Sukses

Lifestyle

Mengenal Toxic Positivity Melalui Film Inside Out

Fimela.com, Jakarta Inside Out adalah film animasi garapan Pixar yang dirilis pada 2015. Film ini menceritakan petualangan lima karakter yang merepresentasikan emosi manusia, yaitu Joy, Sadness, Fear, Anger, dan Disgust. Kelima karakter tersebut bertanggung jawab atas emosi dan perasaan seorang anak perempuan, yaitu Riley.

Sepanjang film kita akan disuguhkan dengan petualangan dan dinamika hubungan kelima karakter tersebut dalam mengontrol emosi dan perasaan Riley. Masalah muncul ketika Joy, karakter yang merepresentasikan kebahagiaan, berusaha mendominasi dan menghalangi Sadness, karakter yang merepresentasikan kesedihan, untuk ikut campur dalam emosi dan perasaan Riley. Joy merasa bahwa Riley harus selalu bahagia dan berhak tumbuh sebagai anak periang.

Inti permasalahan di film Inside Out sebenarnya sering kita temui di dunia nyata. Kita seringkali beranggapan bahwa kita harus terus hidup bahagia dan mengesampingkan berbagai emosi negatif, termasuk sedih. Fenomena ini seringkali disebut sebagai toxic positivity.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah sebuah kondisi saat seseorang beranggapan bahwa setiap masalah harus dilalui dengan berpikir positif. Mereka yang memiliki toxic positivity pada umumnya akan menolak berbagai emosi dan perasaan negatif hingga akhirnya emosi dan perasaan negatif tersebut terus menerus bertumpuk. Emosi dan perasaan negatif yang terus bertumpuk tersebut nantinya akan memicu stres maupun gangguan emosional lainnya.

Hal tersebut serupa dengan alur cerita Inside Out. Saat Joy menghalangi Sadness untuk ikut campur dalam emosi dan perasaan Riley, Riley akhirnya tumbuh sebagai anak yang pemurung karena tidak mampu meluapkan emosi dan perasaan negatif yang seharusnya ia rasakan. Puncak konflik terjadi saat Riley akhirnya kabur dari rumah karena sudah tidak tahan dengan berbagai masalah yang menimpa dirinya.

Film Inside Out menunjukkan bahwa toxic positivity hanya akan membawa masalah baru, baik masalah untuk diri sendiri maupun orang lain. Merasakan dan menunjukkan emosi serta perasaan negatif tidak akan membuat kita menjadi manusia yang lemah. Hal tersebut wajar dilakukan karena manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan.

Memberikan saran yang positif memang baik, namun jangan sampai terjebak dengan toxic positivity.

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading