Fimela.com, Jakarta Ibrahim atau yang memiliki gelar Datuk Sutan Malaka, dan sering dipanggil Tan Malaka, merupakan tokoh pahlawan Nasional Indonesia dan menjadi pendiri Partai Murba. Tan Malaka juga memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Tan Malaka juga menerbitkan beberapa buku seperti Madilog, dari Penjara ke Penjara, Aksi Massa, Gerpolek, dan lain sebagainya. Buku-buku Tan Malaka ini berisi tentang filsafat dan pemikiran kiri.
Tan Malaka menuliskan banyak kata-kata penuh makna dalam bukunya, yang bisa jadi motivasi dan semangat bagi anak muda zaman sekarang. Berikut kata-kata dari buku karya Tan Malaka:
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Kata-Kata Tan Malaka
1. Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.
2. Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
3. Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri.
4. Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin.
5. Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi.
6. Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.
7. Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.
8. Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas.
9. Modal bisa memenjarakan manusia, membuat manusia bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam untuk kekayaan oranglain.
10. Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia... Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.
Kata-Kata Tan Malaka
11. Berpikir besar kemudian Bertindak.
12. Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.
13. Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada.
14. Cuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu.
15. Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan tentang kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan dipergunakan.
16. Sudah tentu seorang pengarang atau penulis manapun juga dan berapapun juga adalah murid dari pemikir lain dari dalam masyarakatnya sendiri atau masyarakat lain. Sedikitnya ia dipengaruhi oleh guru, kawan sepaham, bahkan oleh musuhnya sendiri.
17. Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakatyang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.
18. Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
19. Yang tajam balik bertimbal, kalau tak ujung pangkal mengena.
20. Murid yang cerdik juga insyaf, bahwa kalau dia sudah tahu satu cara, satu undang, satu kunci buat menyelesaikan satu golongan persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh persoalan atau jawabannya puluhan atau ratusan persoalan itu, tetapi dia pegang cara atau kuncinya persoalan tadi saja.
Advertisement
Kata-Kata Tan Malaka
21. Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.
22. Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada watak masyarakat, dan didikan masing-masing orang.
23. Sudah pernah seorang pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa kalau satu negara seperti Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.
24. Bukankah seseorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, seperti buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak isteri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai "marsuse’’ (angkatan militer siap gempur) yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang bisa mengikat dirinya lahir dan batin.
25. Bahwa mereka pekerjalah, yang menduduki lantai ekonomi perekonomian Indonesia.
26. Bahwa benda itu adalah satu rantai, satu karma yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.
27. Yang kuat perindustriannya, itulah pihak yang mesti menang.