Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Shofiyatun
Akhir-akhir ini emosi saya agak gampang tersulut gara-gara postingan di sebuah akun instagram yang isinya begini, “Wanita muslim tidak boleh memakai BH di hadapan para lelaki yang bukan mahramnya. Memakai BH mengakibatkan bentuk payudara menjadi nampak dan membuat para perempuan nampak lebih muda sehingga mereka menjadi sumber fitnah."
Apa hubungannya payudara sama nampak lebih muda? Kalau pakai serum anti aging saya masih paham sama korelasinya. Nah ini. Kenapa sih akun-akun hijrah ini selalu menyasar perempuan sebagai objek ‘bahan’ dakwahnya. Belum lagi selalu menjadikan bahwa perempuan seakan-akan satunya sumber fitnah.
Lagian ya, para pelari laki-laki saja suka ngasih pelindung pentil ke dada dikarenakan gesekan baju ke dada sering membuat iritasi. Nah ini perempuan disuruh jangan pakai BH. Tujuan penggunaan BH selian tidak membuat dada iritasi juga untuk menyangga punggung tidak gampang capek. Dari namanya saja sudah BH, yaitu Breast Holder/Bust Holder.
Dan kekesalan saya mulai mereda ketika menemukan buku berjudul Buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah. Buku ini menampung semua kegelisahan saya, terutama terkait perempuan yang seakan-akan satunya sumber fitnah, perempuan yang kemana-mana harus ditemani mahram, perempuan yang seakan-akan pendek akal, dosa jariyah, sering pulang malam dan kegelisahan lainnya.
Advertisement
Menjalani Rutinitas dengan Keteguhan Hati
Jadi buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah merupakan karya Dr Faqihuddin Abdul Kodir mencoba memberikan pencerahan akan pandangan terkait perempuan. Buku ini membahas membahas 25 hadis yang kerap ditafsirkan “merendahkan” perempuan dengan menggunakan perspektif mubadalah.
Apa itu Mubadalah? Mubadalah adalah terminologi untuk relasi antara dua pihak berbasis kesetaraan, kesalingan dan kerja sama. Baik dalam relasi pertemanan, keluarga, sosial; atau relasi kerja antara buruh majikan; atau politik antara rakyat dan negara; atau relasi berbasis jenis kelamin, gender, kelas atau yang lain. Kata kunci dalam terminologi relasi mubadalah ada tiga: kesetaraan, kesalingan, dan kerja sama (Hal. 4)
Dalam relasi gender, perspektif mubadalah merupakan keyakinan cara pandang, sikap, perilaku, dan tindakan yang menempatkan laki-laki dan perempuan sebagai subjek kehidupan yang utuh dan setara. Salah satu tidak lebih penting dari yang lain, keduanya sama-sama penting, baik dalam melakukan dan memperoleh seluruh kebaikan hidup, maupun usaha agar terhindar dari segala keburukannya. Pengalaman perempuan sama pentingnya dengan pengalaman laki-laki. Ia harus dikenali, dipahami, dan dirujuk untuk memahami kehidupan agar lebih utuh dan lebih baik. (Hal 11)
Ketika menyebut perempuan sebagai sumber fitnah agar tidak mengambil hadis secara sepotong, tapi dalam konteks luasnya. Laki-laki maupun perempuan sejatinya bisa menjadi sumber fitnah. Namun, di saat bersamaan keduanya juga adalah sumber rahmat. Dengan demikian, yang menjadi poin penting bukan menilai seseorang sebagai sumber fitnah atau tidak, tetapi cara manusia menjadi anugerah untuk kemaslahatan bersama.
Dalam al-Quran, fitnah berarti ujian dan cobaan hidup, bisa berupa apa saja dan bisa oleh siapa saja. Ia juga berarti pesona yang bisa menggiurkan dan menggoda orang lain. Laki-laki bisa menjadi fitnah bagi yang lain, sebagaimana perempuan juga bisa menjadi fitnah. (Hal 101)
Pesona perempuan bisa jadi yang terberat bagi banyak laki-laki, tetapi tidak semua laki-laki. Karena mungkin ada yang lebih terpesona oleh godaan-godaan lain seperti kekuasaan, harta, atau ambisi-ambisi sosial. Poinnya bukan apa pesona yang terbesar dalam hidup, tetapi bagaimana kita bisa istikamah dalam menghadapi ujian pesona ini. Apapun bentuknya dan dari mana pun datangnya. (Hal 103-104)
Teks ini berbicara persoalan yang sengguhnya timbal balik mengenai pentingnya menjaga diri dari kemungkinan terjerumus akibat pesona orang lain. Dengan pemaknaan mubadalah ini, teks hadis tentang fitnah perempuan tidak dimaksudkan untuk memberikan label fitnah atau kodrat penggoda terhadap perempuan. (Hal 105)
Jika kamu-kamu juga memiliki kegelisahan yang sama dengan saya. Buku ini amat sangat saya rekomendasikan. Apalagi dalam keseharian saya adalah seorang perempuan single dan bekerja di sektor konstruksi. Seperti kita tahu pekerjaan di sektor konstruksi itu identik dengan maskulinitas. Padahal sejatinya pekerjaan di posisi tertentu bisa dikerjakan oleh perempuan.
Dan karena buku tersebut saya amat pede untuk mengatakan bahwa perempuan single yang di sekitarnya banyak laki-laki itu bukan sumber fitnah. Saya pulang malam karena lembur itu juga bukan fitnah. Yang fitnah adalah anda-anda yang saking selownya sampai ngurusin kehidupan orang lain.
Setiap ketemu orang baru dan kemudian dia menanyakan saya kerja di mana? Saya dengan bangga selalu menjawab bahwa saya kerja di kontraktor, dan nyaris selalu mendapat tanggapan balik, "Jadi admin ya, Mbak?" Dan tentu saja dengan bangga saya akan bilang, "Wah jelas tidak, saya seorang site engineer." Saya tidak berniat merendahkan posisi admin ya, namun untuk menambah wawasan baru bahwa banyak posisi tertentu yang bisa dikerjakan perempuan tanpa melulu di bagian admin.
Kembali ke akun-akun hijrah tadi saya jadi was-was apakah sebenarnya akun tersebut memang akun dakwah atau siapa tahu ini aslinya akun yang sengaja dibuat untuk kontroversi buat nambah follower, eh begitu follower banyak. Malah jadi akun jualan.
#ElevateWomen