Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Tiur Meliana
Pernikahan adalah sesuatu hal yang pasti diinginkan banyak orang, dan semua wanita sangat menunggu momen tersebut. Tetapi sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan adalah bahwa aku akan menikah dengan pria satu sekolahku dulu di saat kami masih duduk di bangku SMA.
Ketika itu aku adalah satu-satunya wanita yang tidak pernah mau berbicara atau pun yang lain. Tidak seperti wanita lain yang hampir semua menyukainya. Karena dia pria yang dewasa, cerdas, gemar olahraga bahkan tubuhnya begitu atletis serta dia juga mahir memainkan alat musik gitar. Siapa yang tidak menyukai pria seperti itu? Ditambah lagi dia cukup tampan dan juga putih dengan mata yang sipit dan tinggi juga. Lengkap bukan? Hal-hal di atas adalah sesuatu yang digilai para wanita.
Tapi tidak dengan aku, aku justru begitu membencinya bahkan aku menganggapnya sebagai pria murahan karena dia selalu bersikap baik kepada semua wanita. Entahlah saat itu aku tidak berpikir lebih jauh tentang perasaan karena bagiku itu tidaklah penting. Tapi aku sering memperhatikannya dari kejauhan. Entah karena aku selalu kesal dengannya hingga membuat aku selalu mengawasi gerak-geriknya.
Suatu hari dia menemuiku dengan memberikan satu pertanyaan kepadaku. Mungkin dia juga begitu penasaran, "Kenapa wanita ini tidak menyukaiku dan selalu menunjukkan wajah jutek dengan penuh amarah?" Ternyata benar yang aku pikirkan.
"Mel," dia memanggilku sembari mengulurkan tangannya untuk meminta maaf kepadaku yang bahkan dia sendiri pun tidak pernah tahu apa kesalahannya.
Seperti biasa aku hanya diam dengan wajah jutekku sembari menepis jari jemarinya dari dekat.
Dia pun bertanya, "Sebenarnya apa kesalahanku? Kenapa kamu begitu marah dan membenciku. bahkan sampai hari ini. Dan sebentar lagi kita akan lulus sekolah. tapi kamu masih tidak menyukaiku," tanyanya dengan raut wajah yang begitu sedih.
Lalu akhirnya aku menjawabnya dengan nada jutek. "Kamu nggak ada salah. Titik," cetusku
"Terus kenapa seperti ini?" nada suaranya begitu pelan). Lalu aku pun menjawab, "Aku hanya ingin."
Setelah semua itu hari pun terus berlalu dan 2012 kami lulus sekolah dan saat acara wisuda SMA kami pun masih tidak saling bicara.
Akhirnya kami lulus dan tidak pernah komunikasi sama sekali dan kami juga tidak pernah bertemu lagi sejak saat itu.
Advertisement
Teman SMA-ku Kini Jadi Suamiku
Tahun 2014 kami sempat berkomunikasi hanya sebentar dan saat itu aku sudah berpacaran dengan anak pelayaran. Karena aku tipe yang tidak peduli dengan pria luar setelah aku memiliki satu pria akhirnya kami putus komunikasi lagi.
Tahun 2019 kami berkomunikasi lagi dan entah kenapa aku yang memulai semua ini. Berawal dari postingan fotonya bersama teman-temannya yang juga teman sekolahku dulu. Mereka sedang berada di sebuah taman dengan rumah antik yang indah.
Aku mengirim pesan singkat melalui messenger dan beberapa hari kemudian dia baru bales. Aku dia sedang bekerja, dan dimulailah perbincangan yang sederhana dan aku memintanya untuk beralih ke WA. Dia pun langsung setuju dan memberikan nomor WA-nya.
Setiap hari kami semakin dekat. Setiap waktu dia meneleponku dan bilang kalau dia sangat rindu, bahkan kami sering videocall sampai ketiduran.
Kami semakin dekat dan aku mulai melupakan pacarku yang pelaut itu karena kami sudah lama tidak bertemu karena dia berada di tengah laut dan dia pun jarang meneleponku karena berada di tengah laut. Aku sadar ini sebuah kesalahan tetapi kami sudah pacaran selama 6 tahun dan aku butuh kepastian. Aku tahu ini semua karena dia berada di tengah laut. Aku semakin sadar bahwa aku membutuhkan sosok yang selalu ada waktu buatku. Aku berdoa kepada Tuhan agar aku bisa benar-benar melupakan pacarku karena sebenarnya aku sangat mencintainya.
Tahun 2019 bulan Januari tanggal 17 akhirnya kami resmi berpacaran.Nama pacar baruku adalah Dafit sedangkan pacar lamaku Chandra.
Hari demi hari aku mulai menyayangi Dafit bahkan aku pun sangat merindukannya. Setiap Chandra menelepon aku selalu bilang aku sibuk. Akhirnya aku mengunggah foto berdua dengan Dafit, dan Chandra sangat marah.
Aku sangat galau. Terkadang aku merindukan Chandra, terkadang aku melupakannya. Tepat di hari jadi aku dan Chandra yaitu 20 Mei yang keeenam tahun, aku mengambil keputusan untuk benar-benar berpisah dengannya dan melanjutkan hubungan dengan pacar baruku Dafit.
Dua tahun berlalu dan akhirnya tepat pada tanggal 21 Maret 2021 kami memutuskan menikah dan aku sangat bahagia, dan dia pun begitu bahagia
Waktu terus berlalu tidak terasa pernikahan kami sudah berumur 3 bulan dan aku mulai menyadari perubahan-perubahan yang terjadi pada suamiku yang tidak pernah aku bayangkan. Dia berubah menjadi pria yang tidak mandiri. Biasanya dia selalu bangun subuh jam 5 saat kami belum menikah dan biasanya dia selalu membangunkanku dari tidurku. Sekarang jika aku tidak mengganggunya dengan memberikan ciuman-ciuman di wajahnya, dia pasti masih tidur dan akan terlambat berangkat kerja.
Dia juga begitu manja. Dia selalu merengek setiap tidur seperti anak kecil dan saat seperti itu aku langsung memeluk dan menciumnya karena aku sangat gemas. Dia juga selalu lupa di mana dia meletakkan barangnya dan apa-apa selalu bertanya kepadaku.
Aku jadi khwatir saat nanti aku sedang pergi karena pekerjaan, bagaimana dia mengurus dirinya? Biasanya dia begitu mandiri. Tapi setelah menikah dia bahkan tidak pernah tahu di mana harus meletakkan celana yang baru dia pakai. Handuknya ada di mana-mana, dan tak jarang aku yang memilihkan baju untuk dia pakai.
Tapi aku sangat menyayanginya. Sangat dan teramat.
#ElevateWomen