Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: fuatuttaqwiyah channel
Ibu, 15 tahun sudah engkau menghadap-Nya. Jujur, aku masih ingat semua tentangmu. Terutama saat-saat terakhir bersamamu.
Ibu, pelukan terakhirmu masih kurasakan. Bau keringatmu masih bisa kuhidu setiap kali aku berkunjung ke makammu.
Ibu, terima kasih telah melahirkanku. Terima kasih telah menjadi ibu terbaik untukku. Ibu yang selalu membela dan mendukung semua langkahku. Walau menurut sebagian orang langkahku terlihat gila dan di luar logika atau bahkan salah.
Ibu, maafkan aku yang sekarang belum bisa rutin mengunjungi makammu. Karena jarak yang jauh darimu, padahal aku ingin selalu mengunjungimu seminggu sekali.
Ibu, rasanya damai berada di depan makammu. Seolah ibu masih ada di sisiku. Apalagi ada kakek dan nenek juga di sampingmu. Kedua orang yang juga berjasa dalam kehidupanku. Tanpa mereka, aku pun tidak bisa seperti sekarang.
Advertisement
Rindu yang Masih Terus Hadir Menyapa
Ibu, rasa kangen kepadamu begitu menggelora. Terkadang aku berharap engkau hadir dalam mimpiku. Menyapaku, bercerita, atau apa pun itu. Kurindu gelak tawamu atau marahmu ketika aku melakukan suatu kesalahan.
Ibu, aku mau cerita. Amanahmu sudah kutunaikan. Adik-adik sudah selesai pendidikan. Mereka sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing.
Aku juga sudah bahagia dengan keluarga kecilku. Sebentar lagi aku juga akan melahirkan seorang putra. Aku berharap ia mewarisi sifat baik ibu. Akan kudidik ia menjadi manusia yang berguna, bermanfaat bagi lingkungan, keluarga, dan agama.
Aku bersyukur mendapatkan suami yang pengertian, sevisi misi, dan mau mendukung semua langkahku. Ini semua terjadi pasti karena doa-doamu dulu. Satu hal lagi, ia juga pintar memasak, tidak sepertiku yang dulu selalu ibu ledek tidak bisa memasak.
Ibu, mertuaku juga sangat baik kepadaku. Walau terkadang kami sering berbeda pendapat. Namun, masih dalam tahap yang wajar.
Sekali dua kali aku tersinggung dengan ibu mertua. Namun, dukungan dari suami membuatku kuat. Selama suami mendukungku, semua terlewati.
Ibu, terima kasih sudah melahirkan, menyayangi, mendidik, dan selalu mendukung langkahku. Aku baru merasakan sekarang. Perjuangan menjadi ibu tidak mudah. Aku membutuhkan waktu 3 tahun lebih agar bisa merasakan menjadi ibu.
Ibu, doakan proses kelahiranku lancar. Amin.
#ElevateWomen