Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.
***
Oleh: Anna Fitri
Advertisement
Baiti jannati. Rumahku surgaku. Rumah sederhana ini adalah tempatku pulang setelah sehari penuh berada di sekolah. Tempatku pulang, untuk beristirahat jasmani dan rohani.
Setiap sore sepulang dari sekolah, begitu menginjakkan kaki di rumah, mak nyess rasanya. Disambut senyum hangat dan pelukan mesra suami dan kedua anakku. Disusul sapa ramah ibu mertuaku. "Aku njangan gori, Mbak," artinya ibu mertuaku masak sayur nangka muda, kesukaanku. Nyaman, damai dan bahagia sekali rasanya.
Tiba-tiba teringat olehku tanaman hias yang banyak berjajar di samping rumah kami. Lidah mertua atau sanseviera, tanaman hias nan cantik, berdaun keras, termasuk tanaman sukulen (dapat menyimpan air di bagian yang berdaging tebal), tumbuh tegak, memiliki daun panjang dengan ujung meruncing.
Advertisement
Hati yang Damai
Tanaman ini kokoh, mudah berkembang biak, mudah beradaptasi, mampu tumbuh dalam kondisi kurang air dan kurang cahaya matahari. Sanseviera adalah nama ilmiahnya. Lidah mertua adalah nama daerahnya. Nama daerah tersebut mungkin berasal dari bentuknya yang panjang, keras dan berujung runcing. Identik dengan lidah ibu mertua yang biasanya tajam dan keras. Namun demikian sanseviera banyak ditanam karena bentuknya yang unik dan berfungsi sebagai penyerap polutan.
Sanseviera mampu menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene. Selain itu Sanseviera memiliki berbagai manfaat, sebagai penyubur rambut, obat diabetes, obat wasir, hingga obat kanker ganas, sebagai bahan pakaian dan pelenyap aroma perabotan yang kurang sedap.
Dari uraian di atas, jika ibu mertua diidentikkan dengan tanaman sanseviera atau lidah mertua, aku setuju. Tetapi bukan dari sisi bentuknya yang tajam dan keras. Namun dari sisi segala aspek positifnya.
Ibu mertuaku adalah penyerap polusi keluarga, penentram segala gundah, solusi segala masalah. Sejak awal bertemu, aku kagum pada tutur bahasa beliau yang runtut, halus dan sangat santun.
Semakin lama bersama beliau, semakin kagum rasanya. Berbagai teladan ada pada diri ibu mertuaku. Selalu bersemangat di segala suasana. Menjaga pola makan hingga sehat segar bugar hingga usia beliau yang kini menginjak 82 tahun. Tidak pernah berpikiran buruk kepada siapapun. Tidak pernah sekalipun beliau ber-ghibah atau membicarakan hal buruk tentang orang lain.
Ibu Mertua Tersayang
Beliau selalu berusaha memperlancar semua urusan keluarga kami. Sekolah tempatku bekerja berjarak 30 km dari rumah, sehingga mengharuskanku berangkat pagi sekali dari rumah. Ibu mertuaku selalu menanak nasi saat dini hari dengan harapan supaya aku bisa sarapan.
Tidak hanya memasak nasi, kadang beliau membuat m asakan sederhana demi aku bisa sarapan. Tak jarang beliau memasak masakan kesukaanku. Sayur nangka muda yang manis, atau telur kecap yang juga manis. Setiap hari beliau melakukan itu, untukku, menantu kesayangan (kalau aku boleh ge-er).
Dulu beliau adalah pegawai di salah satu universitas terkemuka di Yogyakarta. Berangkat pagi, pulang sore. Mungkin itu yang membuat beliau sangat mengerti keadaanku yang tidak bisa secara penuh mendampingi keluarga di rumah.
Beliau tidak pernah menuntutku untuk menjadi ibu rumah tangga yang sempurna. Rumah tidak terlalu rapi tidak apa, yang penting bersih. Masakanku tidak terlalu enak juga tidak apa, yang penting bersih sehat dan bergizi. Bahkan kalau aku tidak sempat masak juga tidak menjadi masalah, kami bisa beli sayur dan lauk.
Advertisement
Penuh Syukur
Alhamdulillah meskipun tinggal bersama ibu mertua, tetapi hidup kami berjalan mulus, tidak pernah ada masalah apapun. Banyak yang berpendapat kalau orang berumah tangga itu idealnya punya rumah terpisah dari orang tua. Kurasa pendapat itu betul, karena banyak yang didapatkan dari hal tersebut.
Terbiasa mandiri, merdeka dan damai bersama keluarga inti. Namun jika situasi dan kondisi mengharuskan kita untuk tinggal bersama orang tua, maka hal itu hendaknya tidak menjadi beban.
Banyak hal positif yang didapatkan dari tinggal bersama orang tua, seperti belajar bagaimana menerima perbedaan dengan orang lain, dalam hal ini mertua yang seringkali memiliki pandangan berbeda dengan kita.
Kita juga belajar bertoleransi, belajar mengerti dan memahami perasaan orang lain. Jika semua pihak mau memaknai secara mendalam, tanpa emosi, dilandasi niat tulus ikhlas berbakti kepada keluarga, kurasa tidak ada masalah dengan tinggal bersama orangtua.
Baiti Jannati, kita sendiri yang bisa mengkondisikan supaya tercipta keluarga harmonis, penuh kasih sayang, menyenangkan, dan damai, membawa keberkahan dan kebahagiaan dunia akhirat.
#WomenforWomen