Fimela.com, Jakarta Di zaman serba flexing alias pamer terutama di media sosial, kita kembali diingatkan soal pentingnya memiliki sikap rendah hati. Apalagi, lewat media sosial, akses untuk melihat kehidupan orang lain semakin mudah yang membuat kita juga dengan gampangnya terus membandingkan diri tanpa tahu batasan lagi.
Jika hal itu membuat kita gelisah, maka harus kembali lagi pada sikap rendah hati yang akan membuat hidup selalu tenang, selain hal utama yang harus selalu dilakukan adalah bersyukur. Lebih besar lagi tentang manfaat rendah hati, kita akan dijauhkan dari kesombongan dan senantiasa sadar keterbatasan diri.
Bahkan dalam berbisnis, berniaga, atau memiliki usaha, sikap rendah hati membuat kita menjadi pribadi yang berkelas dan merespons secara positif setiap kejadian. Dalam webinar gerakan #akuberdaya bertajuk Dare To Good, Pribadi Berkelas Memperlakukan Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Penuh Penghargaan yang digagas oleh desainer Nina Nugroho, kita diajak kembali menyelami sikap rendah hati yang membawa pada keberdayaan diri.
Advertisement
Mengundang Muhammad Supriadi, seorang Personal Power Specialist dari Asosiasi Tempa Trainers Guild (TTG), ia menjelaskan tentang perilaku rendah hati yang lekat dengan perilaku orang baik. Untuk menjadi orang baik sejatinya membutuhkan keberanian.
Penulis buku berjudul Two Win Heart ini kemudian memberi contoh sosok seorang pedagang nasi megono yang kerap ditemuinya saat melakukan olahraga pagi di sekitar tempat tinggalnya. Pakde Yono, begitu Supriadi menyapa, bukanlah seorang pedagang kebanyakan yang kerap ditemuinya di sepanjang jalan yang dilaluinya saat jogging pagi.
Advertisement
Kisah Pakde Yono Penjual Nasi Megono
“Saya kenal Pakde Yono karena tempat mangkal gerobaknya kerap saya lalui. Saya suka sarapan nasi megono disana. Nah, tak jauh dari pangkalan pakde, tiba-tiba ada yang jualan dengan produk yang sama. Saya bertanya, ‘Pakdhe apa nggak marah, ada pesaing? Dia jawab, biar saja Pak. Orang itu kan juga punya anak punya istri. Biarkan nanti orang yang menilai. Kalau mereka suka taste masakan yang saya jual, pasti mereka akan bertahan disini. Saya terharu mendengarnya. Ternyata dia juga nggak mengeluh ke sekuriti yang menjaga daerah itu,” kisah Supriadi saat menjadi pembicara Webinar gerakan #akuberdaya bertajuk Dare To Good, Pribadi Berkelas Memperlakukan Diri Sendiri dan Orang Lain dengan Penuh Penghargaan, baru-baru ini.
Gerakan#akuberdaya merupakan sebuah movement yang bertujuan melejitkan keberdayaan 1 juta kaum perempuan. Digagas oleh desainer Nina Septiana, founder brand Nina Nugroho, sebuah busana kerja untuk para professional muslimah. Pada tanggal 24 September 2021 lalu kampanye gerakan #akuberdaya digaungkan ditandai dengan pencanangan oleh Menteri KPPA, Bintang Puspayoga di Langham Hotel, Jakarta.
Supriadi menambahkan berjalannya waktu, dagangan pakde Yono malah semakin ramai. Lebih ramai dari yang sebelumnya.
“Semakin hari saya melihat, jualan pakde yono semakin ramai. Semua kejadian yang kita alami adalah sesuai dengan impact yang kita ciptakan sendiri. Pakde Yono mengajarkan kita, bagaimana kita merespon setiap kejadian secara positif sehingga mengempower dia. Sikap baik pakde ini membawa dia pada kerendahan hati. Kemudian menjadi orang yang bijaksana,” papar Supriadi.
Jika diibaratkan, tangan kanan memegang teko berisi air mineral, sebelah kiri gelas. Orang yang rendah hati meletakkan hatinya lebih rendah dari teko. Pada saat air mineral dituangkan, akan masuk ke dalam gelas.
Tetapi orang yang tinggi hati, dia letakkan gelasnya lebih tinggi dari air mineralnya. Maka apa yang terjadi, air itu tidak akan pernah masuk ke dalam gelas itu. Dan dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali kesombongan.
Moral Cerita
“Kita meniru cara pakde Yono merespon kejadian yang mungkin bisa membunuh bisnisnya. Dia memilih respons yang memberdayakan dirinya,” tutur Supriadi, lagi.
Terkait memberdayakan diri, Supriadi memberi pertanyaan kepada audiens yang mengikuti webinarnya.
“Bayangkan diri Anda dalam 5 tahun yang akan datang? Kalau ditanyakan hal ini, imajinasi apa yang muncul dalam benak Anda?” ujar Supriadi, serius.
Namun hanya beberapa orang saja yang memberi jawaban kepada Supriadi. Menurut Supriadi, orang yang tidak mendesain apa-apa pada kehidupannya di masa depan, dapat dikatakan sebagai orang yang jahat terhadap diri sendiri.
“Anda biarkan hidup seperti daun kering yang kemudian dibawa air. Tersangkut kesana kemari. Melihat orang sukses kepengin, melihat orang punya sesuatu kepengin. Sebetulnya Anda ini menjalani hidup Anda atau jangan-jangan anda sedang menjalani hidup orang lain. Saya sebelum pensiun mengimajinasikan kepengen punya ruko, perusahaan, kontrakan. Mimpi itu saya imajinasikan dengan sangat liar,” paparnya.
Advertisement
5 Cara Menyusun Masa Depan
Supriadi memberi rumus sederhana agar kita dapat menyusun rencana masa depan dengan sebuah kata-kata SMART, yaitu meliputi;
1. Spesifik
Menciptakan mimpi yang spesifik, seperti memiliki rumah 2 lantai, dengan 5 kamar berkamar mandi di dalam, bercat putih. Mimpi spesifik seperti ini mudah diterjemahkan oleh otak, ketimbang sekedar mimpi menulis buku dan bermanfaat untuk orang lain. Mimpi seperti ini sangat abstrak dan umum, sehingga tidak bisa diterjemahkan oleh otak.
2. Measurable, terukur
Menjadi orang kaya, apa ukurannya? Mimpi menjadi orang kaya ini tidak bisa dieksekusi di level tindakan. Beda hal, ketika kita mengatakan saya ingin punya ruko 12. Setiap bulan, jatuh tempo, maka saya menerima gaji dari hasil ruko sebanyak 12 pintu. Clear ya, bisa diukur 12 nya.
3. Attainable, sangat mungkin/ dapat dicapai.
So, jangan menetapkan mimpi yang tidak pernah bisa kita raih. Harus relavan dengan misi hidup kita. Kalau tidak relavan akan terjadi pertempuran di dalam diri sendiri. Bayangkan jika kita adalah orangtua yang memaksakan mimpinya pada anak. Maka menjadi irrelevan untuk sang anak.
Pernah dengar kisah seseorang yang sudah berada di puncak sukses, tapi kemudian dia keluar dari kariernya. Kemudian dia menjadi penyanyi, musikus. Karena selama ini dia menjalani mimpi orang lain.
4. Reward, penghargaan
5. Time bound, berbatas waktu. Kita harus tetapkan batas waktunya berapa lama.
"Saya dulu mengimajinasikan punya ruko 12 pintu. Ruko pertama saya ada 3 ruko. Nanti yang menyewa adalah perusahaan-perusahaan besar. Kejadian nggak? Kejadian. Imajinasi saya menggerakkan diri saya."
“Setelah itu tuliskan mimpi Anda. Tapi dalam setiap pelatihan-pelatihan, tidak banyak yang berani menuliskan mimpinya. Hidup ini milik Anda, bukan milik orang lain. Tapi Anda tidak mengerti bagaimana hidup anda 5, 10 tahun akan datang. Padahal untuk menjadi baik butuh keberanian, imajinasikan ke dalam benak Anda. Apa yang akan terjadi berikutnya? Anda akan mendapatkan kekuatan di dalam diri,” pungkas Supriadi.
#WomenForWomen