Fimela.com, Jakarta Hari Ibu menjadi hari seorang anak berterima kasih atas perjuangan dan jasa untuk ibu yang sudah membesarkannya. Umumnya, peringatan ini dirayakan dengan memberikan suatu barang atau bunga untuk ibunda tercinta guna membalas kasih sayang anak kepada ibu. Di Indonesia, perayaan Hari Ibu jatuh pada 22 Desember.
Penting untuk diketahui, Hari Ibu tak hanya dirayakan di Indonesia saja, ada pun negara lain yang juga merayakannya. Misal, di Negeri Paman Sam alias AS yang memperingati Hari Ibu pada 12 Mei dan pertama kali dirayakan pada 1908.
Advertisement
BACA JUGA
Berangkat dari itu, nyatanya ada kisah kelabu dibalik lahirnya Hari Ibu (Mother’s Day) di Amerika Serikat. Sang pencetus adalah Anna Jarvis merasa menyesal telah menciptakan Hari Ibu. Lantas, mengapa demikian? Simak kisahnya yang Fimela rangkum dari Liputan6, Kamis (23/12).
Advertisement
Ann Jarvis, Ibu dari Anna Jarvis
Anna Jarvis sendiri merupakan anak dari seorang aktivis bernama Ann yang membantu mendirikan Mother’s Day Work Club untuk mengajari para wanita setempat cara merawat anak-anak mereka. Hal tersebut telah dilakukan sebelum Perang Saudara di AS pada 1861-1865.
Kemudian pada 1869, ia mengorganisir sebuah komite untuk Mother’s Friendship, yakni hari bagi para ibu untuk berkumpul dengan mantan tentara Union (Persatuan) dan tentara Confederate (Konfederasi) untuk mempromosikan rekonsiliasi sekaligus bisa berdamai setelah peperangan.
Anna Jarvis kehilangan sang ibu pada 1905. Setelah itu, perjuangan Ann Jarvis dilanjutkan oleh anak perempuannya, Anna Jarvis guna menghormati pengorbanan yang dilakukan ibu untuk anak-anak mereka.
Penyesalan Anna Jarvis
Anna Jarvis mengawali perayaan resmi pada Mei 1908 di kampung halamannya, Grafton, Virginia Barat. Acara ini digelar di gereja Metodis dan mendapat sponsor dari John Wanamaker, seorang pemilik toko dari Philadelphia yang merayakan Hari Ibu pada hari yang sama.
Bahkan, Anna melanjutkan upayanya untuk menginginkan Hari Ibu bisa ditambahkan ke kalender nasional dengan menulis surat kabar kepada politisi dan media. Impiannya pun terwujud, sebab pada 1914 presiden Wilson menandatangani sekaligus menetapkan Hari Ibu sebagai perayaan tahunan resmi.
Sayangnya, perayaan itu jauh lebih populer dari yang ia bayangkan. Para perusahaan kartu serta toko bunga mencari keuntungan pada setiap Hari Ibu. Anna pun menyesal karena tidak suka Hari Ibu hanya dijadikan ajang cari untung. Ia pun tidak tahan dengan gagasan warga yang rela menghabiskan uang untuk membeli bunga, kartu ucapan dan cokelat mahal.
Berdasarkan laporan CNN, Anna pernah melakukan demo di depan toko bunga untuk menolak Hari Ibu dijadikan ajang komersil. Tidak berhenti disitu, ia mengecam Ibu Negara Eleanor Roosevelt yang menjadikan Hari Ibu sebagai cara meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan anak-anak, di mana Anna tak ingin perayaan ini diasosiasikan dengan kesehatan.
Anna Jarvis pun meninggal pada 1948 dan Hari Ibu masih tetap dirayakan guna mengapresiasi para perempuan.
Penulis: Atika Riyanda Roosni
#Elevate Women