Fimela.com, Jakarta "Apa arti masa lalu bagi kehidupan kita saat ini?" Sebuah pertanyaan yang diselipkan Lala dalam salah satu paragraf di buku ini mewakili pertanyaan kita semua. Tak banyak di antara kita yang benar-benar mencari jawaban atas pertanyaan itu. Bahkan mungkin masih merasa tak ada gunanya menjawab pertanyaan itu meski sempat terbersit juga tanda tanya yang sama dalam salah satu titik kehidupan kita. Namun, jika kita meluangkan waktu kita untuk menarik lagi garis ke belakang dan mengetahui sejarah kehidupan yang ada, ada banyak ruang dan dimensi baru yang akan membuka sudut pandang kita tentang kehidupan lebih luas lagi.
Perjalanan Menuju Pulang, buku ini merupakan memoar dari dua perempuan. Dua perempuan yang di menceritakan dan menelusuri garis keluarga mereka. Mencari tahu asal muasal aliran darah di dalam tubuh mereka, yang tidak hanya dari Indonesia saja tetapi juga ada dari Belanda bahkan Jerman. Tak terbatas hanya mencari darah nenek moyang mana yang mereka warisi, Lala dan Lara dalam buku ini juga mengungkapkan berbagai sudut pandang, pengalaman personal, hingga memaknai kehidupan yang mereka jalani.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Buku Perjalanan Menuju Pulang
Judul: Perjalanan Menuju Pulang
Penulis: Lala Bohang dan Lara Nuberg
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Perjalanan Menuju Pulang mengisahkan Perempuan di Antara Ruang & Waktu menghimpun banyak cerita. Ada juga surat, ilustrasi, serta pertanyaan yang dieksplorasi Lala Bohang dan Lara Nuberg, sejarawan dan penulis Indo Belanda, dalam suatu program yang mempertemukan dan membawa mereka dalam penjelajahan batin yang bermakna.
Apakah buku ini merupakan kisah kehidupan, terkait dengan keberadaan Belanda selama 350 tahun di kepulauan Indonesia? Atau sejarah kolonial tersebut nyaris tidak meninggalkan jejak dalam kehidupan kedua perempuan muda ini? Pada saat dunia sudah meninggalkan kolonialisme dan pascakolonialisme, kita memasuki tahap baru dalam sejarah. Sejarah apakah yang ditulis Lala Bohang dalam buku ini?
***
"Aku percaya warisan nenek moyang kita tidak hanya memengaruhi perangkat keras, seperti nama keluarga dan penampilan fisik, tetapi juga perangkat lunak: kebahagiaan, rasa sakit, trauma, dan kenangan." (hlm. 52)
Membaca tulisan Lala dan Lara yang membahas penelusuran nenek moyang mereka, kita akan ikut terbawa dalam upaya pencarian identitas diri. Tak hanya itu saja, kita makin menyadari bahwa keberadaan kita saat ini di sini juga tak lepas dari garis keturunan dan warisan dari kakek dan nenek buyut kita.
Ketika orang Indonesia bertemu orang baru dalam lingkungan sosial, mereka cenderung mengajukan pertanyaan seperti "Di mana kamu tinggal?", "Apakah kamu sudah menikah?", "Dari mana asalmu?", "Apa agamamu?". Setiap kali ditanya asalku, aku bingung bagaimana menjawabnya dengan tepat, karena aku "gado-gado", campuran dari segalanya. Aku bangga dengan kenyataan itu karena rasanya tak ada yang bisa memasukkan identitasku ke dalam satu kotak. (hlm. 82)
Ketika aku mengunjungi Indonesia, kebanyakan orang melihatku sebagai 'bule'--sebagai turis. Satu-satunya kesamaan yang kumiliki dengan mereka adalah warna kulit, mata, dan rambutku. Di luar itu, akar Indonesia-ku sulit dilacak pada pandangan pertama. (hlm. 84)
Buku ini dibuka dengan linimasa yang menampilkan rangkuman sejarah Indonesia-Belanda. Mencakup berbagai peristiwa penting dan bersejarah yang pernah terjadi di Nusantara. Lalu mengerucut mencapai garis keturunan Lara dan Lala.
Dalam Bab Menelusuri Masa Lalu Perempuan-Perempuan di Keluarga Kami, terlihat jelas betapa besarnya pengaruh garis keturunan dan pengalaman hidup nenek buyut, nenek, dan ibu dalam sebuah keluarga. Rangkaian peristiwa yang dialami oleh para perempuan pada masa lalu dalam garis keluarga punya peran dan pengaruh besar dalam pembentukan tradisi hingga kebiasaan yang dibangun dalam keseharian keluarga.
"Identitas dan akar tubuhmu bukanlah pilihanmu sendiri, melainkan terberikan saat lahir." (hlm. 110)
"Menurutku, sejarah seharusnya disampaikan dengan metode bercerita seinklusif mungkin sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang keadaan masa lalu dan pengaruh masa lalu terhadap masa kini." (hlm. 115)
Yang tak kalah menarik dari memoar ini adalah cara Lala dan Lara memandang pentingnya memelajari sejarah. Sejarah tidak semestinya dihafal dan dipelajari dengan cara kaku. Ada banyak aspek dan sudut pandang yang lebih luas yang bisa digali dari sebuah sejarah. Sebab dari sejarah masa lalu, ada garis penting yang bisa kita tarik untuk menjalani masa kini dengan lebih utuh.
"Di keluargaku, kami hanya berbicara tentang hal-hal permukaan. Begitu pula cara kebanyakan temanku dibesarkan: perasaan dan pikiran disimpan dalam-dalam. Sealu lebih baik berbaur dengan lingkungan daripada menyatakan perasaan dengan lantang. Perbedaan pilihan hidup dengan orangtua tidak seharusnya dibicarakan di dalam keluarga." (hlm. 122)
Tiap keluarga punya kebiasaan dan tradisi masing-masing. Di buku ini ada sisipan resep makanan yang paling berkesan di keluarga Lala dan Lara. Makanan menjadi sebuah bentuk bahasa cinta sendiri dalam sebuah keluarga. Bahkan dari makanan keluarga ada rangkuman sejarah kehidupan juga yang diungkapkan.
Lala dan Lara berbagi cerita soal asal usul keluarga mereka serta sudut pandang mereka tentang pencarian jati diri dan identitas diri. Membaca kisah mereka seakan membuat kita membaca buku harian sahabat perempuan kita sendiri. Apalagi dalam bagian tukar menukar surat antara Lara dan Lala, ada semacam perasaan nostalgia yang hangat ketika saling menanyakan kabar dan berbagi cerita lewat rangkaian kata yang disampaikan dalam bentuk surat.
"Perdebatan tentang masa lalu, terkait dengan sejarah, sering kali rentan terjebak dalam diskusi tanpa akhir. Semakin banyak aku membicarakan sejarah dan semakin banyak sudut pandang yang kudengar, semakin aku dapat membentuk opiniku sendiri, proses ini menjadi semacam perjalanan pencarian yang sangat pribadi bagiku." (hlm. 163)
Memoar yang sangat menghangatkan hati. Perjalanan Menuju Pulang menjadi bacaan yang memberikan berbagai wawasan baru soal memelajari sejarah, membentuk sudut pandang soal identitas diri serta cara bersikap dalam menjalani kehidupan, hingga mencari makna kehidupan yang menjadi bagian dari proses belajar seumur hidup. Serta kembali mengingatkan kita betapa pentingnya peran dan latar belakang keluarga dalam membentuk jati diri kita saat ini.
#ElevateWomen