Sukses

Lifestyle

Perempuan yang Lahir di Keluarga Sederhana, Bisa Jadi Sosok Tegar saat Dewasa

Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.

***

Oleh:  Siti Zamzawiyah

Tidak ada yang menyangkal bahwa menjadi Ibu adalah sebuah tantangan sendiri bagi seorang wanita. Penyematan sosok Ibu tentu bukan hanya peran tunggal yang harus dijalankan. Terus melekatnya peran sebagai anak sekaligus istri turut meggandeng peran lanjutan sebagai konsekuensi seorang ibu yang harus dijalankan secara seimbang dan beriringan.

Kehebatan dalam memikul peran secara berbaregan itulah menjadi salah satu alasan bagi seorang anak untuk meletakkan rasa hormat terhadap ibunya. Melalui goresan demi goresan tulisan ini, ingin kuceritakan mengenai sosok inspiratif yang selalu aku jadikan suri tauladan dalam mengarungi kehidupan, yaitu tak lain adalah Ibuku.

 

Kisah Dimulai ketika Seorang Ibu Juga Merasakan Peran sebagai Anak

Semua peran dimulai ketika sesorang mengalami fase sebagai anak, termasuk seorang ibu. Ibu dengan sosok yang sangat tangguh dalam berjuang, tak lepas juga pernah mengalami berbagai macam kisah di dalam fase menjadi anak. Lukisan canda tawa, tangis, ataupun haru menyelimuti dalam hidupnya.

Ibu dilahirkan dari keluarga yang bisa dibilang menengah ke bawah. Kakekku yang berprofesi sebagai penjual es krim dan nenek sebagai penjual gerabah, mengharuskan Ibu ekstra prihatin dalam urusan keuangannya. Tidak mengherankan jika Beliau memiliki alokasi waktu lebih banyak untuk bekerja daripada bermain seperti kebanyakan anak lainnya.

Bermain menjadi salah satu hal paling menyenangkan bagi seorang anak, tapi hal itu tidak seutuhnya berlaku untuk Ibu. Ketika Ibu memilih menghabiskan waktunya untuk bermain, maka konsekuensi yang harus ditanggung adalah tidak makan sampai orang tuanya pulang dari bekerja.

Pekerjaan kakek dan nenek yang mengharuskan mereka pergi dari pagi buta hingga menjelang sore, membuat mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk menyediakan masakan bagi anaknya.

Ibu Menjalani Hidup yang Penuh Perjuangan

Sehingga hanya bahan makanan yang dititipkan kepada anak untuk diolah sendirilah menjadi bekal bagi Ibuku untuk memasak sebuah makanan. Ketika peran sebagai anak sekolah telah selesai dilakukan, maka hal selanjutnya yang Ibu lakukan yaitu meluangkan waktunya untuk memasak bahan makanan agar bisa dinikmati sebagai hidangan.

Bahkan sebelum proses memasak, perjuangan Ibu pun harus dimulai dengan mencari daun, ranting, ataupun kayu kering untuk digunakan sebagai bahan bakar memasak. Karena memang dengan segala ketebatasan ekonomi, maka alternatif memasak pun masih menggunakan tungku sederhana dengan bahan bakar yang didapatkan dari ladang sebagai penyokongnya.

Hari demi hari terlewati dengan penuh kesederhanaan dan perjuangan, hingga tibalah waktu di mana Ibu lulus dari bangku SD. Tentu tersemat penuh harap dihatinya agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi sekali lagi, karena keterbatasan biaya maka Ibu harus berpuas hati dengan hanya mengenyam pendidikan SD dan melanjutkan aktivitasnya membantu orang tua ataupun pekerjaan rumah.

Tidak lama setelah kelulusannya di bangku SD, tepatnya saat berumur 13 tahun 2 bulan, Ibu dipersunting oleh seorang pria yang masih satu dusun. Momen itu menjadi perantara bagiku untuk merasakan kehidupan dunia, sekaligus mengenal lebih dekat dengan sosok yang sangat aku hormati dan segani sebagai pribadi yang memberikan banyak pembelajaran. Pekerja keras, gigih, tegas, sekaligus penyayang adalah sepenggal karakter yang terus melekat dalam sosok Ibu sebagai penggambarannya dalam berproses memperjuangkan sebuah makna kehidupan.

Figur Ibu dalam Membersamai Anaknya Menyelami Makna Kehidupan

Rasa syukur menjadi kata perwakilanku ketika diberikan kesempatan untuk merasakan kehidupan dunia yang penuh warna. Dilahirkan dari keluarga sederhana tentu bagian pelengkap dalam menikmati rasa syukur karena melalui keadaan itulah perjuangan demi perjuangan terus terukir dengan sangat indah.

Keluarga yang penuh kasih sayang, kesederhanaan, serta perjuangan membentuk gambaran dalam ingatanku sebagai seorang anak terhadap sebuah hidup. Keluarga menjadi tempat untuk menempaku dalam memaknai proses agar dapat bertumbuh setiap harinya. Dan bagiku, Ibu adalah orang yang mengambil peran paling besar dalam proses tersebut.

Ibu sebagai figur guru pertama memberikan ingatan yang lekat tentang karakter suri tauladan bagi seorang anak. Ibu yang dilahirkan oleh keluarga sederhana, tentu hal itu juga berpengaruh dalam gaya mendidik anaknya.

