Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Rina Rahmi
Teruntuk ibuku yang sakit seolah rontok tulang belulang 32 tahun yang lalu, tapi wajah mungilku membuatmu lupa atas segala keperihan yang mengancam nyawa.
Aku tumbuh menjadi wanita yang sempurna fisik dan kasih sayang darimu dan ayahku. Walau kehidupan ideal tak kunjung datang dan mungkin tak datang, aku adalah pribadi yang wajib berterima kasih karena engkau, aku hadir di dunia dengan segala sedih dan bahagianya.
Advertisement
Untuk Ibu Tercinta
Teruntuk ibuku yang merawatku sepanjang waktu. Melewati masa muda dengan tangisan bayi, bau ompol, lagu dan tontonan anak-anak, serta berbagai tantrum yang kalau engkau tanya, aku tak pernah bisa menjelaskan alasannya. Kini aku memahami penjagaan ibu terhadap anak-anaknya tanpa pernah berbatas, tapi malangnya kasih anak kepada ibu sungguh terbatas.
Teruntuk ibuku, madrasahku. Engkau yang mengenalkanku pada Tuhanku. Tidak ada hal terbaik di dunia kecuali mengenal Sang Pencipta dengan segala keMahaPerkasaannya. Engkau yang lembut dan sesekali berteriak memintaku shalat dan mengaji. Engkau yang mengantarku menuju tempat belajar agama dengan motor kesayanganmu. Engkau yang sering mengatakan, "Tidak perlu anak pintar, tapi perlu anak berakhlak." Saat ini aku sadar, tanpa madrasahku, aku mungkin sudah terombang ambing.
Teruntuk ibuku, guruku. Kalau tadi madrasah, sekarang ibu guru. Benar, engkau adalah guru di sekolahku. Memang kita tidak selalu bertatap muka, tapi kutahu engkau memperhatikan aku diam-diam.
Mengantarkan bekal siang saat aku lupa membawanya. Membawakan obat oles untuk jerawat pertamaku. Menasihatiku berulang kali harus hormat pada orang yang lebih tua. Seiring zaman berganti, itulah bekal berharga yang mulai terlihat langka.
Teruntuk ibuku, sahabat curhatku. Tidak ada pendengar terbaik selain keluarga. Darimu terucap kalimat menenteramkan telinga. Engkau yang melahirkan, engkau pula yang tahu kebaikan untukku. Memang tak sempurna selamanya. Aku masih saja menjadi pendebat ulung dan engkau masih penyabar tanpa batas. Sebanyak apa pun aku mencari, tetap bukan mereka di luar sana. Cukup engkau pendengar jatuh bangun episode kehidupanku.
Teruntuk ibuku, my traveling partner. Dengan teman, bepergian itu menyenangkan. Tapi denganmu perjalanan lebih berkesan. Melihat senyum yang tak kunjung padam dari bibirmu, aku pikir langit menurunkan berkahnya padaku. Semoga kaki-kaki ini masih kuat berpijak, karena masih banyak sudut bumi-Nya yang perlu kita jelajahi.
Teruntuk ibuku, saksi hidupku. Padamu kugantungkan mimpi. Impian saat hari itu tiba. Ketika tak ada lagi sesosok ayah, engkau satu-satunya samudera nasihat yang kuharapkan selalu mengalir. Engkau terdepan saat orang lain menatap anakmu terbelakang. Engkau berdiri menguatkan saat anakmu terduduk menyerah. Bagimu perjalanan anak adalah sejarahmu, yang kelak ingin kau banggakan di depan Sang Pemilik Kehidupan.
Teruntuk ibuku, separuh jiwaku. Denganmu, dunia ini surga. Secuil surga bernama Ibu. Semoga aku mampu mengantarmu kepada surga keabadian nanti.
#ElevateWomen