Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Christine Natalia Papilaya
Saya adalah seorang ibu rumah tangga dari dua orang anak. Saat ini saya tinggal dan menetap bersama suami dan anak-anak saya di Bali, dulunya saya pernah bekerja selama beberapa tahun di Jakarta. Saya juga seorang ibu bekerja dan menjalani peran saya dengan sepenuh hati.
Membina rumah tangga memang bukan perkara mudah. Ada begitu banyak tantangan dan juga naik turun kehidupan yang saya alami, terlebih lagi saya tinggal di kota yang berjauhan dengan orang tua saya. Mereka tinggal di Bekasi dan saya di Bali. Bahkan di Bali saya tinggal satu area dengan mertua meskipun beda rumah, saya tidak pernah mengalami kesulitan beradaptasi dengan mertua, mereka bahkan membantu saya dalam mengurus anak selama saya bekerja dan selalu mendukung pekerjaan saya.
Justru tantangan adalah dalam berkomunikasi dengan suami saya. Pekerjaan membuat kami harus menjalani hubungan pernikahan jarak jauh. Suami bekerja di kapal pesiar dan di luar negeri, terikat dengan kontrak selama 7-8 bulan. Tetapi saya berusaha untuk menjalaninya dengan ikhlas dan sadar bahwa inilah pilihan hidup yang saya buat, saya harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan.
Saya juga tahu bahwa suami saya berjuang demi keluarga kecilnya sama seperti saya yang juga berjuang untuk menjadi ibu dari anak-anak saya dan istri yang baik untuk suami saya. Salah satu cara untuk menghindari masalah komunikasi dengan suami adalah komitmen.
Kami juga menjadwalkan waktu yang tepat untuk telepon dan video call atau setidaknya chat setiap hari, menyisihkan waktu untuk saling cerita dan berbagi tentang apa saja hal-hal/kesulitan yang kami alami dalam seharian atau membahas tentang rencana masa depan. Dalam hal ini meskipun ada kalanya salah satu dari kami lelah setelah bekerja seharian atau mengantuk karena beda waktu, tapi kami tahu bahwa ini adalah salah satu cara kami untuk berkomunikasi.
Tidak lupa kami saling mengingatkan untuk berdoa, memohon kepada Tuhan tentang segala hal dan tidak lupa mengucap syukur. Saya pikir ini efektif karena dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan saling mendoakan kami saling mendukung dan ini adalah salah satu bentuk ekspresi cinta kami. Ketika kami berselisih kami saling memberi ruang masing-masing untuk merenung, kami menghindari berbicara ketika suasana tidak mendukung agar kata-kata yang terucap tidak menyakiti hati pasangan.
Advertisement
Dikaruniai Anak Kedua
Tahun 2020 adalah tahun yang cukup berkesan dan sekaligus paling berat karena saya dinyatakan positif hamil anak kami yang kedua dan diperkirakan akan melahirkan pada bulan September, di saat yang sama pandemi virus corona mulai meluas. Suami harus tetap berangkat kerja ke luar negeri di bulan Februari, dan saya harus tetap bekerja.
Akhirnya setelah menjalani pembicaraan yang serius dengan suami saya memutuskan untuk bekerja hanya sampai bulan Juli 2020 karena suami baru akan selesai kontraknya di bulan Oktober. Itu artinya saya akan melahirkan tanpa kehadiran suami dan ini sudah yang kedua kalinya, saya berdoa memohon kekuatan kepada Tuhan agar mampu menjalani semua sampai saat nanti melahirkan. Dan pada bulan September tanggal 11 lahirlah anak kami yang kedua dengan selamat, meskpiun suami hanya bisa video call dan mendukung doa dari jauh, saya bersyukur didampingi oleh ibu mertua yang sabar.
Dua pekan pasca persalinan saya sudah mampu beraktivitas normal, meskipun lagi lagi harus mengingat beberapa hal dan membaca tips mengurus bayi karena jarak dengan anak pertama cukup jauh yaitu lima tahun. Saya kemudian teringat untuk tetap punya waktu sendiri ketika anak tertidur. Dalam hal ini tetap menjaga asupan makanan, suplemen vitamin dan treatment diri sendiri, supaya saya mampu mengurus kedua anak saya dengan baik.
Apalagi anak pertama saya pertama kali masuk PAUD di tahun 2020 dan menjalani belajar daring, otomatis saya harus membagi waktu untuk menjadi guru dadakan sambil mengasuh si kecil yang baru lahir. Tantangan pasti ada tapi ketika kita membagi waktu dan berusaha untuk seimbang tapi saya sadar saya manusia biasa.
Butuh waktu istirahat dan mengurus dua anak di dua fase pertumbuhan yang berbeda memang tidak mudah, itu sebabnya saya tidak sungkan meminta bantuan mertua dan ipar. Saya bersyukur mereka mengerti dan memahami sehingga saya terbantu dalam proses adaptasi mengurus dua anak.
Kehamilan anak kedua kami memang direncanakan tapi saya dan suami tidak mengira kalau tahun 2020 kami akan menghadapi pandemi virus corona, meskipun begitu kami tahu bahwa kami tetap harus berjuang demi keluarga dan orang orang yang kami sayangi.
Pada akhir bulan Oktober saat saat yang membahagiakan bagi saya dan anak-anak karena hari yang ditunggu telah tiba yaitu kepulangan suami dari luar negeri, tapi tidak mudah karena harus melewati protokol kesehatan yang ketat.
Bahkan ketika sampai di rumah suami harus dikarantina di rumah depan dan di kamar sendiri selama 2 minggu, 3 hari setelah sampai juga ada pemeriksaan dari dinas kesehatan setempat dan banjar (seperti ketua RT/RW) yang mendampingi untuk memastikan suami melakukan protokol kesehatan yang sudah informasikan.
Sampai sekarang suami saya belum bekerja lagi karena perusahaan belum beroperasi dengan optimal, tapi saya sudah kembali lagi bekerja dan bergantian dengan suami mengurus anak. Kami tahu ini tidak mudah tapi kami berjuang sambil juga berdoa. Kami percaya tidak ada usaha yang sia-sia ketika kita menjalani segala sesuatunya dengan sepenuh hati dan tidak lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan, karena semua indah pada waktu-Nya.
#ElevateWomen