Fimela.com, Jakarta Tidak banyak generasi muda yang paham akan sejarah intelektual di Indonesia. Hal ini mendorong Yayasan Komunitas Salihara, bekerja sama dengan Komunitas Utan Kayu untuk membuat sebuah kegiatan yang mengajak generasi membaca dan mendiskusikan pemikiran para intelektual Indonesia yang dinamakan Art Camp.
Art Camp memiliki tujuan untuk memperdalam pemahaman kita dengan membaca Kembali pemikiran dan karya dari tokoh pilihan. Di tahun 2022 ini, memperingati genap usia Goenawan Mohamad yang ke-80, seminar Art Camp kali ini pun mengangkat pembacaan akan gagasan, tulisan, dan karya Goenawan Mohamad dan sumbangsihnya dalam dunia seni, jurnalistik, dan sastra Indonesia.
Advertisement
BACA JUGA
Selain itu, Art Camp ini juga menjadi jawaban akan kerinduan dalam berkumpul dan berdiskusi seni dan budaya secara langsung yang sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19. Kegiatan ini akan menjadi langkah pertama dari Komunitas Salihara untuk akhirnya menjalankan pertemuan fisik yang akan mempertemukan para penikmat sastra dan budaya dari Jabodetabek dan sekitarnya.
Advertisement
Diselenggarakan 3 hari 2 malam
Diselenggarakan di akhir pekan, kegiatan ini akan digelar secara intens selama tiga hari dua malam, secara luring dan daring, pada 25-27 Maret 2022. Pada kegiatan luring, para peserta akan berkumpul di Salihara dengan mengikuti protokol Kesehatan yang ketat dan akan mengikuti pemaparan pemikiran Goenawan Mohamad yang akan dipaparkan oleh pembicara.
Sedangkan untuk kegiatan daring, peserta tetap bisa mengikuti materi-materi pembicara dari rumah melalui Zoom meeting. Total, akan ada tujuh sesi dengan tema berbeda yang dibawakan oleh pembicara dan moderator yang ahli di bidangnya.
Alasan dipilihnya sosok Goenawan Mohamad
Ada alasan tersendiri dihadirkannya sosok Goenawan Mohamad dalam gelaran Art Camp kali ini. Menurut Ni Made Purnama Sari, penulis dan salah seorang pemateri dalam acara ini mengatakan sosok GM merupakan tokoh yang mengedepankan kritik elaboratif sebagai upaya dialog dengan pemikiran-pemikiran seni budaya yang berbeda.
“GM adalah sosok yang memiliki dimensi kekaryaan luas. Dari sisi genre, dia menulis puisi, prosa, naskah drama, serta esai-esai budaya. Dari sisi tematik, dia mengolah khazanah tradisi hingga penjelajahan ke pemikiran modern. Dia tumbuh dari generasi intelektual pada zamannya yang masih mengedepankan kritik elaboratif sebagai upaya dialog dengan pemikiran-pemikiran seni budaya yang berbeda, meskipun tradisi ini mengalami represi kekuasaan negara," ungkap Purnama.
Selain itu, GM adalah pemikir yang mengolah filsafat Barat dengan cara dan kebutuhannya sendiri. Cara GM berfilsafat yang bukan secara sistematis-akademis melainkan dalam konteks dan pergulatan didapat dari didikan yang mengajarinya bahwa berpikir berangkat dari masalah (problem).