Fimela.com, Jakarta Setiap harinya kita berurusan dengan uang. Menghasilkan uang hingga mengatur uang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Bahkan masing-masing dari kita punya cara tersendiri dalam memaknai uang. Dalam tulisan kali ini, Sahabat Fimela berbagi sudut pandang tentang uang yang diikutsertakan dalam Aku dan Uang: Berbagi Kisah tentang Suka Duka Mengatur Keuangan. Selengkapnya, yuk langsung simak di sini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Pipiet Fitrianingsih
Sebagai seorang muslim aku percaya ketika suami istri bekerja rezeki 100%, dan ketika suami saja yang bekerja dan istri tidak bekerja Allah akan kasih juga rezeki 100%. Semua berawal dari aku mengalami stres parah sampai berujung sakit dalam menghadapi situasi pekerjaan di masa awal pandemi tahun lalu. Ketika banyak orang di-PHK aku malah memutuskan resign dari kantor tanpa persiapan dana pensiun yang memadai. Takut, kawatir, dan minder terlewati waktu dengan sendirinya.
Mengolah, mengatur, dan mengalokasikan uang yang hanya dari gaji suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga tentu saja bukan hal yang mudah, butuh banyak penyesuaian. Aku yang terbiasa bekerja dan menganggap mampu memenuhi kebutuhan pribadiku dan hal yang kadang tidak terlalu penting membuat aku harus mengedepankan skala prioritas sekarang ini.
Aku bersyukur pekerjaan suami tidak terlalu berimbas di masa pandemi, sehingga kami mampu bertahan. Berikut beberapa hal yang aku lakukan dalam mengolah uang keluarga kami.
Advertisement
Empat Hal yang Kulakukan
Hal pertama yang aku lakukan ketika murni menjadi IRT tentu saja berhemat dan meminimalisir utang, dari pencarian BPJS JHT aku bisa melunasi beberapa lubang utang sekaligus. Sisa lubang utang kami masih bisa cicil dan masih batas normal, dan semua tercatat di pengeluaran dan pemasukan tiap bulannya.
Kedua, mulai melek dunia investasi dan tetap menabung. Banyak platform yang menyediakan investasi murah hanya dengan uang receh kita. Tentu saja ini tidak aku sia-siakan aku berusaha menyisihkan untuk membeli saham dan reksadana sesuai kemampuan keuangan kami.
Ketiga, aku berusaha menambal kebocoran keuangan yang dulu. Misal, uang jajan anak. Walaupun belum bisa mensajikan camilan sehat yang disukai anak, aku mencoba mengenyangkan perutnya agar mereka tidak lapar mata ketika ada abang jajanan lewat. Begitu pun dengan pembelian mainan dan fashion keluarga. Aku akan membeli ketika ada uang lebih dan itupun tidak setiap bulan/gajian.
Keempat, aku memilih jalan spiritual. Aku lebih mendekatkan dengan Sang Pencipta, menjaga salatku, berzikir, dan bersholawat. Aku juga membuat celengan yang berisikan uang yang setiap subuh aku masukan dan ketika sudah terkumpul banyak aku sedekahkan ke keluarga terdekat yang membutuhkan ataupun masjid. Aku biasa menyebut sedekah subuh.
Walaupun kami belum berlebih kami harus bisa berbagi. Terlihat sepele, tapi ketika aku menjalaninya dengan disiplin Allah beri aku kejutan yang kadang kami tidak sangka datangnya. Entah itu suami dapat bonus, dapat pembeli dari barang yang aku bagi hanya di status whatsapp, menang lomba, dan banyak lagi pertolongan Allah untuk aku dan keluarga.
Uang menjadi alat yang sangat vital di kehidupan sehari-hari, aku berusaha sebisa aku dalam mengaturnya intinya bersyukur dan konsisten. Aku berharap aku bisa memetik hasilnya ketika sudah lansia nanti, bisa membesarkan anak dan bisa mandiri tanpa harus membebankan siapa pun, amin.
#ElevateWomen