Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Anna Fitri
“Malam, Dik. Ini link video malam seserahan pernikahan anakku tempo hari. Ada hasil karyamu di situ. Terima kasih banyak sudah membantu kerepotanku.” Kuterima chat WA dari sahabatku, Ms Ani.
Kutuju link yang dimaksud. Video pendek berdurasi sekitar 5 menit. Video indah yang mengabadikan momen penting dan sakral dalam kehidupan keluarga Ms Ani. Ya, ada hasil karyaku di situ. Sembilan buah keranjang berisi seserahan hasil kreasiku.
Sejak kecil aku senang berkreasi. Membuat berbagai hasta karya, dari berbagai bahan. Kertas warna-warni, pita-pita cantik, aku senang dengan segala pernak pernik. Namun seiring dengan berbagai kerepotan seorang ibu pekerja, semakin jarang aku berkreasi. Namun ketika terpaksa harus berkreasi, dengan senang hati aku akan melakukannya.
Pernah aku membuat hantaran seserahan pernikahan untuk beberapa kerabatku. Hantaran seserahan itu adalah hasil belajarku pada mahasiswa KKN yang puluhan tahun lalu mengabdi di desaku.
Waktu itu dia mengajari kami cara menghias keranjang hantaran seserahan dan cara membentuk merak dari kain jarik batik yang biasa diserahkan mempelai pria kepada mempelai wanita. Setelah tahu dasar-dasarnya, aku latihan sendiri. Alhamdulillah semakin lama semakin mudah menambah ilmu dengan maraknya berbagai tutorial ilmu apapun di internet.
Advertisement
Menyiapkan Semuanya dengan Sebaik-baiknya
Bulan Maret 2021, menjelang pernikahan anak Ms Ani sahabatku, sungguh aku ingin ikut berperan serta dalam berbagai kerepotannya. Pernah terlontar pertanyaan dari Ms Ani, di mana bisa pesan hantaran seserahan. Waktu itu aku sangat ingin menawarkan diri. Namun aku tidak percaya diri. Aku hanya amatiran, bukan profesional dalam membuat hantaran seserahan. Jadi aku diam saja, dan membiarkan teman lain memberikan rekomendasi.
Beberapa hari kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya pada Miss Ani apakah sudah mendapatkan tempat pesan hantaran seserahan. Kalau belum, mungkin aku bisa membantu, meski sederhana. Ms Ani menjawab kalau sudah ada. Aku lega atas jawabannya. Meskipun ditolak, setidaknya aku sudah mengeluarkan apa yang ada di hati ini.
Beberapa hari kemudian, Ms Ani menelponku. Memberitahukan kalau tidak jadi memesan hantaran seserahan di tempat semula. Suami Ms Ani ingin aku saja yang membuat hantaran seserahan. Wow. Campur aduk rasa hatiku. Antara senang, takut, deg-degan, tidak pede, sekaligus tertantang. Ini pasti akan menjadi momen seru dan menantang.
Mulailah proses mendebarkan itu. Didahului dengan diskusi untuk menyamakan persepsi awal. Aku diajak Ms Ani pergi ke salah satu toko asesoris terbesar di Jogja. Di sana kami melihat berbagai pernak-pernik bahan hantaran seserahan. Begitu banyak pilihan hingga kami sempat bingung. Hingga akhirnya Miss Ani jatuh cinta pada satu set keranjang rotan yang unik. Kemudian kami melihat beberapa contoh hantaran seserahan yang terpajang di sana. Setelah menemukan contoh yang cocok, kami membeli pernak-pernik pelengkapnya.
Makna dan Lambang
Akhirnya mulailah momen seru dan menantang itu. Mulai kususun satu demi satu hantaran ke dalam keranjangnya. Kualasi dengan kain goni, kuhiasi dengan berbagai bunga imitasi, pita cantik dan renda-renda. Tidak sulit untuk menyusun sepatu-tas, underwear, perlengkapan mandi, dan kosmetik ke dalam keranjangnya. Yang memerlukan ekstra energi adalah menyusun dua buah jarik yang masing-masing bermotif sidomukti dan wahyu tumurun.
Biasanya, jarik akan kubuat menjadi bentuk merak yang indah dan megah. Menurutku, merak inilah yang menjadi maskot dari serangkaian hantaran seserahan. Agak sulit karena ada dua jarik yang motifnya sama-sama mengandung makna filosofi.
Motif batik sidomukti mengandung makna agar kedua pasangan pengantin tersebut bisa mukti, mencapai kebahagiaan yang sempurna lahir batin. Sedangkan motif wahyu tumurun bermakna agar siapa saja yang mengenakannya memperoleh petunjuk atau anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan bantuan suamiku akhirnya terciptalah bentuk merak dari batik sidomukti. Merak yang gagah lengkap dengan renda dan mahkotanya. Sedangkan batik wahyu tumurun kubentuk kipas yang menjadi latar belakang merak sidomukti, sehingga tampilan keseluruhan menjadi semakin megah.
Selesai sudah serangkaian hantaran seserahan karyaku. Namun ternyata tugasku belum selesai. Ms Ani menginginkanku untuk mencarikan jadah-wajik dan sanggan lengkap. Untuk jadah-wajik, aku minta tolong teman ibuku. Ms Ani ingin bentuk jadah-wajik yang sederhana, ditambah hantaran lain berupa puluhan telur asin yang diletakkan ke dalam keranjang berbentuk bebek. Unik dan lucu.
Tantangan berikutnya, adalah mencarikan sanggan. Sanggan artinya bawaan, merupakan simbol penyerahan seorang putri dari orang tua kepada seorang laki-laki yang dipercaya. Sanggan terdiri atas dua sisir pisang raja matang pohon, suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), dan benang lawe.
Aku sangat berhati-hati dalam menyiapkannya. Suamiku berhasil mendapatkan dua sisir pisang raja terbaik yang ada di pasar desaku. Besar, mulus, tanpa cacat, dengan jumlah sesuai ketentuan. Suamiku juga berhasil mendapatkan suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), dan benang lawe kepada penjual bunga di pasar desaku.
Setelah pisang kubersihkan, ujungnya aku tutup dengan contong kertas emas. Aku pilih tambir yang sudah kuhias dengan daun pisang sebagai alasnya. Pisang sanggan adalah bintang utama dalam proses seserahan. Menurut Poerwadarminta, pisang mengandung arti "jenis buah-buahan" dan sanggan yang berarti "segala hal untuk menyangga". Karena itu harus dipilih pisang dengan kriteria khusus, tampilan bagus, dengan jumlah tertentu. Syukurlah aku berhasil mendapatkannya.
Tiba saat aku harus menata suruh ayu, gambir, kembang telon (mawar, melati, kenanga), dan benang lawe. Aku bingung dan agak takut. Selain karena belum pernah melakukannya, aku juga agak takut karena tampaknya hal ini sangat sakral.
Setelah berkali-kali bongkar pasang, akhirnya berhasil kususun dengan komposisi yang tepat dan cantik menurutku. Dalam keranjang anyaman mungil, kususun 3 helai daun sirih segar, atau suruh ayu. Suruh ayu yang segar ini menggambarkan penampilan mempelai yang harus terlihat segar dan menarik, yang menyimbolkan kebahagiaan.
Aku berhasil mendapatkan daun sirih yang bertemu dua ruasnya karena melambangkan pertemuan pasangan sejoli. Kuletakkan juga sejumput gambir. Gambir melambangkan kemantapan. Perempuan zaman dahulu tidak mantap jika menginang tanpa dilengkapi gambir.
Setelah itu kutata tiga macam bunga, atau kembang telon. Bunga tersebut adalah mawar, melati dan kantil yang melambangkan makna filosofi bahwa pasangan akan selalu mengingat apa yang dinasihatkan oleh orang tua, karena nasihat orang tua adalah salah satu kunci kebahagiaan. Perlengkapan terakhir adalah benang lawe, atau benang lembut yang akan ditenun. Benang lawe adalah lambang ikatan perkawinan yang lembut dan suci.
Setelah berkutat agak lama, akhirnya aku berhasil menyusun sanggan dengan baik. Sungguh pengalaman yang menarik di balik pernikahan anak sahabatku. Selain dapat menyalurkan hobiku, bertambah pula pengetahuanku tentang berbagai lambang yang disertakan dalam upacara seserahan calon mempelai. Semakin kusadari bahwa sangat penting untuk memelihara budaya Indonesia yang penuh dengan makna dan filosofi luhur nenek moyang kita.
#ElevateWomen