Fimela.com, Jakarta Baru-baru ini para atlet Indonesia telah mengharumkan nama Indonesia dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020. Tak hanya dalam bidang olahraga bulutangkis yang menorehkan prestasi medali emas bagi Indonesia, tetapi salah satu cabang olahraga (cabor) yang berhasil mengharumkan nama Indonesia adalah cabor angkat besi.
Nurul Akmal, salah satu atlet angkat besi perwakilan dari Indonesia ini berhasil mendapatkan peringkat ke-5 dari seluruh negara dalam Olimpiade Tokyo 2020. Saat itu, Nurul berhasil memperoleh catatan di posisi kelima pada grup A, dengan hasil snatch 115 dan clean and jerk 256.
Advertisement
BACA JUGA
Meskipun tak berhasil mendapatkan medali, Nurul mampu mengalahkan sekian ratus negara, dan berhasil menduduki posisi ke-5 dalam cabor angkat besi kelas +87 kg.
Pencapaian Nurul Akmal dalam ajang Olimpiade Tokyo merupakan salah satu prestasi dari sekian banyak prestasi yang telah ia peroleh sepanjang kariernya menjadi seorang atlet angkat besi. Banyak perjuangan yang telah ia lakukan demi menembus final pada perhelatan Olimpiade Tokyo kemarin mulai dari awal karier hingga Nurul bisa menjadi seperti sekarang.
Perempuan 28 tahun yang akrab disapa Amel itu menceritakan perjalanan kisah suksesnya dalam Instagram Live Fimela Talks, pada Rabu (18/8). Bagaimana kisah selengkapnya? Simak penjelasan di bawah ini.
Advertisement
Awal Perjuangan Dimulai
Nurul memulai kariernya menjadi atlet pada umur 16 tahun. Saat itu, dirinya masih duduk di bangku SMA kelas 1, tepatnya pada tahun 2010. Pada tahun tersebut, cabor angkat besi belum banyak dikenal seperti sekarang, terutama di tempat kelahirannya, yakni Aceh.
Namun, saat itu ada perwakilan dari Dispora Aceh yang mencari anak-anak yang memang berpotensi untuk menjadi atlet angkat besi dari daerah pelosok. Nurul akhirnya pertama kali dikenalkan pada olahraga ini karena seorang pelatih angkat besi Aceh, yakni Effendi Aria melihat Nurul sebagai anak yang berpotensi untuk menjadi atlet angkat besi.
Waktu itu, Nurul tak langsung berlatih mengangkat besi. Dirinya dilatih dulu untuk mengangkat beban dengan paralon dan gagang sapu yang diberi beban berkilo-kilo beratnya. Namun karena ketekunannya, akhirnya ia memantapkan dirinya untuk serius menjalani rutinitas dan profesi sebagai atlet.
“Awalnya Nurul nggak kepikiran untuk jadi atlet angkat besi, karena memang dari keluarga tidak ada yang menjadi seorang atlet. Nurul juga bukan keturunan dari seorang atlet. Tapi, karena Nurul dianggap berpotensi, dan diajak latihan, akhirnya waktu itu Nurul tekuni, dan akhirnya sampai seperti sekarang,” ujar Nurul ketika menjelaskan awal kariernya yang sebenarnya ia bercita-cita untuk menjadi polisi.
Dirinya juga menjelaskan bahwa awalnya kedua orangtuanya tak merestuinya untuk menjadi atlet. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya Nurul menjelaskan secara perlahan bahwa dirinya ingin bersungguh-sungguh dalam menjadi atlet.
“Kalo kata Mama, ‘Yang penting kamu senang. Tapi kalau capek, pulang ya,’ jadi semua keluarga akhirnya sudah merestui jalanku saat ini,” tambahnya.
Sempat ragu dalam menjalani profesi sebagai atlet
Selama dirinya menjadi atlet, Nurul pernah merasakan keraguan. Terutama ketika dirinya bimbang antara memilih pendidikan atau memilih kariernya sebagai seorang atlet.
Saat kuliah, Nurul mengambil jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) dan menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa biasa sekaligus menjadi seorang atlet yang tak pernah absen dalam melakukan latihan setiap harinya.
“Walaupun hampir sama antara jurusan dan pekerjaan yang aku jalani, tapi aku merasa berat. Tahun 2015 itu Nurul benar-benar merasa lelah sampai ingin berhenti jadi atlet karena ingin fokus kuliah. Tapi akhirnya pelatihku menyarankan untuk menjalani profesiku, sehingga aku harus menunda kuliahku dulu waktu itu,” jelas Nurul.
Saat itu pelatihnya mengatakan bahwa Nurul harus memilih salah satu karena jika dijalankan keduanya Nurul akan menjadi tidak fokus, dan malah berisiko gagal menjalankan keduanya.
“Akhirnya aku cuti (kuliah) dulu setahun, dan fokus untuk latihan demi kejuaraan. Ternyata memang harus ditekuni salah satu dan diselesaikan satu persatu. Sekarang, Alhamdulillah, aku sudah selesai kuliah sekaligus dilancarkan pula dalam menjadi seorang atlet,” pungkas Nurul.
