Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Purida
Mengenang bapak ada sesuatu yang membuatku sakit, penyesalan yang tak berujung mengelayuti hatiku. Andai saja waktu itu aku bisa kompromi dengan apa yang bapak lakukan dan andai saja bapak mau mengerti dengan apa yang dimaui kami anak-anaknya mungkin tidak ada konflik di antara kami.
Sebulan setelah ibu meninggal, bapak mulai goyah seperti hilang pegangan, antara sedih karena kehilangan istri yang dicintai juga sepertinya ada perasaan lega karena terbebas setelah sekian lama merawat Ibu sakit sampai meninggal, bapak tak lepas dari samping ibu. Kepergian ibu membuat bapak sering pergi menemui kawan-kawannya. Di antara kawan-kawannya ada yang menjodoh-jodohkan bapak dengan wanita entah itu janda atau yang masih perawan tua. Bapak sebagai seorang duda baru, terkadang menangapi niat baik kawannya itu.
Tanggapan bapak akhirnya diseriusi oleh kawannya, akhirnya diperkenalkan dengan seorang janda tua yang tidak memiliki anak. Entah mengapa bapak seperti dicucuk hidungnya baru kenalan seminggu, janda tersebut minta segera dinikahi, dan bapak mengiyakan tanpa berembug dengan kami anak-anaknya. Aku sebagai anak tertua paling tidak terima dengan keputusan bapak yang tergesa-gesa, sementara kuburan Ibu belum padat bapak sudah mau menikah lagi. Aku merasa dikhianati karena tanpa sepengetahuan kami bapak menikah diam-diam.
Pernikahan bapak dengan janda tua itu adalah awal malapetaka kebahagiaan keluarga kami. Setelah menikah bapak memboyong istri barunya ke rumah kami, dan bapak meminta kami memperlakukan istrinya seperti almarhumah Ibu. Harus memanggilnya ibu, harus nurut apa kata dia, harus mau makan apapun masakan dia, sampai masalah keuangan dibawah kendali dia.
Advertisement
Ada Kesedihan dan Penyesalan yang Mengendap
Bapak menjadi seorang suami yang takut istri. Ya memang istrinya orang yang keras lebih tepatnya galak. Kencang dalam memegang uang alias pelit, kami terbiasa longgar dalam masalah keuangan, karena Ibu memprioritaskan kami dalam hal apa pun. Sekarang kami terpaksa tunduk dan patuh dengan aturan serta perintahnya.
Yang menyedihkan lagi bapak hanya diam melihat anak-anaknya diperlakukan seperti itu. Aku sebagai anak tertua sering tidak terima dan protes dengan keadaan yang tidak nyaman ini , tiada hari tanpa konflik baik dengan aku maupun dengan ketiga adikku. Ketidakcocokan kami dengan istrinya menjadikan bapak bingung dan sedih. Mau memihak anaknya takut sama istrinya, mau memihak istri tidak tega melihat anak-anaknya. Bapak jadi dilema dan serba salah.
Karena memendam rasa, pelan-pelan kesehatan bapak mulai menurun. Hingga pada suatu saat bapak harus opname di rumah sakit dan divonis ada penyumbatan aliran darah di jantung. Bapak harus sering kontrol berobat rutin kerumah sakit.
Sakitnya bapak tidak mengubah temperamen istrinya bahkan cenderung menguasainya. Aku dan adik-adik berusaha menjaga perasaan bapak yang sedang sakit. Kami banyak diam dan mengalah saat mendapatkan perlakuan istrinya yang semena-mena. Prinsip kami yang penting kesehatan bapak yang paling utama, tetapi kediaman kami rupanya disalahartikan oleh istrinya, dibilangnya ke orang-orang bahwa kamilah penyebab bapak sakit jantung.
Tak berapa lama kesehatannya mulai membaik , dan bapak sudah beraktivitas kembali tapi sudah menjadi qodar, bapak mendapat serangan jantung meninggal di tengah kawan-kawan organisasinya. Allah memanggilnya tanpa ditunggui anak-anak dan istrinya.
Mungkin ini yang terbaik, bapak lebih nyaman didampingi kawan-kawannya saat menghadap Illahi. Meninggalnya bapak membuat kami terpukul, penyesalan yang tiada tara aku rasakan belum bisa membahagiakan bapak.
Maafkan anakmu ini Pak. Sampai akhir hayatmu aku belum bisa menerima istrimu menjadi menjadi pengganti Ibu.
#ElevateWomen