Fimela.com, Jakarta Memahami emosi dan perasaan sendiri sepintas terlihat mudah dilakukan. Mengenal diri sendiri semestinya menjadi hal yang tak terlalu rumit untuk diupayakan. Namun, pada kenyataannya ada banyak hal kompleks yang perlu kita pahami soal diri sendiri.
Ada sebuah buku menarik yang bisa membantu kita memahami diri dan perasaan kita. Buku berjudul Merawat Luka Batin ini dapat menjadi salah satu buku yang sangat bermanfaat untuk membantu kita memahami diri kita sendiri dengan kompleksitas emosi dan perasaan kita. Banyak pemaparan menarik terkait upaya untuk lebih sadar akan pikiran-pikiran otomatis kita. Selain itu, kita pun akan memahami berbagai hal penting tentang bagaimana pikiran otomatis ini berkontribusi pada kondisi depresi atau perasaan kita yang mengganggu.
Advertisement
Merawat Luka Batin
Judul: Merawat Luka Batin
Penulis: dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ
Penyunting naskah: Hetih Rusli & Yohana Shera
Pembaca pruf: Nadira Yasmine
Perwajahan sampul: Orkha Creative
Perwajahan isi: Mulyono
Cetakan ke-3: Agustus 2022
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
“You are what you think,” begitu kata banyak orang. Padahal, ketika saya berpikir saya kaya, uang dalam rekening saya tidak otomatis bertambah. Akan lebih tepat jika kutipan ini sedikit diubah menjadi “You are how you think”, karena perasaan dan diri kita bergantung pada bagaimana cara kita berpikir.
Buku ini berisi tentang proses berpikir, bukan sekadar berpikir dengan positif. Saat perasaan sedang tidak baik-baik saja, terlebih pada keadaan depresi, proses pikir kita biasanya ikut andil dalam memperburuk keadaan. Namun, sulit bagi kita untuk menyadari proses berpikir yang bermasalah ini karena kita menganggapnya sebagai cara kita melihat realitas. Menyadari pikiran yang keliru saat hal itu muncul bukanlah hal yang mudah.
Buku ini memuat beberapa pola untuk membentuk cara berpikir yang tepat. Tak hanya orang-orang yang sedang merawat luka batin, para caregiver dan penyintas depresi juga bisa menarik manfaat dari buku ini. Semoga buku ini juga bisa menghapus stigma tentang depresi dan menunjukkan bahwa gangguan kejiwaan, termasuk depresi, bisa dialami siapa saja.
***
"Manusia adalah makhluk yang emosional. Setiap hari, kehidupan kita diwarnai oleh berbagai macam emosi: senang, bahagia, sedih, gundah, kecewa, marah, dan berbagai macam perasaan yang tercetus oleh bermacam kejadian."
Sebagai manusia, kita dianugerahi kemampuan untuk merasakan berbagai macam emosi dan perasaan. Semua itu menjadi hal yang perlu kita terima sekaligus kita pahami agar bisa menjalani hidup dengan lebih nyaman. Hanya saja dinamika kehidupan kadang menghadirkan banyak tekanan. Belum lagi dengan berbagai macam persoalan dan masalah hidup yang begitu pelik, kita bisa rentan mengalami stres hingga depresi. Melalui buku ini, kita bisa mengenal depresi dan kesehatan mental secara umum hingga pemahamanan tentang pikiran dan perasaan. Tak hanya itu saja, ada latihan-latihan yang bisa kita praktikkan langsung untuk bisa lebih wawas diri dan menghadirkan rasa nyaman saat merasa kewalahan dengan emosi dan perasaan sendiri.
"Rasa sakit itu personal. Kia tidak bisa membandingkan rasa sakti yang satu dengan yang lain. Hanya karena ada orang yang lebih menderita daripada kita bulkan berarti rasa sakit yang kita rasakan itu tidak nyata." (hlm. 29)
"Salah satu prinsip yang sangat membantu dalam menghadapi faktor risiko depresi adalah dikotomi kendali. Dikotomi kendali kurang lebih berbunyi seperti ini: 'Dalam dunia ini ada sebagian hal yang bisa kita kendalikan dan ada sebagian hal lain yang tidak bisa kita kendalikan.'" (hlm. 36)
"Ketika patah hati, tubuh kita juga merespons dengan nyeri. Bedanya, nyeri yang terjadi adalah nyeri emosional. Tidak hanya patah hati, beragam peristiwa traumatis, penolakan, kekecewaan, pengabaian, kegagalan, dan ragam peristiwa kehidupan lain pun bisa memunculkan nyeri emosional." (hlm. 98)
Membaca buku ini membantu kita untuk mengarahkan cara berpikir yang lebih tepat dalam kaitannya dengan emosi, pikiran, dan perasaan manusia yang berlapis-lapis. Ada sejumlah kiat yang bisa langsung dicoba untuk membantu kita berpikir dengan lebih jernih di segala situasi. Serta ada sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tindakan menyakiti diri sendiri.
Buku ini bukan untuk mendiagnosis diri sendiri soal kondisi kesehatan mental. Melainkan menyuguhkan berbagai informasi penting untuk mengenal diri sendiri dan memahami kompleksitas depresi. Kalau mulai merasakan gejala-gejala yang mulai mengarah ke depresi atau gangguan mental yang serius, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan profesional seperti ke psikolog atau psikiater.
Merawat Luka Batin, buku ini sangat cocok dibaca bagi yang ingin mengetahui soal depresi yang dipaparkan berdasarkan sains. Bagi yang ingin mengenal diri sendiri lebih baik, buku ini juga bisa jadi referensi yang menarik. Kita bisa mendapat semacam arahan untuk memiliki pola berpikir yang lebih sehat dan cara menata perasaan yang lebih baik untuk menjalani hidup dengan lebih nyaman lagi.
#WomenforWomen