Fimela.com, Jakarta Kepergian orang tercinta untuk selamanya tak pernah mudah untuk dihadapi. Menjalani keseharian dan kembali ke rutinitas rasanya takkan pernah sama lagi. Berdamai dengan rasa duka pun jelas butuh waktu dan proses tersendiri. Hal ini juga yang dirasakan oleh Sakurai Mikage. Kematian neneknya membuatnya sangat terguncang.
Kedua orangtuanya mati muda. Mikage pun dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Sayangnya, sang kakek wafat ketika ia masuk SMP. Hampir sebagian besar hidupnya dihabiskan bersama nenek. Sampai kemudian, nenek yang menjadi keluarga satu-satunya dalam hidupnya itu meninggal dunia. Mikage sendirian. Hari-harinya tak sama lagi.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Kitchen Karya Yoshimoto Banana
Judul: Kitchen
Penulis: Yoshimoto Banana
Penerjemah: Ribeka Ota
Pemeriksa Bahasa: Andry Setiawan
Penyunting: Windy Ariestanty
Penyelaras Aksara: Lovita Cendana
Desainer Sampul: Sukutangan
Penata Sampul dan Isi: Propanardilla
Penerbit: Haru
Cetakan pertama, April 2021
“Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur.”
Semua tokoh dalam kumpulan novela ini mengalami pergulatan batin setelah ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai; orangtua, kakek dan nenek, kekasih.... Mereka menghadapi keseharian, kemudian menyadari dalam kesepian mereka bahwa dunia ini penuh dengan keseimbangan unik di tengah kematian dan kehidupan.
Kitchen adalah karya debut Yoshimoto Banana yang telah memenangkan berbagai penghargaan literatur bergengsi. Melalui kalimat-kalimat yang disajikan dengan indah, Yoshimoto Banana akan mengajakmu menghadapi pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi karena khawatir dianggap rapuh.
***
"Karena sulit tidur di mana-mana, aku berpindah dari kamar ke tempat-tempat yang menurutku lebih nyaman hingga akhirnya pada suatu subuh aku sadar aku tidur paling nyenyak di samping kulkas." (hlm. 14)
Rasa duka yang mendalam bisa membuat kita merasa kehilangan arah. Melanjutkan hidup tanpa orang yang paling kita cintai bisa membuat hidup terpuruk. Malam-malam pun dilalui dengan perasaan hampa. Sulit tidur nyenyak, tak bisa berpikir tenang.
Mikage dalam situasinya yang sedang berduka mendapati dapur sebagai tempat paling nyaman untuknya. Baginya, suara dengung kulkas bisa melindunginya dari rasa sepi. Namun, ia merasa tak bisa terus menjadikan dapur sebagai "kamar tidur".
Sampai suatu ketika seorang pemuda bernama Tanabe Yuichi datang ke rumahnya. Dia adalah pekerja paruh waktu di toko bunga langganan mendiang nenek Mikage. Yuichi datang untuk menawari Mikage ke rumahnya dan tinggal bersama dirinya serta ibunya. Dari situ, Mikage perlahan untuk beradaptasi dengan situasi baru.
"Aku akan tumbuh besar dan besar, mengalami berbagai hal, dan berkali-kali tenggelam sampai dasar. Meski berulang kali menderita, aku akan berulang kali juga bangkit. Takkan kalah. Takkan mengendurkan kekuatan." (hlm. 68)
Kitchen adalah karya debut Yoshimoto Banana yang telah memenangkan berbagai penghargaan literatur bergengsi. Berisi tiga cerita pendek yang dua di antaranya saling berkaitan. Topik yang diangkat berkaitan dengan menghadapi kehilangan serta merengkuh harapan untuk melanjutkan hidup.
Membaca Kitchen, kita akan merasa sangat dekat dengan emosi yang dirasakan oleh Mikage. Ada rasa hampa, rindu, sedih, sampai seakan putus asa ketika kita menghadapi suatu kehilangan. Berduka dan bersedih adalah perasaan yang valid, meski dalam perjalanannya untuk berdamai dengan semua itu tak selalu mudah.
Dapur menjadi tempat yang bisa menghadirkan ketenangan bagi Mikage. Kita semua pasti punya sebuah tempat atau ruang yang paling kita sukai dalam hidup. Ruang yang bisa membuat kita merasa aman, nyaman, dan terlindungi. Tiap manusia memiliki "dapurnya" sendiri. Meski kehidupan berubah dan orang-orang yang menyertai hidup datang dan pergi, kita selalu bisa mengupayakan untuk menghadirkan dan menemukan kembali ruang ternyaman di dalam diri.
Selain karakter Mikage, karakter ibu Yuichi yang "tak biasa" juga memberi perspektif baru soal kebahagiaan dan jati diri. Kehidupan yang dipilih dan dijalaninya mungkin berbeda dari orang kebanyakan, tapi untuk bisa memiliki kebahagiaan selalu ada cara yang bisa diambil sendiri.
Ada perasaan pilu yang perlahan mengalirkan sensasi hangat setiap kali menyelesaikan cerita di buku ini. Ada kesedihan yang perlahan luruh ketika mengikuti kisah tokoh-tokoh di dalamnya. Karya yang sangat layak untuk dibaca, dinikmati, dan diingat seumur hidup.
#WomenforWomen