Fimela.com, Jakarta Bagi kamu yang merupakan pecinta seni mungkin sudah tidak asing dengan VH Award. Ini merupakan sebuah penghargaan bergengsi di Asia yang diberikan untuk para perupa media baru. Yang membanggakan salah satu seniman lokal, Syaura Qotrunadha terpilih menjadi finalis dari VH Award ke-4. Kamu pun bisa melihat karya di Museum MACAN pada 10 September-13 November 2022.
Tentu tidak sendiri, karya Syaura bersanding dengan perupa lainnya dari berbagai negara, seperti Doreen Chan, Paribartan Mohanty, Jungwon Seo, dan tentunya pemenang utama, Lawrence Lek. VH Award sendiri merupakan garapan dari Hyundari Motor Group yang ingin mendukung perupa media baru dalam berbagai konteks. Diselenggarakan untuk yang ke empat kalinya, namun VH Award ke-4 ini menjadi yang pertama diselenggarakan dengan melibatkan perupa di luar Korea Selatan.
Karya dari setiap finalis ini dipresentasikan di Museum MACAN dalam formal multimedia. Karya-karya para finalis melibatkan penggunaan teknologi dengan cara yang baru dan membangun koneksi yang baru, dengan subjek yang berkisar pada hubungan manusia dengan kecerdasan artifisial hingga masalah sosial dan ekologi yang mendesak di zaman ini. Penghargaan ini bermuara pada komitmen Hyundai Motor Group untuk menghidupkan pertemuan antara seni dan teknologi melalui penelitian lintas budaya dan ekspresi artistik interdisipliner.
Advertisement
Dari Indonesia, terpilih Syaura Qotrunadha, perupa asal Yogyakarta, yang menggarap sebuah karya bertajuk "Ketidakstabilan Mesin Masa Depan". Karya yang dibuat dalam durasi kurang lebih 12 menit itu menggambarkan soal masa lalu, masa kini, dan masa depan yang berangkat dari antropologi rasial di masa penjajahan Belanda.
Advertisement
Menggunakan banyak kata serapan
Yang menjadi ciri khas dari karya Syaura adalah kombinasi berbagai macam kata yang ternyata adalah kata serapan bahasa Indonesia. Kosakata serapan ditampilkan dalam bentuk asli sehingga menampilkan kombinasi bahasa dari berbagai negara. Diiringi dengan beberapa ilustrasi video dan voice over yang menjelaskan konteks sejarah.
Memakan waktu sekitar enam bulan bagi Syaura untuk menggarap karya yang menggabungkan seni dan teknologi ini. Selama proses pembuatan karya, Syaura mengaku ia merasa kesulitan dalam membuat video sejarah dikarenakan hanya sedikit materi yang bisa ditemukan di Indonesia yang membahas tentang antropologi rasial.
Berangkat dari antropologi rasial
Mengangkat antropologi rasial, Syaura menyebut dirinya melihat masyarakat masih terlalu mengotak-kotakan dan sulit melihat sesuatu dari berbagai perspektif.
"Saya lebih ingin orang-orang lebih berusaha untuk melihat sesuatu dari sisi tengah. Tidak terlalu banyak terpengaruh ke satu sisi saja. Baru memutuskan sesuatu. Berusaha meliaht dari satu kacamata saja," kata Syaura di Museum MACAN pada Kamis (8/9/2022).
Menurut Syaura, karyanya yang mengangkat tiga masa dan memiliki kolerasi dengan visi misi Hyundai menjadi salah satu alasan karyanya terpilih sebagai finalis di VH Award. Dengan bantuan dana sebesar $25ribu, Syaura berhasil memproduksi sebuah karya audio visual yang menggabungkan seni dan teknologi.