Fimela.com, Jakarta Sudah 1,5 tahun pandemi kita jalani. Banyak hal yang telah kita lakukan. Berbagai cara kita lakukan untuk lepas dari pandemi ini. Sedikit harapan, saat vaksin Covid-19 mulai didistribusikan awal tahun ini. Sayangnya, kasus Covid-19 kembali meningkat setelah libur panjang lebaran.
Angka positif terus meningkat. Bahkan kemarin (7/7) angka positif kembali mencatat rekor baru sejak pandemi, yaitu sebanyak 34.379. Kemarin juga tercatat 1.040 angka kematian akibat Covid-19, angka tertinggi sejak pandemi. Kabar duka hampir setiap hari didengar dan berseliweran di sosial media.
Jika awal pandemi, kabar tentang rekan yang terpapar Covid-19 bahkan hampir tidak ada. Saat ini, Covid-19 seakan semakin mendekat. Covid-19 tak hanya memapar orang yang abai dengan kesehatan tapi juga yang taat dengan protokol kesehatan. Sherina, salah satu artis yang terkenal taat protokol kesehatan dan selalu mengingatkani pentingnya di rumah saja selama pandemi pun tak luput dari paparan Covid-19.
Advertisement
Pandemi benar-benar menghantam segala lini. Yang sering kita lupa, angka yang tercatat dalam statistik tersebut adalah manusia yang memiliki keluarga. Mereka bisa jadi, seorang ayah, ibu, istri, suami, anak, kakak, dan adik yang kehadirannya bukan sekadar pelengkap tapi segalanya bagi keluarganya.
BACA JUGA
Advertisement
Pandemi: Menghadapi Badai yang Sama dengan Kapal Berbeda
Banyak dari kita mungkin sudah lelah dengan kondisi saat ini. Yang awalnya patuh, lama-lama mulai kendor. Kita sedang menghadapi badai yang sama, yaitu pandemi Covid-19. Namun, yang sering kita lupa kita tidak berada di kapal yang sama.
Kekerasan dalam rumah tangga pun semakin meningkat. Bahkan menurut catatan akhir tahun (Catahu) LBH Apik Jakarta, pada tahun 2020 terdapat 1.178 aduan yang masuk. Hal ini meningkat drastis dibanding dengan tahun 2019 sebanyak 794 kasus. Bahkan pandemi pada tahun 2020 semakin meningkatkan kekerasan seksual berbasis gender (KBGO) meningkat hingga 7 kali lipat.
Tidak semua dari kita memiliki ‘rumah’ yang sehat. Tentu ini menjadi persoalan tersendiri, saat selama hampir 1,5 tahun harus melakukan aktivitas di rumah saja. Betapa tidak nyamannya? Hal inilah yang menyebabkan anxiety tak terhindarkan. Dan kembali lagi, tidak semua memiliki akses yang baik untuk memahami bahaya anxiety ini.
Saat kasus semakin meningkat akses untuk kesehatan pun terbatas. Maka cerita tentang pasien meninggal sebelum mendapat perawatan adalah cerita yang semakin sering didengar. Antrian ambulans yang masuk ruang IGD, cerita keluarga yang mencari ruang perawatan, antrian jenasah yang menunggu pemulasaran, atau tentang pasien yang berjuang sendiri karena dirawat di ruang isolasi.
Banyak Kebaikan yang Muncul
Badai yang kita hadapi sama, dan mungkin kapal yang kita gunakan untuk menyelamatkan diri berbeda. Namun bukan berarti kita abai, banyak kebaikan yang tumbuh di masa yang tidak baik-baik ini. Mungkin kita tidak menyadarinya, namun kebaikan sederhana sangat berarti bagi orang-orang yang membutuhkan.
Sesederhana menyebarkan usaha teman dan memberi endrosment secara gratis. Berdonasi untuk yang terdampak Covid-19. Mendukung para tenaga kesehatan yang bertugas di lapangan. Memberi tips lebih untuk ojek online. Segera vaksin, begitu mendapat kesempatan. Dan tidak kalah penting, memutus rantai virus Covid-19 dengan tetap di rumah saja dan taat protokol kesehatan.
Kita mungkin bukan saudara bagi yang kehilangan kerabatnya karena Covid-19. Mungkin kita tidak saling kenal, namun kita tahu mereka bukan sekadar nama atau angka. Mereka punya arti mendalam bagi yang ditinggalkan. Melepaskan memang bukan hal yang mudah. Kamu, yang kuat ya. Kita jalani dan hadapi semuanya bersama dan semoga pandemi segera berakhir.
#ElevateWoman