Advertisement
Keluarga jadi motivasi utama
Selama dirinya menjadi atlet, atlet angkat besi satu ini menjadikan keluarganya menjadi motivasi utamanya. Terutama ayah dan ibunya yang senantiasa selalu mendukung Nurul apapun keadaannya.
Walaupun sempat tidak yakin akan dirinya sendiri dan ingin mundur dari profesi yang dijalani, ia selalu termotivasi dan memikirkan kembali tujuan awalnya dalam menjadi atlet.
“Jenuh dan bosan itu wajar dan manusiawi, Nurul juga pernah merasa seperti itu. Tapi Nurul selalu ingat lagi perjuangan Nurul di awal. Masa mau sukses tapi setengah-setengah?” ujarnya.
Nurul mengatakan bahwa dirinya selalu ingin membahagiakan orangtuanya dan menyekolahkan adik-adiknya. Hal itulah yang selalu ia ingat setiap kali dirinya patah semangat dan merasa ingin mundur dari seluruh perjalanan dan perjuangan saat menjadi atlet.
Belum lagi, baru-baru ini Nurul sempat mengalami body shaming setelah pulang dari ajang Olimpiade Tokyo 2020 yang lalu. “Nurul nggak mikirin orang-orang yang benci sama Nurul, cukup diamkan saja. Kalau orang nggak suka sama Nurul, kan, itu urusannya dia. Yang penting aku jadi atlet, tugasku untuk mengharumkan nama bangsa dan menunjukkan prestasi yang Nurul bisa buat,” kata Nurul dalam menanggapi haters-nya.
Perjuangan untuk mengikuti Olimpiade Tokyo 2020
Dalam Instagram Live ini, Nurul juga menceritakan perjuangannya hingga akhirnya bisa mengikuti Olimpiade Tokyo 2020. Dirinya menjelaskan bahwa selama 3 tahun ke belakang, dirinya sudah banyak mengikuti pertandingan-pertandingan untuk mengumpulkan poin agar bisa ikut ke ajang Olimpiade Tokyo 2020.
Dirinya mengaku bahwa perjuangannya untuk mengikuti olimpiade ini sangat berat karena harus melawan dua hal, yakni melawan lawannya, sekaligus melawan corona.
“Jujur sempat down, sih, karena takutnya walaupun sudah berhasil lolos karena poinnya sudah mencukupi, tapi malah kena Covid, kan, jadi nggak bisa berangkat ke Jepang. Maka dari itu, aku di sini swab terus tiap hari sampai hidungku sempat berdarah karena keseringan swab,” ucapnya sambil tertawa.
Selain membanggakan Indonesia, ternyata ia juga membanggakan Aceh, karena dirinya merupakan atlet angkat besi pertama yang bisa lolos ke tahap olimpiade dunia, setelah 33 tahun berlalu dan belum ada atlet angkat besi dari Aceh lagi yang bisa lolos ke tahap ini.
“Indonesia baru kali ini, kan, bisa ngasih atlet angkat besi yang kelas berat karena aku kemarin di kelas +87 kg. Biasanya, paling mentok itu di kelas 53 kg. Ini yang membuatku bersyukur, dan Alhamdulillah banyak juga yang mendukung aku, sehingga aku makin semangat dan ingin kasih yang terbaik,” tambah Nurul.
Advertisement
Rencana di masa depan dan keinginan melanjutkan pendidikan
Ketika ditanya soal rencana di masa depan jika dirinya tak lagi menjadi atlet, Nurul dengan percaya diri menjawab bahwa ia ingin menjadi pelatih angkat besi di Aceh, agar terlahir lagi atlet-atlet angkat besi lainnya yang berasal dari Aceh.
Selain itu, dirinya juga mengungkapkan bahwa ia memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 setelah dirinya tak lagi jadi atlet.
“Seperti yang sudah dibilang tadi, aku harus fokus dalam satu hal, agar bisa fokus di lain hal di kemudian hari. Maka dari itu, karena aku masih jadi atlet dan senantiasa diberi kekuatan dan kepercayaan untuk mengharumkan nama Indonesia, jadi aku fokus jadi atlet dulu. Nanti, setelah pensiun, aku mau lanjut pendidikan S2 dulu, baru aku mengabdi lagi untuk jadi pelatih,” ungkapnya.
Sebagai penutup, tak lupa, Nurul juga memberikan pesan untuk para kaum muda yang ingin meneruskan perjuangannya di cabor angkat besi. “Kalian harus niat dulu. Kalau sudah niat, awali dengan baik, dan harus semangat. Biar perjuangan kalian tidak sia-sia, lakukan semuanya dengan sungguh-sungguh, dan jangan setengah-setengah. Aku percaya, kita semua punya jalannya masing-masing, kok,” tutupnya.
Sukses selalu untuk Nurul!
Penulis: Chrisstella Efivania
#ElevateWomen