Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Fanny Andriani
Setiap perempuan di dunia ini tentunya ingin di pertemukan dengan lelaki idaman yang baik hati dan pastinya bisa membawanya ke jenjang serius yaitu pernikahan. Namun, hal ini tentunya bukanlah hal yang mudah.
Tak jarang dalam perjalanan cinta seseorang harus dilalui dulu dengan berbagai kisah pilu dan pengalaman yang terkadang bikin trauma. Sesuai dengan judul dari artikel yang aku buat ini, aku ingin membagikan kisah perjalananku dalam menemukan jodoh.
Diawali dengan kisah pilu tapi di balik semua itu ternyata Tuhan punya rencana besar. Seketika itu juga aku jadi percaya dengan kalimat, “Kalau jodoh memang nggak ke mana.”
Kala itu aku sudah berusia 27 tahun dan sudah menjalin hubungan jarak jauh dengan seorang lelaki yang dikenalkan oleh mantan bosku di Jakarta. Aku di Bandung dan dia di Jakarta.
Awal pertemuan semua berjalan begitu mulus. Dia terlihat baik dan begitu gentleman. Kalau kata bosku, dia ini belum pernah pacaran dan orangnya polos banget. Jujur saat itu aku begitu berharap dia adalah jodohku dan yang akan membawaku ke pelaminan kelak.
Ketika hubungan kami telah berjalan 4 bulan, dia mulai suka membicarakan pernikahan denganku dan saat itu aku menyambutnya dengan antusias sekali. Semakin hari rencana kami untuk menikah semakin ke arah yang serius dan akhirnya aku mengorbankan pekerjaanku yang di Bandung dan memutuskan kembali ke Jakarta agar kami tidak perlu LDR-an lagi.
Sejak aku di Jakarta, dia sering mengajak aku pergi bersama dengan teman-teman SMAnya sekadar untuk bercengkerama bersama. Pelan-pelan aku pun jadi akrab dengan semua temannya itu. Ya, karena mereka memang baik-baik dan juga lucu.
Mereka pun merencanakan untuk pergi ke Jepang bersama dan aku pun tak ikut kala itu karena ada pekerjaan yang tenggatnya begitu ketat. Saat kekasihku ini berada di Jepang, dia hampir tidak ada kabar sama sekali dan aku masih berpikit positif karena dia sedang menikmati Jepang Bersama dengan teman-temannya.
Namun memang selama dua bulan terakhir itu, perhatiannya berkurang dan sudah tidak pernah lagi membahas pernikahan. Singkat cerita, dua minggu setelah dia pulang dari Jepang dia meneleponku malam-malam dan bilang, “Aku mau jujur somehow aku masih suka sama Bunga dan sorry aku nggak bisa lagi komitmen sama kamu."
Seperti kena petir di malam hari ini, jujur saat itu saking terkejutnya aku pun sampai tidak bisa menangis lagi dan hanya termenung. Sekadar info Bunga itu adalah teman SMA-nya yang pergi ke Jepang bersamanya dan memang dia pernah cerita pernah ada rasa dengan Bunga dari beberapa tahun lalu. Saat itu aku begitu stres berbulan-bulan dan sampai akhirnya di-suspect auto imun akibat hal ini.
Advertisement
Mendapat Jodoh yang Lebih Tepat
Namun memang Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang percaya. Di saat aku sedang begitu terpuruk teman SMA-nya yang tau akan hal ini sering sekali memberikan perhatiannya kepadaku. Namanya Yohannes dan dia yang terus menguatkan aku bahkan terus menemaniku ketika aku di-suspect autoimun.
Lambat laun akhirnya aku pun jatuh cinta karena ketulusannya dan kedewasaannya yang selalu menyejukkan hatiku. Akhirnya kami pun merencanakan pernikahan dan memang ya kalau sudah jodoh semua begitu dimudahkan.
Keluargaku dan keluarganya saling menerima dan berhubungan begitu baik. Persiapan pernikahan saat itu berjalan begitu baik dan tidak ada perdebatan juga soal adat. Kedua orang tua kami menyerahkan seluruh rangkaian acara pernikahan kepada kami dan mereka selalu mendukung apa pun yang kami pilih. Drama persiapan pernikahan tentu ada tetapi karena sifat kekasihku yang super sabar dan mengalah, selisih paham pun tidak selalu sampai menjadi pertengkaran.
Akhirnya tanggal 19 January 2019 kami pun resmi menikah dan menjadi sepasang suami istri. Begitu bahagianya aku diberikan jodoh sebaik dia. Tidak sempurna tapi yang terbaik tentunya yang Tuhan kirimkan untukku.
Kalau dulu aku selalu kurang perhatian, sekarang aku dapat seseorang yang perhatiannya sampai meluber-luber dan kadang kelewat bawel. Bagiku walalu kita pernah disia-siakan, namun itu bukanlah akhir dari segalanya.
Percayalah Tuhan memiliki rencana yang begitu besar di balik semua itu dan duka cita pun disulap-Nya menjadi sukacita dalam pernikahan kami. Bahkan aku bisa melaksanakan pernikahan dengan tema impian yaitu rustic karena suamiku tipe pasrah saja, hehe. Semoga ceritaku dapat menjadi inspirasi buat kalian, ya. Be a strong woman and believe the power of prayer
#ElevateWomen