Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Asyifa HK
Perempuan. Ada ungkapan bahwa menjadi perempuan di Indonesia tidaklah mudah. Untuk setiap hal, setiap lembaran kisah yang menjadi alur, peran perempuan tidaklah mudah. Dan jika pada hari ini, ada banyak perempuan luar biasa terlihat, maka sebenarnya mereka adalah sosok-sosok yang resah dan ingin menyudahi segala hal yang menjadi beban untuk mereka, para perempuan. Dan termasuk aku, salah satu dari banyak sosok perempuan.
Narasi bahwa perempuan tak usah sekolah tinggi-tinggi nanti susah jodoh, perempuan ngapain sekolah? Ujungnya ke dapur juga, rasanya sudah muak didengar oleh jutaan perempuan yang bahkan menutup buku-buku mimpinya hanya karena narasi hitam yang telah lama melekat.
Bahkan aku tidak menyangka, jika ternyata salah satu perempuan itu adalah aku. Menjadi aku sebagai perempuan dengan jutaan mimpinya, telah lama menelan banyak luka dan stigma negatif yang tak jarang menggoyahkanku.
Sempat aku menutup itu, sempat pula membenarkan narasi itu, tapi ternyata keajaiban datang. Pada saat itu tidak ada siapa pun selain tubuh haus yang penuh amarah karena buku-buku itu harus kututup. Tidak ada siapa pun. Dibersamai mimpi, aku membuka kembali buku-buku itu, betapa baik Tuhan berbuat, aku ingin berterima kasih karena hal itu.
Advertisement
Menjalani Hidup sebagai Perempuan
Jika seseorang harus bekerja satu kali, maka seorang perempuan harus dua kali. Jika seseorang dua, maka perempuan harus tiga. Dan memang, perempuan harus berusaha lebih dari apapun untuk setiap buku-buku mimpi yang ia rangkai.
Pun dengan aku, setelah begitu banyak pergulatan, tangisan, dan segalanya yang datang untuk menggoyahkan. Maka pada saat ini, aku berterima kasih karena kejadian itu membawaku pada titik paham terbaik saat ini.
Duhai, betapa baik alur ini pada masanya, saat-saat dimana seolah Tuhan dan semesta membawaku sampai dilembar buku-buku mimpiku. Tidak masalah, setidaknya buku-buku itu tidak kututup rapat.
Kata orang, waktu adalah sebaik-baiknya obat. Sebaik-baiknya sembuh yang paling ditunggu. Maka waktu adalah hal yang paling berjasa untukku. Tentang bagaimana stigma itu perlahan menjadi lepas dari sosok perempuan bernama aku.
Di titik ini tidak mudah, mereka hanya melihat, tidak mencoba untuk kembali mengingat narasi pelik yang memberatkan ku. Tapi kali ini, yang bertepuk tangan memuji takdir sosok perempuan bernama aku, adalah mereka sendiri.
Apa yang harus kulakukan? Haruskah berbangga diri atas sikap mereka? Tidak. Bukan itu, hanya saja aku memahami bahwa, betapa istimewa sosok perempuan, betapa bahagia saat Tuhan menciptakan sosok perempuan hingga betapa luar biasa perjuangan perempuan pada hal-hal berharga dalam hidupnya.
Selain merasa istimewa, aku juga merasa bahwa tidak apa-apa jika sosok perempuan harus berusaha dua atau tiga kali lipat lebih sari seharusnya, karena nyatanya apa yang Tuhan hadiahkan memang hal-hal indah yang tak orang lain dapatkan.
#WomenforWomen