Fimela.com, Jakarta Beberapa tahun belakangan, sains menjadi mata pelajaran dan ekstrakurikuler yang diminati para siswa. Sains bukan lagi terlihat sebagai hal ditakuti karena sulit, namun mulai dilihat menjadi hal menyenangkan dan keren.
Untuk membuat sains menjadi semakin populer, diperlukan gaya pembelajaran yang asik dan menyenangkan. Tentunya agar minat para siswa pada sains semakin besar dan Indonesia bersiap memiliki banyak ilmuwan di masa depan.
Seperti kolaborasi yang dilakukan antara Education New Zealand (ENZ) dan Jaringan Sekolah CIKAL lewat School Influencer Workshop (Lokakarya Pemengaruh Sekolah). Di mana guru sains dari Jaringan Sekolah CIKAL berkesempatan untuk mengakses sumber pembelajaran digital dan menyusun pelajaran sains yang lebih efektif.
Advertisement
Dalam lokakarya yang difasilitasi oleh Dr. Srirparna Saha, kandidat PhD dari jurusan GeoEducation di University of Canterbury, New Zealand, para guru diberi lebih banyak sumber pembelajaran digital yang dimiliki oleh New Zealand. Seperti portal sains sciencelearn.org.nz dan portal pembelajaran milik University of Canterbury canterbury.ac.nz kepada 50 peserta lokakarya. Dr. Saha juga berbagi pengalaman dan studi kasus tentang bagaimana sekolah-sekolah di New Zealand mengaplikasikan kurikulum pelajaran sains dengan kreatif.
“Selama lokakarya, kami berhasil mendiskusikan ide-ide tentang beragam cara untuk mengintegrasikan informasi dan teknologi komunikasi ke dalam kelas-kelas yang berbeda – dengan memperhatikan bahwa tujuan utama pelajaran-pelajaran ini adalah bukan hanya untuk membuat belajar menjadi menyenangkan dan penuh arti bagi mereka, namun juga untuk memuaskan rasa haus mereka akan ilmu semampu kami,” papar Dr. Saha.
Advertisement
Membantu Guru Mengembangkan Materi Sains dari Gaya Pembelajaran NZ
Lokakarya ini juga mendorong para guru untuk mengembangkan kreativitas dalam pelajaran sains mereka.
“Saya senang dapat berpartisipasi dalam lokakarya yang diadakan oleh Dr. Saha. Di masa di mana interaksi tatap muka saya dengan para siswa terbatas, menggunakan alat-alat digital dalam pelajaran saya akan berguna dalam membuat pembelajaran menjadi interaktif dan dapat diakses. Saya berharap dapat mendengar dari para siswa saya sendiri tentang bagaimana menurut mereka alat-alat digital telah membantu pembelajaran dan pemahaman mereka tentang gunung berapi, dan sains secara umum,” ujar Novy Morriska, Programme Manager for Science di Sekolah CIKAL.
Lokakarya ini merupakan yang terbaru dari serial School Influencer Workshop dari ENZ yang bermula pada 2017. Rangkaian lokakarya ini menggarisbawahi tujuan ENZ yaitu diplomasi pengetahuan, berbagi keahlian, kursus, dan keterampilan yang dimiliki New Zealand untuk ditawarkan pada masyarakat internasional.
Menurut Direktur Regional Asia ENZ, Ben Burrowes, lokakarya ini mewakili upaya New Zealand dalam memampukan lebih banyak masyarakat di luar New Zealand untuk merasakan pengalaman gaya belajar New Zealand.
“Mātauranga Māori, atau Pengetahuan Maori, adalah keunikan kami. Ini merupakan hal holistik dan merujuk pada pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang semua hal yang kasat mata maupun tidak yang hadir dalam semesta – dan gunung berapi adalah bagian dari itu. Yang terpenting, dasar dari Mātauranga Māori memandang pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran lisan.
“Lokakarya yang dibimbing oleh Dr. Sriparna dari University of Canterbury telah memungkinkan para guru Indonesia untuk belajar bagaimana kami mengajar di New Zealand dan mengaplikasikannya ke dalam konteks pendidikan lokal dan masa kini, di mana alat-alat digital mulai memainkan peran yang lebih besar dalam pengajaran. Kami berharap dapat terus menyelenggarakan lokakarya bersama seperti ini dengan para ahli kami di New Zealand dan para mitra kami di Indonesia,” tutup Mr Burrowes.
#ElevateWomen