Fimela.com, Jakarta Sepotong Senja Untuk Pacarku adalah sebuah buku novel fiksi, karya dari Seno Gumira Ajidarma, yang diterbitkan tahun 2002.
Dalam buku ini dituliskan tentang Sukab yang mengirimkan sekerat senja dalam amplop, kepada orang yang dicintainya, yaitu Alina. Buku yang berisi kumpulan cerpen tentang senja ini sangat populer. Seno menuliskan cerita tentang senja, yang disukai para pembacanya dan digunakan sebagai isi surat cinta, untuk mengejar cinta dari pujaan hatinya.
Advertisement
Sahabat Fimela juga bisa menggunakan kata-kata atau kutipan yang ada dalam buku ini, karena isinya sangat menyentuh hati dan romantis. Berikut kutipan Sepotong Senja Untuk Pacarku:
BACA JUGA
Advertisement
Sepotong Senja Untuk Pacarku yang Menyentuh Hati
1. “Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak merubah apa-apa. Lagipula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.”
2. “Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu.”
3. “Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.”
4. “Apakah dunia ini tidak bisa hadir biasa-biasa saja, tanpa cerita-cerita tak masuk akal yang sulit dipercaya?”
5. “Kutatap senja itu, masih selalu begitu, seperti menjanjikan suatu perpisahan yang sendu.”
6. “Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata, tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.”
7. “Betapa kunang-kunang itu memberikan cahaya di tengah kegelapan. Ia menjadi lupa dengan kesia-siaan hidupnya.”
8. “Kalau kita bisa mencintai yang kita miliki saja, dan tidak selalu mengharapkan yang tidak ada, barangkali hidup juga akan menjadi lebih mudah.”
9. “Apakah tempat memandang yang sama akan menghasilkan penglihatan yang sama?”
10. “Namun apakah masih boleh disebut semacam cinta jika tidak terdapat kebahagiaan padanya meski setidak-tidaknya sesuatu seperti kebahagiaan dalam penderitaan?”
Sepotong Senja Untuk Pacarku yang Penuh Makna
11. “Karena yang tidak kita ketahui lebih banyak dari yang kita ketahui, dan yang tidak diketahui itulah yang akan menjadi penyebab kematian kita semua.”
12. “Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain. Mereka berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.”
13. “Alina, yang manis, paling manis, dan akan selalu manis. Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas, hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.”
14. “Aku pun tahu Sukab, senja yang paling keemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan.”
15. “Itulah senja, yang seperti cinta, tiada pernah tetap tinggal abadi, selalu berubah sebelum punah, meninggalkan segalanya dalam kegelapan dunia yang merana.”
16. “Senja adalah janji sebuah perpisahan yang menyedihkan tapi layak dinanti karena pesona kesempurnaannya yang rapuh, seperti kehidupan yang selalu terancam setiap saat untuk berakhir dengan patuh.”
17. “Kamu kira aku senang dicintai kamu? Nggak usah cinta-cintaan lagilah. Tarik hujanmu ini.”
18. “Kurelakan cinta yang tidak abadi seperti mimpi. Biarlah segalanya berlalu dan selalu berlalu seperti peristiwa apa pun yang akan selalu berlalu.”
19. “Betapapun semua ini terjadi karena cinta, dan hanya karena cinta--betapa besar bencana telah ditimbulkannya ketika kata-kata tak cukup menampungnya.”
20. “Sebuah surat adalah pesan, kandungan rohani manusia yang mengembara sebelum sampai tujuannya. Sebuah surat adalah sebuah dunia, di mana manusia dan manusia bersua.”
21. “Jangan berpikir, kataku dulu, juga jangan berpikir tentang pikiran ikan-ikan. Pikiran kita sendirilah yang menghancurkan dunia nyata.”
22. “Kepada keturunanku kuriwayatkan sejarah manusia di muka bumi, yang dengan segala kelebihannya dari segenap makhluk lain tak pernah mampu menahan dirinya sebagai penghancur.”
23. “Airmataku titik, tetapi apalah artinya airmata di sebuah dunia yang terdiri dari air.”
24. “Sebuah bisikan betapa pun lemahnya tiada akan hilang bukan?”
25. “Tapi manusia manapun bisa melakukan kesalahan bukan?”
26. “Mereka tidak bisa membayangkan betapa mungkin manusia menghancurkan hutan, mengotori laut, menyantap makhluk-makhluk lain, dan membantai sesamanya tanpa perasaan; mereka tak mengerti betapa mungkin manusia menjadi begitu jahat, dan dengan kecerdasannya hanya merusak semesta yang suci.”
27. “Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia ini Sukab, di sebuah dunia yang sudah miskin masih bersimbah darah pula?”
28. “Jual beli adalah dunia para pedagang, entahlah harus dibilang kasihan atau diberi penghargaan.”
Advertisement
Kata-Kata Seno Gumira Ajidarma di Buku Lainnya
29. “Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya.”
30. “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”
31. “Seberapa indah mimpi, jika tetap mimpi?”
32. “Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
33. “Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak merubah apa-apa. Lagipula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.”
34. “Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan jujur dan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.”
35. “Apalah yang bisa pasti dari perasaan manusia?”
36. “Betapa tidak akan menguji ketabahan, jika sesuatu yang sudah seolah-olah seperti cinta masih juga tidak memberi jaminan kebahagiaan?”
37. “Siapapun yang melempar wacana ke masyarakat mesti bersedia menanggung risiko atas segala tanggapan, dipuja maupun dihujat - dan itulah ukuran kedewasaannya.”