Fimela.com, Jakarta Status janda masih sering mendapat cap buruk di tengah masyarakat. Ketika seorang perempuan menjanda, seluruh dunia seakan memojokkan bahkan menyudutkannya. Tak semua orang benar-benar paham dan tahu betul betapa keras dan luar biasanya perjuangan seorang perempuan untuk bertahan ketika tak lagi menyandang status sebagai seorang istri.
Melalui Life as Divorcee, Virly K. A. membagikan pengalamannya yang memutuskan bercerai di usia 25 tahun. Buku berisi kumpulan tulisan ini menghadirkan sudut pandang berdasarkan pengalaman nyata tentang pernikahan dan perceraian. Ada banyak poin menarik hingga berbagai inspirasi yang bisa dipetik soal lika-liku kehidupan seorang perempuan dan kaitannya dengan dunia pernikahan.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Life as Divorcee
Judul: Life as Divorcee
Penulis: Virly K. A.
Penyunting: Dyah Permatasari
Pemeriksa aksara: Zaim Yunus
Penata isi: Agus Teriyana
Ilustrator sampul: Mohammad Sadam Husaen
Cetakan keenam, Juli 2021
Penerbit: EA Books, Buku Mojok Group
Let’s normalize being divorcee!
“Perceraian adalah emergency exit yang Tuhan sediakan ketika kita enggak sanggup lagi berada dalam hubungan pernikahan. Alih-alih keluar melalui lift yang sesak dan ada kemungkinan macet di tengah jalan, tangga darurat adalah pilihan teraman.”
Banyak yang mengira menikah adalah momen bahagia yang hanya akan dihiasi cerita-cerita romantis nan membahagiakan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pernikahan hanyalah sebuah prolog dari kehidupan bersama yang tidak bisa lepas dari berbagai adegan tak romantis serta konflik tak terduga yang berpotensi menimbulkan perselisihan, mengganggu eksistensi sebagai manusia, hingga membahayakan nyawa.
Buku ini adalah sebentuk keberanian untuk membicarakan sisi pernikahan yang paling banyak dihindari. Ditulis oleh seorang divorcee muda sekaligus single parent yang memutuskan bercerai di usia relatif muda, 25 tahun. Berdasarkan peristiwa hidup yang telah ia lalui, dalam satu subbab tersendiri, Virly menekankan pentingnya pre-marriage talk bagi pasangan yang hendak menikah. Tujuannya jelas, agar setiap orang dapat mempersiapkan pernikahan sebaik mungkin demi bisa menikmati kehidupan pernikahan yang nyaman setelahnya.
***
"Semua daftar kerugian bercerai itu kalah oleh satu hal: mendapatkan lagi hidup saya."
Membuat keputusan untuk bercerai tidaklah mudah. Begitu banyak pertimbangan yang dipikirkan. Belum lagi ketika dalam pernikahan sudah dikaruniai anak, maka kadang sangat sulit bagi perempuan untuk mengakhiri rumah tangga. Namun, kebahagiaan tetap jadi hak setiap perempuan untuk didapatkan dalam pernikahan.
Menikah di usia muda, lalu bercerai di usia 25 tahun, Virly memaparkan pengalamannya untuk bisa terus bertahan dan berjuang. Berdasarkan pengalamannya, ia menghadirkan perspektif tentang betapa pernikahan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak untuk bisa menjaga komitmen. Kalau sudah ada kebahagiaan yang dikorbankan hingga hati yang terluka sampai melibatkan kekerasan dalam rumah tangga, maka perlu ketegasan untuk mengambil sebuah keputusan terbaik.
"Selalu ingat hal ini: kamu berhak mendapatkan partner yang bisa mengimbangi dirimu."
Buku yang terdiri dari empat bab ini memuat topik yang fokus utamanya adalah soal pernikahan dan perceraian. Soal keputusan bercerai, menjalani proses perceraian, seputar hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan sebelum menikah, pilihan yang diambil saat mengasuh anak setelah perceraian, hingga kehidupan setelah menyandang status janda.
"Pernikahan itu the most complicated thing in the world."
Bagi yang saat ini menyandang status sebagai seorang divorcee, buku ini bisa jadi sahabat untuk membuat kita merasa tidak sendiri. Sebab untuk membuka lembaran baru setelah bercerai akan dipenuhi banyak liku. Namun, selalu ada cara untuk bisa kembali melangkah ke depan.
"Setelah menjalani hari-harimu sebagai janda, kamu mungkin akan sangat sibuk sampai lupa bahwa kamu janda. Kamu lebih dari sekadar baik-baik saja."
Bagi yang masih lajang atau sedang mempersiapkan diri untuk menikah, ada sejumlah masukan dari buku yang cukup bermanfaat untuk membuat kita lebih siap mental menghadapi dunia pernikahan. Seperti pentingnya melakukan pre-marriage talk yang dapat menjadi landasan penting membangun pernikahan harmonis.
Pernikahan menawarkan sebuah perjalanan baru. Ada yang bisa mendapatkan perjalanan yang nyaman hingga sepanjang hayat. Akan tetapi, ada juga yang perjalanannya perlu disudahi demi kebaikan bersama. Bagaimanapun, tiap perempuan berhak bahagia dalam setiap pilihan dan keputusan hidup yang diambilnya.
#WomenforWomen