Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Sutianingsih
Usia yang tak lagi muda, pemikiran yang tidak lagi seperti anak belia dan akhirnya akan menjadi seorang ibu juga. Aku baru merasakan betapa susah menjadi peranmu, peran yang pasti akan dihadapi oleh semua anak perempuan kesayanganmu, Mah.
Menjadi seorang ibu dari anugerah Tuhan yang berwujud seperti malaikat kecil yang akhirnya akan menjadi seorang anak kebanggaanmu kelak. Melalui surat singkat ini aku hanya ingin mengucapkan terima kasih secara sederhana.
Seorang anak perempuan yang berhasil engkau didik sedemikian rupa tanpa seorang ayah yang menemanimu melalui kerasnya dunia. Tepat, satu hari sebelum aku menulis surat cinta sederhana ini, adalah sebuah hari yang diperingati oleh seluruh anak sebagai Hari Ibu.
Hari yang membuatku ingin meluapkan seluruh cinta untukmu hanya untukmu, Mah. Hari yang ingin aku jadikan sebagai hari terima kasih secara mendalam dari seorang anak perempuan biasa. Betapa bangganya aku lahir dari rahimmu, menjadi anakmu dan kamu menjadi ibuku.
Advertisement
Ibu Mendidikku Seorang Diri
Hari itu, ketika aku berusia lima tahun, tepat hujan pagi menemani dengan hangatnya punggungmu memangku aku dengan semangat. Tangan kanan yang tidak engkau sia-siakan dengan membawa sekantung timun hasil panen di kebun kita sendiri. Sama dengan tangan kirimu yang tak kau beri ruang dan napas, kau isi dengan termos berisikan es lilin yang sampai saat ini menjadi makanan favoritku untuk terus bisa mengingat hari itu.
Sebuah perjalanan sekaligus perjuangan antara aku dan kamu Mamah. Tersenyum menghadapi kerasnya dunia, yang tak memberi ruang untuk bernapas lega. Kita berkeliling kampung bersama, berharap ada rezeki seribu atau dua ribu rupiah sampai di tangan kita.
Suara merdumu selalu menjadi nomor satu dibandingkan dengan artis internasional lainnya. Aku pun ikut berteriak selantang-lantangnya, dan ikut meneriaki sekeras-kerasnya yang aku bisa. Satu per satu para ibu rumah tangga sekitar keluar untuk membeli, ada sekadar yang merasa iba dan ada yang memang benar-benar membutuhkan. Apa pun itu aku tetap bersyukur atas rezeki yang Engkau turunkan.
Pada beberapa waktu tertentu, aku sempat menangis karena mengeluh rasa lelah yang amat dan merengek untuk meminta dibelikan beberapa jajanan. Dengan nada yang bisa dibilang sedikit meninggi karena dipengaruhi rasa lelah yang amat dalam, Mamah pun mencoba untuk bernegosiasi denganku, secara perlahan untuk mengerti seperti apa keadaan yang sedang kita hadapi saat ini.
Aku yang memang masih belum mengerti dan mengutamakan egonya diri sendiri, terus memaksa dan merengek meminta apa yang aku inginkan. Namun, setelah aku beranjak dewasa dan mengingat kembali kejadian tersebut, karena Mamah menceritakan kembali kejadian itu. Lucu dan sedikit gemas memang, namun hal itu membuatku sadar akan bagaimana mengontrol egoisme diri yang semakin mendalam.
Kini, Aku pun Menjadi Seorang Ibu
Aku sadar sekaligus belajar, bahwa kejadian demi kejadian itu membuatku semakin dewasa menghadapi keadaan dan lingkungan sekitar. Banyak hal yang membuatku teringat akan masa kecil, akan masa di mana aku belajar untuk menahan diri, untuk mendapatkan suatu hal ada pengorbanan yang harus diberikan. Klise memang, tapi memang begitu adanya dan tidak bisa aku pungkiri.
Melalui surat sederhana ini, aku sampaikan betapa beruntungnya aku bisa melalui beberapa fase kehidupan bersamamu sampai pada masa kita bisa merasa sedikit lega akan kebaikan Yang Maha Kuasa. Tidak seperti dahulu yang harus membanting tulang berkeliling kampung menjajakan makanan untuk didagangkan.
Sekarang kita menikmati buah dari suksesnya menahan egoisme diri. Aku tumbuh menjadi anak yang tahu akan ukuran diri, Mamah memberiku pandangan akan kehidupan yang perih pasti berlalu seiring dengan rasa ikhlas yang menyertai.
Aku yang sudah memiliki keluarga kecil dan sebentar lagi akan dikaruniai seorang anak dan sekaligus menjadikanmu seorang nenek dari anakku. Akan aku ajarkan secara perlahan apa arti cinta dan kasih seorang ibu untuk anakku. Aku akan memberikannya kasih sayang penuh seperti engkau memberiku arti kasih sayang dahulu.
Tunggu dahulu, aku mohon tunggu dahulu jangan pergi dan meninggalkanku. Aku hanya ingin memberimu seluruh kebahagiaan yang bisa aku berikan. Izinkan aku berbakti kepadamu, berbakti sebagai anak perempuan yang tulus memberi cinta untukmu. Terima kasih telah melahirkanku dan yang pasti aku akan menjadi anak perempuan yang selalu membuatmu bangga padaku.
#ElevateWomen