Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Avizena Elfazia Zen
Kubuka dompet mungil warna merah, hanya ada 20.000 rupiah. Padahal kemarin masih ada 100.000 rupiah. Ke mana larinya uang, mengapa ia menguap begitu cepat?
Bisa dibilang aku cukup beruntung karena bisa bertahan di tengah pandemi. Pekerjaanku sebagai freelancer tidak macet, malah ada beberapa proyek sampingan selain job utama. Mulai dari menerjemahkan buku sampai menjadi ghost writer. Pundi-pundi rupiah kudapat dan dompet makin tebal.
Namun ke mana semua uangku?
Mungkin aku terlalu impulsif dalam berbelanja. Saat ada uang, langsung membeli barang-barang yang sudah lama diincar: peralatan dapur (karena aku suka memasak), homedress kece, skincare, dll. Akibatnya bisa ditebak, aku tak punya simpanan apa-apa. Rekening bank hanya untuk tempat menampung uang untuk sementara.
Padahal aku punya satu anak yang kebutuhannya cukup banyak. SPP, uang jajan, makanan bergizi, dan peralatan sekolah. Pun juga wajib menabung agar ia bisa masuk ke SMP incaranku. Inilah strategiku untuk mengatur keuangan dan bertobat dari kata boros.
Advertisement
3 Caraku Mengatur Keuangan Sehari-hari
1. Menabung di Dompet Virtual
Aku hanya punya satu rekening bank, jadi setiap habis mendapatkan honor, sebagian ditransfer ke dompet virtual. Menabung itu wajib walau hanya 50.000 sebulan. Keuntungan dari dompet virtual adalah tidak ada potongan wajib per bulannya. Saldo juga bisa langsung dicek via HP.
Untuk memotivasi menabung maka aku membayangkan barang incaranku. Bila bisa menyisihkan uang sebanyak 200.000 rupiah per bulan maka dalam setahun aku punya 2,4 juta. Uang itu bisa untuk upgrade HP sehingga pekerjaan makin lancar.
2. Mengevaluasi Pengeluaran
Meski belum sampai dalam tahap mencatat pengeluaran sampai sekecil-kecilnya, aku berusaha evaluasi. Apa yang membuatku boros? Ternyata salah satunya adalah kebiasaan membeli sarapan dan jajan di kala mood sedang jelek. Dalam bahasa keuangan, ini yang dinamakan latte factor alias pengeluaran kecil yang jadi besar karena dilakukan tiap hari.
Good food good mood. Namun kalau bad mood tiap hari pasti keuanganku kolaps. Akhirnya frekuensi beli jajan dikurangi, maksimal seminggu sekali. Membeli sarapan juga tidak tiap pagi, cukup seminggu 2-3 kali.
3. Menambah Pemasukan
Untuk menambah pemasukan maka bisa dilakukan dengan beberapa cara. Mengikuti lomba dan kuis dengan gencar. Aktif menawarkan jasa ke beberapa teman. Semua dilakukan agar rupiahku bertambah dan tabunganku melimpah.
Inilah cara-caraku agar bisa bertahan dan tidak kolaps karena bangkrut. Menjadi freelancer membuatku harus punya tabungan karena kontraknya tidak tetap, tidak seperti pegawai swasta atau negeri. Namun bukan berarti tak bisa menyisihkan uang. Bagaikan naik boom-boom car, harus tahu kapan ngegas dan ngerem. Ngegas untuk bekerja dan ngerem dalam berbelanja yang tidak diperlukan.
#ElevateWomen