Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan senantiasa menghadirkan banyak kenangan dan kisah yang berkesan. Baik itu suka maupun duka, haru atau bahagia, selalu cerita yang sangat lekat dengan bulan suci ini. Cara kita memaknai bulan Ramadan pun berbeda-beda. Tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories bulan April dengan tema Light Up Your Ramadan ini pun mengandung hikmah dan inspirasi yang tak kalah istimewa.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ruby Astari
Bagaimana Ramadan ketiga bersama pandemi Covid-19 kali ini? Jujur, aku tidak berani menilai. Aku hanya berusaha menjalankan ibadah puasa sesuai kemampuan terbaikku. Rasanya tidak perlu bercerita ke siapa-siapa apalagi terlalu mendetail, soal itu. Ada kekhawatiran bahwa aku akan terlihat pamer atau malah terdengar memalukan, karena ibadahku baru segitu.
Ramadan 2020, Berusaha Tegar
Aku tidak akan bilang bahwa Ramadan di kala pandemi itu mudah. Rasanya terlalu sombong saja bila kita terlalu percaya diri perkara ibadah. Ya, ada banyak kemudahan kala pandemi, seperti tidak perlu sering-sering keluar rumah. Jadinya tidak terlalu lelah. Aku hanya keluar kost saat harus membeli makanan atau berbelanja bulanan. Itu saja.
Bahkan, berolahraga pun sebisa mungkin kulakukan di kost. Cukup setel video YouTube dan ikuti gerakan instruktur.
Karena jam kerjaku tidak seperti kebanyakan orang (yaitu 9-to-5), aku tidak terlalu khawatir akan banyak bengong sembari menunggu waktu berbuka puasa. Bila pagi ke siang masih bisa kuisi dengan banyak membaca buku, menulis, dan mengerjakan pekerjaan freelance-ku, maka siang ke malam adalah pekerjaanku mengajar kelas online. Aku tinggal berbuka saat jeda antar jam kelas.
Aku juga tidak perlu khawatir harus berurusan dengan mereka yang bermulut usil, yang kerap bertanya mengenai berat badanku dan apakah puasa dapat membantuku menurunkannya. Bukan urusan mereka pula. Aku juga sudah bisa santai dengan mulut-mulut usil lainnya yang selalu bertanya-tanya soal kapan aku akan menikah. Lha, bila memang belum ada jodohnya, lantas mereka mau apa? Memaksa? Menuduhku kurang usaha, padahal hasil tetap terserah Yang Maha Kuasa?
Ya, pembatasan sosial ternyata ada manfaatnya. Kita belajar berefleksi dan mulai banyak berteman dengan diri sendiri. Pada kenyataannya, hanya kitalah yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri, baik sebagai sosok lajang maupun yang sudah berpasangan. Tidak ada gunanya juga saling mencela karena perbedaan. Semua orang punya kekurangan.
Advertisement
Ramadan 2021, Berusaha Realistis
Pada kenyataannya, tidak semua target bisa langsung kucapai. Awalnya, kukira pandemi akan memberikanku lebih banyak waktu membaca dan menulis. Aku malah jadi cepat kelelahan karena efek #WFH (working from home) yang mengaburkan batas aura pekerjaan dengan waktu istirahat.
Di saat yang sama, kebutuhan hidup semakin meningkat. Aku pernah berada dalam masalah keuangan yang cukup traumatis, sehingga berusaha keras agar hal serupa tidak terjadi lagi. Apalagi, era pandemi merupakan saat yang sulit bagi banyak orang untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi termasuk mempertahankannya.
Mungkin karena itulah, aku memutuskan untuk berusaha untuk realistis. Misalnya, aku tidak akan mengambil pekerjaan freelance terlalu banyak bila sedang kelelahan. Bila malam, aku memutuskan untuk lebih mendengarkan tubuhku sendiri yang sebenarnya sudah meminta untuk beristirahat.
Apakah aku terdengar pesimis dan tidak lagi ambisius? Tidak juga. Aku hanya mengerem sedikit lajuku dalam hidup. Itu tidak sama dengan berhenti berusaha sama sekali. Aku hanya memilih yang bisa kukejar dan tidak memaksakan diri, harus semuanya bisa kudapat seketika.
Ramadan 2022, Berusaha Lebih Jujur Terutama pada Diri Sendiri
Ramadan kali ini, aku memutuskan untuk berusaha lebih jujur – terutama pada diri sendiri.
Tahukah kamu, betapa melelahkannya harus terlihat kuat terus? Pujian dari mereka yang tidak tahu ternyata tidak selalu menenangkanmu. Rasanya kamu seperti penipu.
Bila ada yang membaca tulisanku mengenai cinta pertama di Fimela Februari 2022 lalu, kamu akan tahu mengenai Tiger, cinta pertamaku di dunia maya. Saat ini, dia masih menjalani proses perceraian yang berbelit-belit, disertai jadwal kuliah dan kerjanya yang melelahkan. Meskipun demikian, Tiger masih meluangkan waktunya menjadi relawan di RS tempatnya berada.
Jujur, aku sedih dengan keadaannya saat ini. Sebagai sahabatnya, aku hanya bisa berdoa semua masalahnya akan segera berlalu. Aku memang masih dan akan selalu menyayanginya, namun aku takkan lagi berharap apa-apa selain kebahagiaannya.
Tahun ini, salah seorang sahabat dekat yang sudah kuanggap abang sendiri juga mendadak berhenti bicara denganku gara-gara keraguan dirinya akan keampuhan vaksin virus Corona. Hingga kini, sahabatku belum juga mau divaksin dan tidak mau memahami bahwa ada orang-orang yang tetap harus mengikuti protokol tersebut demi mempertahankan pekerjaan mereka.
Mungkin kali ini, Tuhan kembali mengingatkanku bahwa manusia datang dan pergi. Kebahagiaan harus selalu diusahakan dari diri sendiri.
Apakah kali ini aku diberkahi cahaya Ramadan? Entahlah. Semoga saja. Semoga aku masih mendapatkan keberuntungan untuk kembali berjumpa dengan Ramadan di tahun berikutnya.
Amin.
#WomenforWomen