Sukses

Lifestyle

Mempersiapkan Pernikahan Makin Pusing saat Harus Memenuhi Keinginan Dua Keluarga

Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.

***

Oleh: Ia Natalia

Tahun 2006, ya itulah yang waktu ketika saya mempersiapkan pernikahan. Saya bukanlah berasal dari keluarga berada, sedangkan dari pihak keluarga suami, ya cukup berada.

Saya bertemu dengan suami di kantor. Awal kenalnya pada saat ada acara outing dari kantor dan saya sebagai ketua panitianya. Kalau tidak ada acara outing itu, mungkin kami tidak akan berkenalan. Karena ternyata suami saya sudah beberapa tahun di kantor tersebut, tapi karena berbeda perusahaan, kami tidak mengenal satu sama lain.

Setelah mengenal beberapa waktu, akhirnya kami sepakat lanjut ke tahap hubungan yang lebih serius. Oh iya, lulus SMA saya langsung bekerja, tidak melanjutkan kuliah dulu karena terbentur dengan biayanya. Jadi saya bekerja terlebih dahulu, baru bisa melanjutkan studi untuk kuliah sambil bekerja.

Pada tahun terakhir saat saya kuliah, saat itu pula kami memutuskan untuk menikah. Lalu mulailah petualangan kami. Senin hingga Jumat setelah pulang kerja, sedikit-sedikit saya mulai menyusun skripsi (itu pun sambil dipinjami komputer oleh suami).

Lalu pada akhir pekan, kami cari-cari informasi untuk persiapan pernikahan kami sambil sesekali juga mencari bahan untuk skripsi. Awal-awal kami masih menikmati, karena masih belum terlalu berat untuk persiapannya. Keluarga saya di Bandung, keluarga suami di Cirebon. Keluarga saya ingin proses pernikahan berlangsung di Bandung, keluarga suami ya tentu saja di Cirebon.

Sempat merasa frustasi, karena biaya untuk menikah cukup besar dan tabungan kami belum mencukupi, apalagi kalau harus mengadakan acara di dua tempat. Satu tempat saja masih kurang kok biayanya.

Pernah kami bilang kepada keluarga besar, bahwa kami terkendala dengan biaya, bagaimana kalau kami menikah tanpa ada pesta, hanya pernikahan resmi dari gereja dan negara, lalu pasang pengumuman di koran, bahwa kami telah menikah? Respons keluarga besar: big no!

Padahal saya dan suami tidak keberatan seperti itu, meski ada rasa sedikit sedih. Namun, pikir kami, toh lebih baik uang yang ada dipakai untuk kebutuhan kami ke depannya, karena kan yang akan menjalani hidup selanjutnya, ya kami berdua. Namun pihak keluarga belum bisa menerima.

Masalah Jelang Pernikahan Datang Silih Berganti

Akhirnya keluarga saya memutuskan, di Bandung hanya pemberkatan di gereja dan mengundang kerabat dekat saja. Keluarga dari pihak suami mau untuk resepsinya diadakan di kota Cirebon dengan catatan kami minjam dulu uang dari pihak orang tua suami untuk biaya resepsi, nanti uang hadiah pernikahan dari tamu undangan kami kasih semua ke pihak keluarga suami. Keluarga besar setuju dengan rencana tersebut.

Mulailah kami memesan dan mempersiapkan segala kebutuhannya, sembari bolak-balik Bandung Cirebon dan tetap menyusun skripsi. Beruntung ada sahabat-sahabat yang membantu kami, untuk buket bunga ada teman yang biasa merangkai bunga dan menyiapkan kamar pengantin untuk kami di Bandung nanti.

Untuk undangan, kami pilih yang sederhana saja, yang penting ada informasi kapan pernikahan diselenggarakan. Namun, sayang belum tercantum gelar sarjana saya, karena masih dalam tahap penyusunan skripsi.

Cincin pernikahan kami pilih yang sederhana, sesuai anggaran kami. Untuk tempat resepsi dan makanan sudah oke. Gaun pengantin saya pesan di Cirebon, karena harganya masih murah saat itu dibandingkan buat baru di Bandung.

Suami sewa jas pengantin di Bandung. Sudah hampir beres segala sesuatunya. Tiba-tiba dari pihak keluarga saya bilang, pemberkatannya di Cirebon juga saja, karena kondisi keuangan orang tua saya yang tidak memungkinkan.

Cincin sudah diukir tanggal pemberkatan, undangan untungnya belum tercetak. Perubahan rencana kembali, kami meminta bantuan pihak gereja di Bandung untuk dapat menghubungi pihak gereja di Cirebon dan bersyukur dilancarkan prosesnya.

Ketika kami mengunjungi dahulu pihak gereja di Cirebon, mereka pun terbuka menyambut kami dengan sukacita. Mengenai ukiran tanggal di cincin, ya sudahlah itu menjadi pengingat kami, bahwa banyak lika-liku yang kami lalui saat proses persiapan pernikahan dan punya histori tersendiri.

Akhirnya tiba juga hari yang ditunggu-tunggu dan saat keluarga saya mau berangkat ke Cirebon, masih ada drama juga. Ada yang tertinggal lah, ada yang kurang lah. Waktu sudah mepet, tapi akhirnya lancar dan selamat tiba di kota Cirebon. Saya dan suami sebagai mempelai, seharusnya tidak boleh bertemu beberapa hari menjelang pernikahan. Tapi karena tidak ada yang bisa mengantar saya untuk make up ke salon, akhirnya subuh-subuh hari H, suami pula yang mengantar saya sambil kesasar sebentar karena dia pun lupa-lupa ingat jalanan di kota Cirebon.

Setelah itu suami kembali ke hotel, untuk bersiap-siap pula. Waktu proses make up, kok rasanya ada yang aneh ya. Saya bilang ke periasnya, "Lho ini beda dengan yang test make up lalu, saya jadi keliatan lebih tua." Lalu perias itu bilang, "Iya soalnya biar kelihatan seimbang dengan suami, rambutnya disanggul ke atas untuk menambah tinggi." Ya ampun, mau nangis jerit-jerit rasanya, wong ini gue yang bayar, kok situ yang atur-atur. Mana waktu sudah mepet, ya sudahlah, jangan bete, ini hari terbaik, terima segala sesuatunya dengan sukacita. Yang penting jaga suasana hati dan seluruh undangan dapat hadir.

Puji Tuhan, mulai dari acara pemberkatan hingga resepsi berlangsung dengan lancar. Oh iya, karena diadakannya di Cirebon, waktu persembahan lagu, ada dong yang nyanyi musik pantura gitu, saya ajak suami, "Yuk joget." Dia nggak mau, "Nanti malu-maluin."

Bersyukur hadiah dari para tamu undangan pun lebih dari modal yang dikeluarkan, bahkan saya dan suami mendapat beberapa hadiah perhiasan. Sungguh pengalaman hidup yang tak terlupakan, yang tak mungkin terulang kembali. Mari nikmati setiap momen apa pun dalam hidup ini dengan penuh ucapan syukur, karena di balik semua itu, pasti ada rencana Tuhan yang indah.

Honeymoon? Beresin dulu tuh skripsi!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading