Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Easter Aulia
Dari kecil hubungan saya dengan ayah tidak baik-baik saja karena saya selalu merasa seperti anak tiri walaupun sebenarnya saya anak kandung. Ini karena sudah kebiasaan jika anak lelaki lebih dimanja dan dianggap sebagai penerus keturunan. Saya sangat merasakan perbedaan kasih sayang.
Selain itu ayah juga sangat sibuk bekerja sehingga kami tidak terlalu dekat. Ayah sangat keras, ketika kecil seringkali saya mendapat luka sabetan gesper di kaki sampai bengkak. Jadi, saya benci ayah saya.
Suatu hari, setelah lulus SMA, ayah mengirim saya saya kuliah ke Jerman dengan tiket sekali jalan dan bekal selama 3 bulan di sana seraya berpesan jika saya hanya boleh pulang kalau saya lulus kuliah. Saya merasa seperti dibuang.
Syukurlah, saya bisa menyelesaikam studi dengan baik. Setelah pulang saya tetap mendapat perlakuan berbeda seperti dulu.
Akhirnya saya memutuskan untuk pergi lagi ke luar sambil melanjutkan sekolah dan belajar bahasa Inggris di Amerika. Itupun ayah bilang tidak akan lagi membiayai sekolah saya jika saya ingin lanjut kuliah.
Saya berhasil menyelesaikan S2 saya secara mandiri. Setelahnya, saya membuka usaha dari hasil tabungan saya bekerja saat kuliah dulu. Jadi hubungan saya tidak pernah baik dengan ayah.
Advertisement
Kepergian Ayah untuk Selamanya
Suatu hari di bulan Juni 2021, kami sekeluarga terkena covid-19. Ayah, kakak dan adik saya masuk ke rumah sakit. Ibu saya sudah berpulang 5 tahun lalu. Saya tidak masuk ke rumah sakit karena merasa kuat dan baik-baik saja. Ya, saya suka olahraga sehingga dampak covid-19 tidak separah orang rumah.
Hari ketujuh mereka dirawat, kondisi saya tiba-tiba menurun. Susah bernapas dan saturasi rendah sekali. Tapi saya bersikeras bertahan di rumah. Diberi pinjaman tabung oksigen dari gereja. Siang itu ayah dipindahkan ke ICU dan ruang tunggu IGD RS ada 20 orang.
Akhirnya saya tidak kuat lagi dan abang mengantar saya ke RS tempat keluarga saya dirawat. Satu ruangan itu ada 3 ranjang dan 1 kosong karena ayah pindah ke ICU dan karena cluster keluarga sehingga suster mengizinkan saya memakai ranjang bekas ayah. Seakan ayah memberikan ranjangnya untuk saya.
Esoknya, ayah meninggalkan kami selama-lamanya. Mungkin ini cara Tuhan agar membuat saya tersadar dan bisa berterima kasih pada ayah.
Sisi positif lainnya, justru karena perlakuan ayah begitu malah saya jadi lebih mandiri, smart, dan lebih bisa menghadapi hidup dengan bimbingan ayah. Terima kasih ayah, beristirahatlah dengan damai. We all love you!
#ElevateWomen