Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Seviany Puteri
Ingatan masa kecil ketika sekolah dasar tidak akan pernah terlupakan. Khususnya kenangan yang meninggalkan kesan lucu. Kenangan ini sampai saat ini membuat saya tertawa geli sendiri setiap saya menceritakannya dengan ibu.
Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, saya adalah murid yang tomboy. Saya tidak suka warna pink, rambut harus selalu pendek, tidak suka memakai hiasan rambut dan selalu menggunakan celana serta topi. Sampai teman-teman sebaya melihat saya seperti anak laki-laki. Tapi saya tidak pernah mempermasalahkannya, karena saya sangat nyaman dengan diri saya sendiri. Walaupun tergolong anak perempuan yang tomboy, saya sangat suka kegiatan membereskan dan membersihkan rumah.
Pelajaran mengenai kebesihan saya dapatkan dari ibu saya yang sangat memperhatikan kebersihan rumah. Ibu saya tidak memiliki hobi memasak, tetapi lebih suka merapikan rumah, membersihkan dan membereskan barang yang tidak terpakai.
Saya tidak pernah diminta membantu, tetapi saya suka memperhatikan bagaimana cara bekerja ibu saya. Saya jadi belajar mengenai cara membersihkan rumah dengan cara yang disukai oleh ibu saya. Ketika semua teman saya mengikuti kursus mata pelajaran sekolah, seperti bahasa inggris, matematika, sempoa saya lebih memilih mengikuti kursus membersihkan rumah.
Saya tidak tertarik mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah karena saya tidak menyukai pelajaran matematika. Saya selalu menjadi bahan tertawaan karena saya selalu mengatakan kepada semua teman bahwa mengikuti kursus membersihkan rumah itu lebih penting untuk membahagiakan ibu daripada kursus mata pelajaran sekolah.
Sifat saya yang sangat berlebihan terhadap kebersihan membuat saya sangat menyukai tempat yang bersih. Saya akan merasa tidak nyaman jika tempat saya bermain terlihat kotor dan berdebu. Hal ini membuat saya membersihkan setiap rumah teman yang saya datangi.
Saya akan menyapu dan mengelap lantai tempat saya duduk. Walaupun tidak setiap ruangan saya bersihkan, tetapi kamar tempat saya dan sahabat bermain pasti akan saya bersihkan. Ibu dari teman-teman saya selalu memuji saya dan geleng-geleng kepala melihat kebiasaan saya. Kapan pun saya berkunjung ke rumah teman, mereka akan melaporkan bahwa kamarnya sudah dibersihkan dengan sangat mendetail.
Advertisement
Mengenang Memori Masa Kecil
Selain kenangan mengenai menjaga kebersihan secara berlebihan, memori masa kecil yang teringat adalah saat saya menyukai anak tetangga saya. Dia adalah anak laki-laki yang cerdas dan lebih muda satu tahun dari saya. Kami berdua selalu menjadi pasangan setiap ada festival seni di perumahan kami.
Saat itu untuk merayakan 17 Agustus, anak-anak diminta untuk berpartisipasi dalam festival seni tari daerah dan tari moderen. Saya sangat senang mengetahui bahwa saya terpilih menjadi pasangan menari dengan anak laki-laki yang saya suka.
Hal ini membuat saya selalu sibuk mempercantik diri sebelum latihan walaupun saya belum mengerti cara berdandan, saya menggunakan bedak tabur baby dan parfum milik ibu saya. Bahkan saya berusaha tampil feminim dengan menggunakan rok. Saya selalu berusaha tampil rapi, bersih dan wangi.
Perasaan berbunga-bunga dalam hati saya hilang setelah festival seni berakhir, anak-anak yang turut berpartispasi dalam festival seni diminta berkumpul untuk makan dan berfoto bersama. Pada saat itu saya tahu bahwa dia tidak pernah suka pada saya. Dia mengatakan pada semua anak-anak perempuan, bahwa ada satu anak perempuan yang dia sukai di antara kami.
Saat dia memberi tahu seseorang yang dia suka, seketika itu juga saya langsung pulang dan tidak ikut acara makan bersama. Saya pulang ke rumah lalu mendengarkan lagu-lagu patah hati dari radio. Ibu dan ayah saya tertawa melihat saya yang masih kecil tetapi sudah dilanda patah hati.
#ElevateWomen