyawan yang masa pensiunnya masih di atas 10 tahun, Felicia menganjurkan untuk berinvestasi di produk yang potensi keuntungannya besar, lebih dari 12% setiap tahunnya. Tapi perlu diingat, semakin besar keuntungan yang dihasilkan, intaian risikonya juga lebih besar.
"Misalnya melalui reksadana indeks. Hal ini cocok bagi mereka yang tidak ingin pusing dan tidak punya banyak waktu luang untuk memilih satu per satu saham," terang Felicia.
Menurut Felicia, reksadana indeks juga lebih simpel dan cocok bagi para investor pemula karena komposisinya sudah mengikuti benchmark, seperti IDX30 atau LQ45. Tentunya, hal ini berbeda dengan reksadana saham (RDS) yang masuk dalam kategori active investing, di mana manajer investasinya aktif menganalisa kinerja saham.
Karakter reksadana indeks itu cenderung tergolong dalam kategori passive investing karena sudah disesuaikan dengan indeks yang ada, sehingga manajer investasi tidak perlu repot lagi untuk menganalisa dan memilih aset investasi. Jadi secara otomatis, biaya operasional dan management fee-nya juga lebih rendah.
Advertisement
2. Saham
Felicia juga menilai saham sebagai ladang yang tepat untuk memupuk dana pensiun. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa risiko bermain saham juga besar. Sehingga kamu harus lebih cermat produk saham seeprti apa yang bisa digunakan untuk investasi seumur hidup.
3. Kripto
Pilih aset kripto yang market cap-nya terbesar dan sudah melewati masa krisis dalam beberapa tahun terakhir ini. Mengingat tidak semua jenis kripto mampu melewati masa krisis terutama di era pandemi.
Advertisement
4. Reksadana pasar uang
Namun, apabila masa pensiun tiba dalam waktu dekat, diperlukan pendekatan berbeda. Usahakan untuk berinvestasi pada sektor yang minim risiko.
"Kalau pensiun dalam 2-3 tahun lagi, sebaiknya pindahkan uang yang tadinya ada di high risk ke aset dengan risiko lebih kecil dan bisa memberikan cash flow. Contohnya di reksadana pasar uang, reksadana pasar tetap, dan obligasi negara," tutup Felicia.