Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan selalu memiliki kisahnya sendiri. Caranya untuk berjuang tentu tak sama dengan yang lainnya. Perempuan berdaya dan hebat dengan caranya masing-masing. Tiap pengalaman dan kisah pun memiliki inspirasinya sendiri seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba The Power of Women: Perempuan Berdaya dan Hebat adalah Kamu berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ika Susanti
Salah satu pesan ibu yang selalu kuingat adalah agar aku senantiasa bisa membagi waktu dengan baik, dalam menjalani peran sebagai istri, ibu dan wanita karier. Ibuku juga sering mengatakan untuk mencapai sebuah kesuksesan kemampuan dan kemauan itu harus berjalan seiring. Dan pada dasarnya wanita itu akan menjadi sangat kuat menjalani peran apa pun dalam rumah tangga, karena naluri dan semangatnya untuk melakukan yang terbaik bagi keluarga.
Tahun 2009 hingga awal 2012 mungkin menjadi tahun yang terberat bagi diriku, di mana aku harus menjalani berbagai peran dalam waktu yang bersamaan. Dukungan keluarga, lingkungan kantor dan pertemanan menguatkan aku, sehingga mampu melewati masa-masa berat itu dengan baik.
Sebagai wanita karie, aku merasa perlu meningkatkan kualitas diriku dengan mengikuti kuliah program pascasarjana. Pendidikan tinggi menjadi salah satu persyaratan di instansiku untuk bisa mendapatkan promosi jabatan dan peningkatan karier yang lebih baik. Dengan izin suami, aku mengajukan izin belajar, mengikuti kuliah di luar jam kantor dengan biaya pribadi.
Advertisement
Mengikuti Kuliah Program Pascasarjana
Pada saat itu, aku tidak punya banyak pilihan jurusan dan waktu kuliah kecuali malam hari sepulang kantor. Sekitar delapan belas bulan, aku harus mengikuti kuliah malam di kampus sebanyak empat kali pertemuan seminggu. Aku sengaja memilih kampus yang dekat dengan kantor untuk memudahkan perjalananku sehari-hari.
Setelah jam kantor aku langsung ke kampus, kuliah mulai pukul tujuh hingga sebelas malam. Selesai kuliah langsung pulang, dan sampai rumah sekitar pukul 12 malam. Sehingga dapat dibayangkan selama kurun waktu itu aku harus wara wiri menempuh perjalanan kantor, kampus, rumah dari pagi hingga malam hari. Untungnya aku bisa menyetir mobil sendiri, sehingga tidak merepotkan suami atau tenaga sopir untuk antar jemput.
Waktu delapan belas bulan itu masih ditambah sembilan bulan lagi untuk penyelesaian tugas akhir kuliah/tesis. Aku sungguh bersyukur setelah dua puluh tujuh bulan berjuang keras (molor dari yang seharusnya dua puluh satu bulan), bisa lulus mendapatkan gelar magister dengan nilai yang sangat memuaskan.
Mengerjakan Tugas Kantor
Karena aku kuliah program pascasarjana melalui izin belajar, aku tetap mempunyai kewajiban untuk bekerja di kantor seperti biasa. Pagi hari berangkat kerja, menyelesaikan tugas-tugas kantor bersamaan dengan tugas-tugas kampus. Untuk memudahkan penyelesaian tesis, tugas-tugas penelitian aku lakukan di dalam lingkungan kantor.
Aku beruntung mendapat dukungan dari teman-teman kantor untuk segera menyelesaikan kuliah. Mereka membantu tugas-tugas penelitianku dengan memberikan berbagai data dan informasi yang kubutuhkan. Apalagi saat itu aku juga sedang menduduki jabatan struktural di kantor. Sehingga kesibukanku terlebih saat mengerjakan tesis menjadi luar biasa banyak.
Karena terlalu lelah dengan tugas-tugas kantor dan terburu-buru ke kampus untuk mengikuti ujian, suatu hari aku pernah mengalami kecelakaan. Beruntungnya aku baik-baik saja, hanya bodi mobil yang penyok tertabrak mobil dari belakang. Pernah juga mobilku membentur tiang beton saat parkir mundur karena mengantuk. Tapi aku bersyukur selama masa kuliah terhindar dari berbagai tindak kejahatan, mengingat selalu menyetir sendiri di malam hari.
Advertisement
Mengelola Bisnis Toko
Sebelum mulai kuliah, aku dan suami sudah mempunyai bisnis toko alat-alat rumah tangga di sebuah mall dekat kantor. Aku memilih kuliah malam di hari kerja, karena waktu luang di hari Sabtu Minggu kugunakan untuk mengontrol toko. Mengecek pemasukan, pengeluaran dan persediaan barang.
Bila persediaan mulai menipis aku bersama suami belanja kebutuhan toko di hari Sabtu, kemudian memasukkan dan menata barang-barang di hari Minggunya. Waktu dua hari benar-benar kami manfaatkan dengan efektif untuk berbisnis. Bersyukur aku mempunyai teteh penjaga toko yang dapat dipercaya, jujur, dan cekatan melayani pembeli.
Sehari-hari di jam kantor aku cukup mengontrol si teteh via telepon. Kadang-kadang di jam istirahat kantor, aku menyempatkan mampir ke toko sekaligus makan siang. Dan terkadang sepulang kantor sebelum ke kampus aku juga menyempatkan mampir menengok toko. Memastikan si teteh menjalankan tugasnya dengan baik, sesuai dengan instruksi yang kuberikan.
Menjalankan Peran dalam Rumah Tangga
Seperti pesan ibuku, sebagai istri, ibu dan wanita karier aku harus mampu mengatur waktu dan tugas-tugasku dengan baik agar semua dapat berjalan seiring. Pastinya dalam berbagai kesibukanku aku harus membuat prioritas. Menyadari kurangnya waktuku bersama suami dan anak-anak, aku berupaya menyediakan waktu kebersamaan yang lebih berkualitas.
Di pagi hari walaupun ada pembantu, aku berupaya ikut menyiapkan keperluan suami dan anak-anak untuk ke kantor dan sekolah. Walaupun ngantuk dan lelah aku mencoba untuk berinteraksi dengan mereka, berbincang tentang aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan. Di jam-jam kerja aku mengontrol rumah melalui telepon. Sekedar ngobrol dengan anak-anak atau mengecek tugas-tugas rutin pembantu.
Aku juga selalu memantau perkembangan dan kegiatan anak-anak di sekolah melalui guru atau grup sekolah. Tugas-tugas sekolah yang membutuhkan bantuan sesempatnya kukerjakan di kantor atau sebelum kuliah. Untuk menambah waktu kebersamaan, seringkali di hari Sabtu Minggu aku bersama suami mengajak anak-anak mengontrol toko, sekaligus mengajak mereka bermain di mall saat libur sekolah.
Masa-Masa Berat Berhasil Dilewati
Bila mengingat masa-masa berat itu, sampai saat ini aku pun tidak menyangka bisa melewati semuanya dengan baik. Ternyata aku bisa menjadi sangat kuat dan mampu menjalani berbagai peran dalam waktu yang bersamaan.
Memang hasilnya tidak bisa sempurna di semua aspek, tapi kita memang tidak perlu sempurna untuk bisa menjadi wanita yang luar biasa. Dengan kemampuan dan kemauan yang kita punya, kita pasti kuat berjuang memberikan yang terbaik bagi keluarga.
#WomenforWomen