Sukses

Lifestyle

6 Penyebab Umum Terjadinya Tawuran Pelajar yang Perlu Dihindari

Fimela.com, Jakarta Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan yang masih terjadi hingga saat ini ialah tawuran antar pelajar. Tentu saja aksi ini bukan merupakan aksi yang terpuji. Sebagai pelajar, seharusnya dapat menghindari aksi tawuran karena berpotensi melukai diri sendiri dan orang lain.

Masalah tawuran sendiri sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang dan bahkan sering dikaitkan dengan pelanggaran hukum yang berujung pada tindak pidana. Maraknya tawuran dari tahun ke tahun selalu membawa korban mulai dari luka ringan hingga sampai harus dirawat di rumah sakit sampai ada beberapa yang meninggal.

Oleh karena itu, masalah tawuran perlu diatasi dengan memahami penyebabnya. Dengan cara ini, bisa dilakukan tindakan preventif oleh orang tua maupun guru di sekolah. 

Untuk itu, berikut Fimela.com kali ini akan mengulas 6 penyebab umum terjadinya tawuran pelajar yang perlu dihindari. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

 

Faktor Internal Penyebab Tawuran Pelajar

1. Masa-masa krisis identitas pada remaja

Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena pada masa tersebut, para remaja tengah mengalami krisis identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah bentuk pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mewarnai kepribadiannya.

Sayangnya, jika masa ini tidak diinternalisasi dengan nilai positif atau jika remaja tidak menemukan figur yang ideal untuk mereka contoh, maka akan berakibat buruk, yakni munculnya penyimpangan-penyimpangan perilaku seperti melakukan aksi tawuran. 

2. Kontrol diri yang lemah 

Berikutnya, faktor internal lainnya yang menyebabkan tawuran antar pelajar dapat terjadi ialah karena para remaja memiliki kontrol diri yang lemah. Kontrol diri merujuk pada ketidakstabilan emosi, emosi ini meliputi mudah marah, frustrasi, dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya.

Sehingga ketika menghadapi masalah, mereka cenderung melarikan diri atau menghindarinya, bahkan lebih suka menyalahkan orang lain. Jikalau pun mereka berani menghadapinya, biasanya mereka akan memlih menggunakan cara yang paling instan atau tersingkat untuk memecahkan masalahnya.

3. Tidak mampu menyesuaikan diri 

Selanjutnya, tawuran juga dapat terjadi karena remaja tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya mereka mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang kompleks, seperti keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai perubahan di berbagai kehidupan lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.

Faktor Eksternal Penyebab Tawuran Pelajar

4. Pengaruh media

Sementara dari faktor luar atau eksternal, maka tawuran terjadi karena adanya pengaruh dari media yang mereka tonton atau gunakan sehari-hari. Penelitian oleh Research Institute of Moral Education, College of Psychology, Nanjing Normal University, Nanjing, China menyebutkan bahwa kekerasan di media mempengaruhi remaja dan dapat menyebabkan mereka bertindak agresif. 

Sebagai contohnya, saat remaja memainkan videio game yang didalamnya menampilkan adegan kekerasan, maka hal ini dapat meningkatkan pikiran dan perilaku agresif.

5. Kurangnya pengawasan orang tua 

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting karena mereka adalah agen sosialisasi pertama untuk para remaja sejak mereka lahir. Ketika orang tua tidak memberikan pengawasan yang memadai, remaja cenderung akan melakukan perilaku agresif atau aktivitas kriminal. 

Orang tua yang tidak perhatian dengan perkembangan lingkungan anak akan membuat para remaja cenderung berteman dengan orang yang salah, mengambil risiko yang tidak perlu, dan bereksperimen dengan hal-hal yang tidak diizinkan oleh orang tua yang terlibat. 

6. Tekanan teman sebaya 

Selain orang tua, teman sebaya juga merupakan agen sosialisasi yang punya peranan penting dalam terjadinya aksi tawuran. hal ini karena anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku berisiko atau kekerasan ketika mereka bertindak sebagai sebuah kelompok.

Remaja yang biasanya tidak agresif atau melakukan kekerasan sendiri sering merasa diberdayakan saat berada dalam kelompok.

Selain itu, remaja lebih cenderung menjadi kasar atau agresif saat mereka merasa tertekan. Mereka juga mungkin melakukan kekerasan untuk mempertahankan tempat mereka dalam grup. Tekanan teman sebaya dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku pengambilan risiko.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading