Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.
***
Oleh; hernina dewi lestari
Advertisement
Kapan terakhir kali aku berbicara dengan Bapak adalah sesuatu yang sulit untuk kutemukan jawabannya. Bukan karena ia menjauh pergi, pun bukan karena ia mati. Kenapa kami tidak berbicara lagi pun aku tak tahu.
Dewasa ini, aku menyadari bahwa hubungan kami selayaknya dua orang bisu karena kami tak tahu cara berkomunikasi. Aku tak kuasa menahan gejolak pubertas, Bapak tak tahu cara menghadapi puterinya yang berubah ganas. Bertahun lamanya, kami berhenti bicara bertatap muka.
Perjalanan bisu bersama Bapak terjadi tatkala aku harus kembali ke kota di mana aku menuntut ilmu. Setelah sebelumnya aku jatuh terpeleset di rel kereta api di tengah hujan ketika pulang kampung, Ibu bersikeras aku harus kembali ke kota itu diantar Bapak.
Jarak kota kelahiranku dengan kota tempatku menuntut ilmu adalah 232 km yang bisa ditempuh selama 5 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Sepanjang perjalanan itu, tak ada satu dialog pun yang terucap.
Pagi sekali, setelah memastikan barang bawaanku lengkap, kami berpamitan pada ibuku lalu berangkat. Bapak fokus menyetir, aku berpura-pura menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Dalam hati, aku terus berdoa agar jam berputar dengan segera ke 5 jam berikutnya. Kalau kamu jadi aku, bagaimana perasaanmu?
Advertisement
Pengalaman dalam Hidup
Tiga puluh menit sebelum sampai kos, Bapak berbelok ke halaman restoran ayam lodho kesukaan Bapak. Tak banyak yang terjadi, kami makan dengan lahap dalam diam. Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke rumah kos yang kutinggali, masih dalam kebisuan.
Setelah akhirnya sampai, Bapak menumpang sholat duhur, sementara aku bertolak ke minimarket terdekat. Aku memilih sebungkus roti, sebungkus biskuit, dan sebotol minuman teh dan membayarnya. Untuk Bapak.
Setelah kembali ke kos, Bapak sudah selesai sholat dan bersiap untuk kuantar ke terminal. Sesampai di terminal, Bapak langsung menuju bis yang harus ditumpangi untuk kembali ke kampung halamanku.
Kuberikan kantong kresek berisi makanan dan minuman yang kuberi lalu kucium tangannya dan memandang punggungnya menjauh pergi. Tak ada lambaian tangan, tak ada sebungkus pesan selama di perantauan.
Sesampai di kos, aku bernapas lega. Lega sekali. Lalu punggung tanganku mengusap air mata di sudut pipi. Nyeri sekali perjalanan bisu bersama Bapak kali ini.
#WomenforWomen