Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Rosita Meli
Aku termasuk anak perempuan yang tertutup dan tidak banyak bercerita kepada ibu. Bukan karena tidak akrab atau kaku dalam keluarga. Hanya saja aku merasa tidak harus menceritakan masalah pribadi kepada ibu. Terlebih setelah aku menikah.
Semenjak menikah, aku mengikuti suamiku untuk tinggal di rumah mertua beserta adik-adik suamiku dalam satu atap. Orangtuaku pun tidak keberatan jika aku tinggal bersama dengan keluarga suamiku. Karena menurut adat di keluargaku, jika perempuan menikah dengan anak laki-laki pertama maka ia wajib untuk tinggal serumah dengan mertuanya dan mengurus mereka, apalagi suamiku adalah anak laki satu-satunya di keluarga.
Banyak hal yang begitu berbeda baik itu kebiasaan, perlakuan dan tata cara yang membuatku tertekan setelah menikah. Apalagi aku tidak bekerja lagi dan fokus mengurus suami dan anak-anak.
Jauh dari ibu, sungguh tidak enak. Kadang aku rindu sekali dengan kebiasaan bersama ibu, bercanda bergurau bahkan perhatian kecil seperti dibuatkan teh atau camilan menjadi kerinduan yang sangat aku harapkan ketika aku sakit.
Advertisement
Ingin Membahagiakan Ibu
Ibuku sosok perempuan tangguh dan pekerja keras. Banyak beban dan deritanya semasa muda terutama masalah dalam keluarga. Sebagai seorang anak, aku ingin berkeluhkesah dan mencurahkan ketidaksenanganku tentang hidup yang aku jalani. Tapi di lain sisi, hatiku tak tega menceritakan kisahku dan kesedihanku kepada ibuku.
Alhasil yang aku ceritakan terkadang berbanding kebalik dengan yang terjadi, bahkan tak jarang aku memberi ibuku uang dengan jumlah besar dengan nama suamiku. Dan jelas terliha , raut wajahnya menahan haru bahagia.
Dalam pikirnya, anak perempuannya sangat beruntung dan bahagia menjalani rumah tangga. Punya suami yang perhatian dan memiliki kehidupan yang layak, serta mertua yang sayang seperti orangtua kandung dan banyak lukisan yang menjadi doanya untukku. Dan di sana, aku merasa baktiku sebagai seorang anak adalah dengan membuat ibuku merasa aku begitu beruntung.
Ibuku selalu mendoakanku mendapatkan suami dan keluarga yang baik, tidak seperti hidupnya. Itulah yang membuatku tak sanggup menceritakan kesedihanku kepada ibu.
Di usia senja ibu, aku hanya ingin ia melihat hal bahagia dari anaknya agar ia tak merasakan sakit yang lebih. Sudah cukup sulit hidupnya dan aku tak ingin hatinya remuk.
Kadang ketika aku sedang berpelukan dengannya, aku hanya bisa berbicara dan berdoa untuknya dalam hati, "Ma, Sita sayang Mama. Sita perempuan kuat seperti Mama dan Sita pastikan Sita benar-benar bahagia."
I love you, Mama.
#ElevateWomen