Sukses

Lifestyle

5 Puisi Tentang Mimpi Karya Chairil Anwar

Fimela.com, Jakarta Puisi adalah suatu karya sastra yang ditulis berdasarkan isi hatidan pikiran penulis, yang memiliki makna untuk memotivasi orang lain, menceritakan perasaannya, dan untuk mengkritik sesuatu.

Salah satu puisi yang terkenal adalah puisi milik Chairil Anwar. Chairil Anwar yang disebut sebagai "Si Binatang Jalang", sudah menulis puisi dengan jumlah kurang lebih 70 puisi. Chairil Anwar pernah dinobatkan sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia oleh H.B. Jassin, bersama temannya yang bernama Asrul Sani dan Rivai Apin.

Ada beberapa puisi tentang mimpi yang ditulis oleh Chairil Anwar, dan digemari oleh para pecinta sastra. Berikut puisi tentang mimpi karya Chairil Anwar:

Kepada Peminta-minta

Baik, baik, aku akan menghadap Dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku

 

Jangan lagi kau bercerita

Sudah tercacar semua di muka

Nanah meleleh dari muka

Sambil berjalan kau usap juga

 

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memandang

Menetes dari suasana kau datang

Sembarang kau merebah

 

Mengganggu dalam mimpiku

Menghempas aku di bumi keras

Di bibirku terasa pedas

Mengaum di telingaku

 

Baik, baik, aku akan menghadap Dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku

Prajurit Jaga Malam

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

kepastianada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

Tuti Artic

Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,

Adikku yang lagi keenakan menjilati es artic;

Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + cocacola.

Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.

 

Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal

terasa

– ketika kita bersepeda kuantar kau pulang –

Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,

Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.

 

Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali

bertukar;

Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:

Sorga hanya permainan sebentar.

 

Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu

Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Puisi Kehidupan

Hari hari lewat, pelan tapi pasti

 

Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru

Karena aku akan membuka lembaran baru

Untuk sisa jatah umurku yang baru

Daun gugur satu-satu

Semua terjadi karena ijin Allah

Umurku bertambah satu-satu

Semua terjadi karena ijin Allah

Tapi… coba aku tengok kebelakang

Ternyata aku masih banyak berhutang

Ya, berhutang pada diriku

Karena ibadahku masih pas-pasan

Kuraba dahiku

Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk

Kutimbang keinginanku…

Hmm… masih lebih besar duniawiku

 

Ya Allah

 

Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?

Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?

Masihkah aku diberi kesempatan?

 

Ya Allah….

 

Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku

Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku

Astagfirullah…

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan

Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…

Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…

Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…

Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…

Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…

Ya Allah,

Ijikanlah

Nisan

Bukan kematian benar menusuk kalbu

Keridhaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu di atas debu

Dan duka maha tuan tak bertahta.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading