Fimela.com, Jakarta Kegigihan Mira Endah Nur Wulandari, salah seorang peserta Kartu Prakerja sudah terlihat sejak awal. Ia tak menyerah mengikuti pendaftaran sejak gelombang pertama hingga akhirnya diterima pada putaran ke-9.
“Pertama kali tahu kartu prakerja itu dari Google, terus dari gelombang pertama itu saya sudah mencoba mendaftar tapi belum masuk, akhirnya saya keterima itu di Gelombang ke-9, senang sekali waktu itu seperti dapet pencerahan gitu ya,” jelas Mira dikutip dari akun instagram @prakerja.go.id, seperti ditulis Liputan6.com.
Saat itu, Mira dan suami terpaksa menutup usaha biro pariwisata di Boyolali karena pandemi. Ia pun menjajal peruntungan lain dengan membantu mengelola usaha pembuatan jamu milik saudaranya yang dijajakan secara keliling.
Advertisement
“Sebelumnya sudah mengelola usaha jamu yang bekerja sama dengan tante saya, karena tante saya penjual jamu keliling jadi saya ikut menjualkan jamu tante saya itu dalam kemasan botol cuman saya pasarkan ke teman-teman dekat saya,” ujarnya.
Advertisement
Pilihan Pelatihan
Setelah dinyatakan lolos Kartu Prakerja, Mira memilih mengikuti pelatihan Bahasa Mandarin, Akuntansi Dasar dan Teknik Berbicara di depan umum dari Skill Academy. Alasan dia mengambil pelatihan Bahasa Mandarin, lantaran di daerahnya banyak pabrik-pabrik yang pengelolanya dari China.
“Jadi mungkin sertifikat yang didapat dari kartu prakerja itu dapat membantu saya untuk masuk mencari pekerjaan,” ujarnya.
Tak kunjung dapat kerja, Mira akhirnya menambah pelatihan akuntansi dasar, tujuannya agar dia bisa melakukan pembukuan usaha dengan baik dan benar. Selain itu, pelatihan Teknik Berbicara di depan umum membantu Mira untuk mempromosikan produk jamunya.
“Saya detik-detik terakhir itu, saya ngambil latihan berbicara di depan umum dengan metode NLP. Nah itu sangat membantu saya juga untuk mempromosikan produk-produk saya ini,” katanya.
Berkat mengikuti pelatihan dalam program Kartu Prakerja, Mira bisa mempromosikan produk jamunya melalui media sosial seperti Instagram dan WhatsApp.
“Saya iklankan saya bikin status di WA terus saya bikin story di Instagram, saya foto, saya bikin kemasan-kemasan packaging botolnya itu terus saya foto yang menarik terus saya panjang di status di Instagram,” ujar Mira.
Selain dijual online melalui Instagram dan WhatsApp, dia juga menitipkan produk-produknya di toko oleh-oleh dan di warung-warung makan.
Barista Jamu
Lebih lanjut, Mira menjelaskan, insentif sebesar Rp600 ribu dia gunakan untuk membeli bahan-bahan jamu, seperti kemasan, tambah modal usaha, dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Setelah dapat sertifikat itu insentif masuk tuh Rp600.000 selama 4 bulan, di bulan pertama itu saya tambah untuk isi kuota terus saya tambah untuk beli kemasan, terus untuk menambah modal beli bahan baku sama sisanya untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.
Berlanjut, setelah Mira sudah mulai fokus di jamu maka dia mengambil pelatihan lain, yaitu pelatihan barista jamu. Waktu itu pelatihan barista jamu belum ada dalam program Kartu Prakerja.
“Jadi saya cari di tempat lain. Barista jamu itu meracik jamu dengan proses seperti meracik kopi. Jadi mengolah mengolah jamu itu seperti racikan kopi,” jelasnya.
Selain itu, saat ini Mira juga berkeinginan bisa mendapatkan legalitas dari BPOM untuk usaha jamunya. Dia pun optimis, dengan adanya penjualannya semakin banyak maka dia bisa membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar.
Mira menyarankan agar orang-orang yang masih bingung mencari pekerjaan bisa memanfaatkan program Kartu Prakerja. Menurutnya banyak pelatihan-pelatihan yang sangat bermanfaat meskipun tidak bekerja.
“Jangan khawatir kartuprakerja.com itu banyak sekali pelatihan-pelatihan semuanya ada di sana, ilmunya sangat bermanfaat. Walaupun tidak bekerja teman-teman bisa berusaha sendiri seperti saya untuk membuka usaha sendiri, memajukan usaha sendiri bekerja untuk diri sendiri,” pungkasnya.
#Elevate Women