Fimela.com, Jakarta Ketika hujan tiba, siswa Sekolah Dasar Impres (SDI) Niosanggo, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, harus was-was dan waspada. Hal ini dikarenakan tidak mudah bagi mereka untuk pergi kesekolah karena tidak memiliki jembatan penghubung, dan terpaksa harus melewati banjir.
Para siswa harus melewati sungai Lewolaka mencapai 95 meter dengan kedalaman 60 sentimeter dalam kondisi normal. Bayangkan bagaimana jika dalam kondisi banjir? Tentu anak-anak sampai harus mempertaruhkan nyawanya. Kondisi tersebut terjadi Desa Fataatu Timur.
Advertisement
BACA JUGA
Jika anak-anak biasanya sampai ke sekolah dengan seragam yang masih rapi dan sepatu yang bersih, lain halnya dengan Desa Fataatu Timur, meski sudah bersolek sedari pagi, sebagian seragam mereka basah karena dalamnya sungai. Maka dari itu, agar tidak basah semua, mereka harus berhati-hati karena derasnya aliran sungai.
Melansir liputan6.com, kondisi ini sudah berlangsung puluhan tahun karena ketiadaan jembatan penghubung di daerah mereka. Bersyukurnya, siswa-siswi tersebut tidak sendiri, mereka dibantu dibantu kepala desa, aparat desa dan masyarakat setempat.
Advertisement
Tak hanya para siswa
Bukanya saja siswa saja, para guru pun harus berjuang menyeberangi sungai tersebut. Dan harus rela pakaiannya basah demi dapat mengajar anak anak.
Kepala SDI Niosanggo Felix Ve, ditemui media Liputan6.com, Jumat (11/03/2022) mengatakan kondisi ini sudah di alami berpuluh-puluh tahun dan belum ada solusi apapun dari pemerintah.
“Kalau hujan lebih dari seminggu otomatis siswa juga diliburkan dalam seminggu, sebab pihak sekolah tidak mau mengambil risiko terhadap anak didik,” ungkapnya.
Namun, akibat banyaknya hari libur, materi sekolah selalu mengalami keterlambatan.
Hal ini dialami karena sulitnya menyebarangi sungai. Biasanya, untuk mengejar keterlambatan mata pelajaran pihak sekolah mengsiasati dengan belajar kelompok di rumah dan didampingi oleh guru.
Harapan kepada Pemerintah
Agar para siswa dan guru selamat sampai sekolah dan tidak mengalami keterlambatan materi pembelajaran. Kepala SDI Niosanggo Felix Ve berharap kepada pemerintah untuk sesegera mungkin membangun jembatan, agar para siswa bisa ke sekolah tanpa harus menyebrangi kali.
Kepala Desa Fataatu Timur Isak Abel Do mengatakan sekolah berada di seberang sungai dan akses jalan satu-satunya menuju sekolah harus menyebrangi sungai.
“Bila musim penghujan seperti ini, saya dan aparat desa bersama guru-guru setiap pagi mau tidak mau harus lebih dulu di sungai untuk membantu menyeberangi siswa siswi,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan terkait jembatan dirinya sudah usul baik melalui musrenbangdes maupun musrenbangcam namun hingga saat ini belum terealisasi.
#women for women