Fimela.com, Jakarta Ranah 3 Warna adalah sebuah novel kedua karya Ahmad Fuadi. Novel ini diterbitkan tahun 2009, yang merupakan novel kedua dari Negeri 5 Menara.
Dalam novel ini menceritakan tentang Alif yang sudah lulus sekolah dari Pondok Madani, kemudian meneruskan cita-citanya untuk menjadi seperti Habibie. Sehingga Alif melanjutkan serkolah di Teknologi Tinggi Bandung, dan merantau agar bisa mencapai jendela dunia sampai Amerika.
Advertisement
Ada banyak sekali pelajaran penting yang di dapatkan dari membaca novel Ranah 3 Warna ini. Ahmad Fuadi juga menuliskan banyak kutipan yang bisa memotivasi pembacanya, agar semangat mencapai cita-cita. Berikut kutipan novel Ranah 3 Warna:
BACA JUGA
Advertisement
Kutipan Novel Ranah 3 Warna yang Inspiratif
1. "Man shabara zhafira." (Siapa yang bersabar akan beruntung).
2. "Man jadda wajada!" (Siapa bersungguh-sungguh akan berhasil).
3. "Orang-orang yang aku kenal ini menaruh simpati, kasihan, bahkan ada yang meremehkanku. Seakan mereka tidak percaya dengan tekad dan kemampuanku. Aku tidak butuh semua komentar mereka. Aku bukan pecundang. Sebuah "dendam" dan tekad menggelegak di hatiku. Aku ingin membuktikan kepada mereka semua, bukan mereka yang menentukan nasibku, tapi diriku dan Tuhan. Aku punya impianku sendiri. Aku ingin lulus UMPTN, kuliah di jalur umum untuk bisa mewujudkan impianku ke Amerika."
4. "Going the extra miles. I'malu fauqa ma'amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain."
5. "... Mereka benar-benar mengamalkan kata-kata Julius Caesar, veni vidi vici, saya dantang, saya lihat, dan saya menang."
6. "Bila aku bosan belajar, aku bisikkan kediri sendiri nasihat Imam Syafi'i, "berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang." Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa datang."
7. "Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap upaya, di atas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dan do'a. Sekarang tinggal aku serahkan kepada keputusan Tuhan. Aku coba ikhlaskan semuanya."
8. "Man yazra' yahsud. Siapa yang menanam akan menuai yang ditanam."
9. "... Walau hanya berbisik di hati, rupanya Tuhan selalu Maha Mendengar."
10. "Alif, bagiku belajar adalah segalanya. Ini perintah Tuhan, perintah Rasul, perintah kemanusiaan. Bayangkan, kata-kata pertama wahyu yang diterima Rasulullah itu adalah iqra. Bacalah. Itu artinya juga belajar. Makanya, aku akan terus mempraktikkan ajaran Rasul itu, bahwa kita perlu belajar dari buaian sampai liang lahat. Aku tidak akan berhenti belajar walau nanti sudah dapat gelar atau lulus sekolah. Mungkin kamu bingung dengan kegilaanku belajar. Percayalah, tidak hanya aku yang gila. Ribuan tahun yang lalu, sekarang, dan di masa depan akan terus ada orang yang gila ilmu."
Kutipan Novel Ranah 3 Warna yang Memotivasi
11. "Ini aku punya contoh. Aku kan senang membaca buku cerita silat Cina dan aku merasa belajar banyak dari kearifan mereka. Rupanya sebelum mejadi orang sakti mandraguna, para pendekar itu awalnya berkeliling naik-turun gunung, melintas sungai dan laut untuk terus-menerus mencari guru. Kalau sudah dapat jurus baru dari satu guru, dia akan berangkat mencari guru lain yang mengajarkan jurus yang lain. Aku ingin seperti para pendekar Cina itu. Melintas pulau, samudra, negara, kalau perlu benua, demi menuntut ilmu. Aku sudah bertekad inilah caraku memahami dan mensyukuri karunia kehidupan dari Tuhan ini."
12. "Bukankah kata pepatah, setiap perjalanan panjang harus dimulai dengan langkah pertama?"
13. "Aku akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hidup itu masalah penyerahan diri. Kalau aku sudah bingung dan terlalu capek menghadapi segala tekanan hidup, aku praktikkan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan 'mencukupkan' semua kebutuhan kita. 'Cukup' kawanku. Itu yang seharusnya kita cari. Apa artinya banyak harta tapi tidak pernah merasa cukup? Itulah janji Tuhan buat orang yang tawakal. Aku ingin tawakal sempurna. Aku ingin dicukupkanNya segala kebutuhan."
14. "Saafir tajid 'iwadan amman tufarikuhu. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan." (Imam Syafi'i).
15. "Anak-anakku, sungguh do'a itu didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti dengan yang lebih cocok buat kita."
16. "Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah orang yang memberi manfaat bagi orang lain."
17. "Bang, bagiku Abang seperti Nabi Khidir yang punya banyak ilmu, dan aku adalah Musa. Aku menyerahkan diri dan ingin patuh kepada Abang, seperti Musa berguru pada Nabi Khidir. Tolonglah aku dipertimbangkan Bang."
18. "Bukankah Imam Syafi'i pernah menasihati bahwa menuntut ilmu itu perlu banyak hal, termasuk tamak dengan ilmu, waktu yang panjang, dan menghormati guru. Kalau dia guruku, aku harus hormat padanya dan bersabar menuntut ilmu darinya. Peduli amat, banyak kok guru yang lain. Hatiku lalu bertanya: "Apa sih niatmu? Kalau ikhlas untuk belajar, ya ikhlaskan niatmu diajar dia."
19. "Nak, berjalanlah sampai batas, berlayarlah sampai pulau."
20. "Nak, ingat-ingatlah nasihat para orangtua kita. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan kelakuan. Elok-elok menyeberang. Jangan sampai titian patah. Elok-elok di negeri orang. Jangan sampai berbuat salah."
Advertisement
Kutipan Novel Ranah 3 Warna sebagai Penyemangat
21. "Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I'timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti."
22. "Sosok Mang Udin, tukang sepatu bertangan satu ini tidak bisa hilang dari kepalaku semalaman. Kenapa aku terbenam dengan kemalanganku? Terlalu fokus dengan kekuranganku? Terlalu mengasihani diri sendiri? Padahal kalau dibanding tukang sepatu itu, nasibku jauh lebih baik. Aku malu telah terlalu larut dengan nasibku. Aku malu dengan tukang sepatu itu. Dunia akan tetap berputar. Kenapa aku mengharapkan dunia yang berubah? Seharusnya akulah yang menyesuaikan dan dengan begitu bisa mengubah duniaku."
23. "Ya Tuhan yang Maha Menyaksikan, Engkau telah mengatakan tidak akan memberi manusia cobaan di atas kemampuannya. Kalau begitu, semua cobaan ini masih bisa aku hadapi. Engkau tidak akan mengubah nasib kaum sebelum kaum itu mengubah nasibnya. Karena itu aku ingin mengubah nasibku dengan mencari kerja sekarang juga."
24. "Iza shadaqal azmu wadaha sabil, kalau benar kemauan, maka terbukalah jalan."
25. "Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orangtua? Biarlah tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. Man jadda wajada!"
26. "...sebuah syair Arab mengatakan, siapa yang bersabar dia akan beruntung. Jadi sabar itu bukan berarti pasrah, tapi sebuah kesadaran yang proaktif. Dan sesungguhnya Allah itu selalu bersama orang yang sabar."
27. "Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang. Di saat kurang senanglah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang sabar."
28. "Anak-anakku.... Dalam menjalani hidup, Ananda pasti menghadapi banyak problematika kehidupan yang kadang-kadang terasa sangatlah berat. Namun, Ananda janganlah sampai putus asa karena putus asa adalah penyakit yang mengagalkan perjuangan, harapan dan cita-cita. Problem tidak akan selesai hanya dengan disusahkan, tetapi harus dipikirkan dan selalu dekat kepada Allah serta selalu mohon hidayah dan taufiqNya."
29. "Coba kalian bayangkan, misalnya Thomas Alva Edison yang menciptakan lampu ini kurang sabar, tidak tahulah kita bagaimana dunia ini jadinya. Dia gagal dalam eksperimen membuat lampu sampai ribuan kali. Tapi dia sabar, karena tahu di depan ada jalan. Bila dia sabar dan terus man jadda wajada, tentu lama-kelamaan dia akan beruntung. Dia bertahan dan mencoba lagi, dan terciptalah lampu pijar yang menjadi penerang dunia. Kalau dia tidak sabar, kita mungkin masih pakai obor untuk menerangi rumah. Tuhan akan menerangi jalan orang yang sabar..." Begitu jelas nasihat Ustad Salman dulu kepada kami sekelas ketika membahas "mantra" man shabara zhafira."
30. "Lan tarji' ayyamullati madhat. Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu."
31. "Al muhafazhah ala qadimi shalih, wal akhzu ala jadidil ashlah. Hanya memegang teguh hal yang baik di masa lalu dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik lagi."