Nilai kesederhanaan, keuletan, serta jiwa pantang menyerah merupakan nilai yang selalu dicontohkan dalam setiap tindakannya. Sebagai anak tentu aku punya keinginan untuk memiliki berbagai barang mainan seperti teman di lingkunganku. Tapi apakah itu terjadi? Tentu saja tidak.

Ibu sangat selektif dalam memberikanku izin untuk membeli mainan. Ketika barang tersebut dinilai tidak terlalu diperlukan ataupun cepat rusak, maka Ibu tidak akan membelikannya. Terlebih dengan latar belakang didikan orang tua dan kondisi keluarga yang sekarang, maka Ibu hanya akan memberikan izin untuk membeli beberapa mainan yang dirasa fungsional, terutama dalam jangka panjang.

 

Mendidik dengan Menanamkan Nilai Tanggung Jawab

Masih berhubungan dengan keuangan, Ibu juga sangat hati-hati dalam mengatur pengeluaran keluarga, termasuk untuk keperluan uang jajan ataupun untuk keperluan rumah tangga secara keseluruhan.

Untuk memberikan pembelajaran bagi anak agar dapat bertanggung jawab dalam memanajemen uang, Ibu memberikan jatah uang mingguan kepada anak-anaknya. Ibu mempercayakan alokasi pengeluaran sepenuhnya kepada anak untuk dibelanjakan kebutuhan dasarnya selama seminggu, meskipun sebelumnya sudah diperhitungkan masing-masing kebutuhan yang mungkin akan dikeluarkan.

Ketelitian dalam pemenuhan keperluan rumah tangga pun juga diaplikasikan dengan selalu memperhatikan pengeluaran yang memang benar-benar dibutuhkan. Ibu tidak akan segan memangkas pengeluaran yang dirasa kurang penting, seperti liburan yang terlalu sering, konsumtif, dan lainnya.

Sehingga melalui peran Ibu yang sangat teliti sekaligus sederhana tersebut lah, kebutuhan keluargaku mampu terpenuhi dengan pendapatan yang masih terbilang pas-pas an.

Nilai pembelajaraan dalam berbagai dimensi di sebuah keluarga tentu akan terbentuk ketika di dalamnya ada elemen pendukungnya, tidak terkecuali adanya andil seorang Ibu. Ibu merupakan salah satu sosok sumber di keluarga untuk dijadikan sebagai tempat untuk menempa ilmu maupun pengalaman.

Para anaknya diberlakukan sikap yang tegas dalam menjalankan rutinitas kesehariannya. Waktu belajar, membantu orang tua, bermain, kumpul keluarga, ataupun waktu untuk mengisi rutinitas lainnya telah tersusun rapi dalam sebuah peraturan. Apakah semua itu artinya mengekang anak terutama dalam keterikatan waktu? Tentu tidak.

Justru dengan bantuan bimbingan dan arahan dari ketegasan seorang Ibu itulah, akhirnya aku dapat mengerti betapa pentingnya menghargai sebuah waktu. Semua orang diberi waktu yang sama, tetapi yang membedakan dengan orang lain adalah bagaimana kita memanfaatkan sebaik mungkin waktu dimiliki untuk sesuatu yang bermanfaat.

Terima Kasih Ibu untuk Semua Pembelajaran yang Kudapatkan Darimu

Tentu semua Ibu mempunyai keinginan untuk memberikan segala upaya terbaik dalam mendedikasikan kepada anaknya. Ibu akan mempertimbangkan segala ilmu ataupun pengalaman yang didapatkannya untuk dipraktikkan dalam melaksanakan peran sebagai pendidik keluarga.

Tidak ada Ibu yang mengharapkan anaknya tumbuh dengan segala penderitaan ataupun kesengsaraan. Oleh karena itu, meskipun dalam implementasinya Ibu memberlakukan karakter tegas, disiplin, ataupun penuh kesederhanaan, pasti di dalam setiap tindakannya terselimut rasa kasih sayang nan peduli, karena itu adalah naluri seorang Ibu.

Jadi tidak mengherankan ketika kita kembali mengenang setiap memori yang terekam baik sejak kita dilahirkan maupun sampai sekarang, maka pengharapan yang selalu timbul dalam benak seorang anak adalah ungkapan rasa terima kasih tidak terhingga kepada orang tuanya, terkhusus untuk seorang Ibu. Melalui perantara tangan orang tualah seorang anak akhirnya akan mampu melihat dan memaknai sebuah jalan kehidupan yang harus dilaluinya.

Dari proses pembelajaran timbul sebuah pengharapan hingga mencapai level pemaknaan. Itulah serangkaian fase yang mendorongku untuk terus belajar dan bertumbuh, terlebih dengan adanya bimbingan seorang Ibu.

Oleh karena itu, melalui untaian memori tulisan ini, rasa terima kasih serta permintaan maaf yang begitu dalam, ingin aku ucapkan kepada seorang bidadari duniaku, yaitu Ibu, yang sangat berjasa dalam mendidik, membimbing, ataupun menuntunku dalam melewati fase demi fase sebuah pemaknaan hidup. Terima kasih Ibu.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading