Fimela.com, Jakarta Seorang ayah di Afghanistan menjual putrinya yang berusia sembilan tahun kepada pria lain berusia 55 tahun dengan terpaksa. Hal ini disebabkan ia tak lagi punya pilihan lagi untuk menghidupi keluarganya. Pria ini pun mengaku hatinya hancur karena telah melakukan perbuatan yang seharusnya tidak ia lakukan.
Parwana Malik yang tinggal di kamp pengungsi di Afghanistan ini menyebut dirinya ketakutkan akan dipukuli dan memaksanya melakukan pekerjaan kasar di rumah oleh pria tua tersebut setelah penjualan disepakati antara pria itu dan orangtuanya.
Advertisement
BACA JUGA
Sang ayah mengatakan, menjual putrinya merupakan satu-satunya cara agar ia dapat menghidupi keluarganya setelah ekonomi negara mereka runtuh ketika Taliban merebut kekuasaan, dikutip Liputan6, Sabtu (13/11/2021). Kelompok hak asasi manusia menjelaskan bahwa kelaparan dan keputusasaan ini berarti semakin banyak keluarga yang dipaksa untuk menjual anak-anak mereka, di mana ini sama dengan perdagangan anak.
Advertisement
Perasaan “Hancur” dengan Rasa Bersalah
Ayah Parwana, Abdul Malik terlihat memohon agar pria tua itu tidak memukuli gadis kecilnya. Bahkan, Parwana mencoba berjuang saat diseret oleh si pembeli. Kepada CNN, Abdul mengatakan ia putus asa dan terpaksa melakukan hal ini. “Kami ada delapan anggota keluarga, saya harus menjualnya demi menjaga anggota keluarga lainnya agar tetap hidup,” tuturnya.
Keluarganya pun tinggal di sebuah kamp pengungsi di provinsi Badghis. Di sana, Abdul berusaha untuk mendapatkan sejumlah uang semampunya. Namun, akibat krisis yang terjadi sejak Taliban kembali menguasai Afghanistan, ia tak lagi bisa mencari nafkah untuk memberi makan keluarga tercintanya dan terpaksa meminjam banyak uang dari kerabat.
Sang Ayah berbicara dengan menangis kepada pembeli putrinya, “Ini pengantinmu. Tolong jaga dia, kamu bertanggung jawab untuknya sekarang, tolong jangan pukul dia,” ujarnya. Pria tua itu mengaku berencana untuk membesarkan Parwana sebagai anggota keluarganya dengan mempekerjakan gadis kecil itu di rumahnya.
Abdul mengatakan kepada CNN bahwa ia sudah mencoba mencari pekerjaan namun tidak berhasil sehingga ia tak mampu membeli kebutuhan dasar. Pilunya, Abdul mengaku “hancur” dengan perasaan bersalah, malu dan khawatir. Ia mengatakan uang itu hanya akan menopang keluarganya selama beberapa bulan.
Kisah Pilu dan Tragis Lainnya
Dalam kasus pilu dan tragis lainnya, seorang nenek menggambarkan dipaksa untuk menjual dua cucu perempuannya agar keluarganya juga bisa tetap bertahan hidup. Ruhsana Samimi yang berusia 56 tahun ini mengatakan, “Kamu kelaparan dan tidak menerima bantuan, bahkan dari kerabat kami sendiri,” ujarnya.
Hampir satu juta anak di negara tersebut berisiko kelaparan, menurut Program Pangan Dunia PBB. Bahkan, kelompok itu menyebut jutaan orang bisa mati kecuali segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan 22,8 juta warga Afghanistan yang hampir mati kelaparan.
*Penulis: Atika Riyanda Roosni.
#Elevate Women