Sukses

Lifestyle

Di Usia Berapa pun Kita Bisa Merasa Insecure, Hadapi dan Teruslah Melangkah

Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti pernah merasakan perasaan tak nyaman seperti rendah diri, sedih, kecewa, gelisah, dan tidak tenang dalam hidup. Kehilangan rasa percaya diri hingga kehilangan harapan hidup memang sangat menyakitkan. Meskipun begitu, selalu ada cara untuk kembali kuat menjalani hidup dan lebih menyayangi diri sendiri dengan utuh. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Bye Insecurities Berbagi Cerita untuk Lebih Mencintai dan Menerima Diri Sendiri ini.

***

Oleh: Martya Putri

Aku pernah bertanya-tanya. Apa semua orang pernah merasakan insecure? Apa orang-orang yang mempunyai banyak kelebihan juga merasakan itu? Apa Harnaaz Sandhu Miss Universe 2021 juga punya insecurities? Apa Jungkook BTS juga merasa insecure? Apa Pak Nadiem Makarim juga pernah merasa insecure? Apa insecurities mereka juga sama dengan orang lain?

Aku lupa kapan kali pertama berkenalan dengan insecurity, ketika sadar aku sudah merasakan banyak insecurities. Di usiaku yang sudah 30an, aku rasa sudah melalui banyak insecurities itu sendiri.

Aku ingat dulu aku pernah berada di masa aku merasa insecure dengan fisikku. Masa di mana aku ingin secantik cewek lain yang aku lihat. Masa dimana aku merasa, “Duh, banyak banget kekurangan fisikku. Coba aku cantik kayak si A atau si B."

Tapi masa itu sudah berlalu, seiring bertambahnya usia dan banyaknya orang yang kutemui, aku sudah tidak lagi merasa perlu untuk mengkhawatirkan fisik. Selama fisik kita “sempurna” dalam artian berfungsi sebagaimana mestinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Masalah cantik atau enggak itu tergantung pandangan masing-masing, bukan masalah. Kita harus mengambil sisi positif dari setiap hal.

 

 

 

 

Insecurities yang Hadir Silih Berganti

Beranjak dari masa-masa itu, aku ingat punya kekhawatiran baru. Relationship insecurities.

Aku pernah berada di masa sulit percaya pada suatu hubungan. Setelah kupikir kembali, bisa jadi ini karena pengalaman masa kecil hingga remajaku dengan ayah tiriku. Aku ingat kali pertama bertemu dengannya, dia terlihat seperti orang yang baik. Tapi belakangan saat aku sudah lebih dewasa, aku mengerti tidak semua yang terlihat itu benar adanya.

Saat itu aku mengalami tahun-tahun di mana aku berpikir benarkah seseorang itu baik denganku atau hanya kamuflase saja. Perlahan setelah memutuskan hubungan dengan orang itu aku mulai mengatasi semua pikiran-pikiran negatif tentang orang lain.

Aku bukannya bisa keluar dari kekhawatiran itu sendirian, ada dukungan dari orang-orang terdekatku. Tidak hanya satu atau dua bulan, aku rasa aku perlu beberapa tahun juga mengatasi ini. Aku melewati usia awal 20an dengan berdamai dengan rasa ketidakpercayaan ini. 

Aku pikir semua sudah berakhir saat aku mengatasi relationship insecurities-ku, tapi nyatanya tidak. Muncul insecurity lain ketika aku lulus kuliah dan mulai bergaul dengan lebih banyak orang dalam jangkauan yang lebih luas.

Menghadapi Satu per Satu Insecurity

Ketika kali pertama aku bekerja, aku seperti melihat semua orang pintar kecuali aku. Semua terlihat hebat dalam pekerjaannya kecuali aku. Dalam beberapa forum mereka terlihat memahami semua paparan, tapi aku tidak.

Mereka bisa speak up dengan cas cis cus tanpa halangan tapi aku tidak. Mereka bisa menemukan kesalahan di sana sini pada suatu project sedangkan aku, kupikir kesalahan itu tidak ada sebelum mereka mengungkapkannya.

Aku pernah ada pada titik merasa “not being smart enough to contribute to the conversation or to a project.” Awal kerja di lingkungan itu, aku sempat stres juga, merasa mungkin aku salah masuk di situ. Tapi perlahan kupikir lagi, aku kerja bukan lewat jalur orang dalam, aku diterima kerja di situ setelah melewati beberapa tes.

Mereka juga bukannya kekurangan kandidat pelamar kerja dan tidak mungkin juga menerima sembarang kandidat. Dari situ aku mulai fokus pada apa yang harus aku kerjakan, memperhatikan bagaimana para senior bekerja.

Menerima kekuranganku dan memperbaikinya. Para senior yang memang welcome-pun banyak membantu selama bekerja di sana. Cukup lama aku berada di zona nyaman ini hingga akhirnya aku menikah dan pindah keluar pulau di akhir usia 20an. 

Tempat baru tentu lingkungan dan orang-orang baru. Aku bukannya kali ini saja pindah tempat, tapi ini kali pertama pindah keluar pulau. Dengan status baru pula, istri orang. Kukira aku sudah terbebas dari masalah relationship insecurity yang kualami dulu. Tapi seperti roda yang berputar, aku seperti ada di masa yang sama.

Melihat pola hubungan yang sama, bedanya aku sudah pernah mengalaminya sekali. Di awal aku masih meraba-raba aku harus bagaimana, tapi kuputuskan tak ingin hanyut dalam insecurity yang sama.

Entah orang itu memang baik atau hanya pura-pura baik itu bukan masalahku. Itu masalah mereka, aku hanya perlu percaya pada diriku sendiri. Percaya bahwa aku bisa melalui setiap hari dengan penuh cinta. 

Berdamai dan Mengatasi Rasa Insecure

Aku yang sudah umur 30an ini sudah menyadari bahwa wajar saja manusia mempunyai insecurities, entah di usia berapa dan bagaimana. Rasa insecure itu bisa saja hinggap di remaja belasan tahun ataupun orang dewasa usia 30 tahun ke atas.

Yang pasti kita tidak bisa membiarkan suatu keadaan memburuk. Berdasarkan semua yang sudah aku lalui, bye insecurities bisa diusahakan dengan:

1. Berpikiran positif. Meski segala sesuatu mempunyai dua sisi, usahakan melihat dari sisi positifnya dulu.

2. Berdamai dengan keadaan. Hidup tidak selalu berjalan dengan apa yang kita inginkan, tapi ingatlah Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

3. Habiskan waktu dengan orang-orang tersayang. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Pilihlah dekat dengan orang-orang tersayang, niscaya kekhawatiran-kekhawatiran kita akan memudar.

4. Fokus dan yakin. Keadaan boleh berubah, yang harus kita lakukan hanyalah fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan kita. Manusia selalu punya life skills, yakinlah kita bisa!

5. Percaya pada Tuhan! Agama apa pun yang kita anut, selalu mengajarkan untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Jika setiap usaha yang kita lakukan serasa tak membuahkan hasil, percayakan hasilnya pada Tuhan. 

Bye Insecurities!

#WomenforWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading